MABADI ILMU MANTIQ

 






MABADI ASYRAH ILMU MANTIQ

 


1.    Nama :

 

اِسْمُ هَذَا الْعِلْمِ : عِلْمُ الْمَنْطِقِ، وَعِلْمُ الْمِيْزَانِ، وَمِعْيَارُ الْعُلُومِ

 

Nama ilmu ini adalah ilmu mantiq, ilmu ini mencakup tiga disiplin ilmu yaitu, ilmu ma’ani, ilmu bayan, dan ilmu badi’. Masing-masing dari ilmu ketiga ilmu tersebut mempunyai mabadi asyroh.

 

 

2.    Pengertian :

 

حَدُّهُ عِلْمٌ يُبْحَثُ فِيْهِ عَنِ الْمَعْلُوْمَاتِ التَّصَوُّرِيَةِ وَالتَّصْدِيْقِيَّةِ مِنْ حَيْثُ كَوْنِهَا تُوَصِّلُ إِلَى أَمْرٍ مَجْهُوْلٍ تَصَوُّرِىٍ أَوْ تَصْدِيْقِىٍّ

 

Pengertian ilmu mantiq adalah Ilmu yang membahas tentang pengetahuan tashawwur dan tashdiq ditinjau dari sisi keberadaanya menjadi perantara kepada sesuatu hal yang belum diketahui berupa pengetahuan tashawwur dan tashdiq.

 

 

3.    Objek kajian :

 

مَوْضُوْعُهُ اَلْمَعْلُوْمَاتُ اَلتَّصَوُّرِيَةِ وَالتَّصْدِيْقِيَّةِ

 

Objek kajian ilmu mantiq adalah pengetahuan-pengetahuan yang bersifat tashowwuri (konsep/visual) dan tashdiqi (Assentment/legal)

 

 

4.    Faidah dan Tujuan mempelajari :

 

وَفَائِدَتُهُ عِصْمَةُ الذِّهْنِ عَنِ الْخَطَاءِ فِى الْفِكْرِ وَمَعْرِفَةُ التَّأْلِيْفَاتِ الصَّحِيْحَةِ وَالْفَاسِدَةِ، وَتَرْبِيَّةُ الْقَوَى الْعَقْلِيَّهِ وَتَنْمِيَتُهَا بِالتَّمْرِنِ وَمُزَاوَلَةُ الْبَحْثِ فِى طُرُقِ التَّفْكِيْرِ، وَوَضْعِ الْأَشْيَاءِ فِى مَوَاضِعِهَا وَأَدَاءُ الْأَعْمَالِ فِى اَوْقَاتِهَا

 

Buah atau hasil atau faidah dari ilmu mantiq adalah terjaganya pikiran dari kesalahan dalam berpikir dan mengetahui kesahihan dan kefasidan suatu konstruksi pikiran, mendidik daya kemampuan akal dengan latihan berpikir, melanggengkan pembahasan ilmu dengan jalan berpikir, menempatkan sesuatu pada tempatnya, dan menunaikan amal pada waktunya

 

 

5.    Masalah :

 

مَسَائِلُهُ اَلْقَضَايَا النَّظْرِيَّةُ الْبَاحِثَةُ عَنْ هَيِّئَةِ الْمُعَرَّفَاتِ وَالْأَقْيَسَةِ وَمَا يَتَعَلَّقُ بِهِمَا

 

Masalah yang dikaji dalam ilmu mantiq adalah qodhiyah (proposisi) pemikiran yang membahas tentang keadaan mu’arofat (sesuatu yang didefinisikan), qiyas-qiyas (silogisme), dan hal-hal yang berkaitan dengannya.

 

 

6.    Dasar pengambilan :

 

وَاسْتِمْدَادُهُ مِنَ الْعَقْلِ السَّلِيْمِ

 

Sumber dasar ilmu mantiq adalah akal yang sehat

 

 

7.    Hukum mempelajari :

 

وَحُكْمُ الشَّارِعِ فِيهِ يَنْقَسِمُ إِلَى قِسْمَيْنِ : اَلْقِسْمُ اَلْأَوَّلُ حُكْمُ الِاشْتِغَالِ بِعِلْمِ الْمَنْطِقِ الْخَالِصِ مِنَ الْمَشُوبِ بِكَلَامِ الْفَلَاسِفَةِ كَالَّذِي فِي مُخْتَصَرِ اَلسَّنُوسِيّ وَالشَّمْسِيَّةِ وَالسُّلَمِ الْمُنَوَرَقِ فَهُوَ جَوَازُ الِاشْتِغَالِ بِهِ بِلَا خِلَافٍ . الْقِسْمُ الثَّانِي حُكْمُ الِاشْتِغَالِ بِعِلْمِ الْمَنْطِقِ الْمَشُوبِ بِكَلَامِ الْفَلَاسِفَةِ كَالَّذِي فِي طَوَالِعِ الْبَيْضَاوِيِّ فَهُوَ مُخْتَلَفٌ فِيهِ عَلَى ثَلَاثَةِ أَقْوَالٍ: اَلْأَوَّلُ الْمَنْعُ مِنْهُ كَمَا قَالَ الاِمَامُ النَّوَاوِي وَاْلاِمُامُ ابْنُ الصَّلَاحِ، الثَّانِيُ الْجَوَازُ كَمَا قَالَ جَمَاعَةٌ مِنَ الْعُلَمَاءِ وَمِنْهُمْ الاِمَامُ الْغَزَالِيُّ، وَالثَّالِثُ التَّفْصِيلُ فَإِنْ كَانَ الْمُشْتَغِلُ ذَكِيَّ الْقَرِيحَةِ قَوِيَّ الْفَطَنَةِ مُمَارَسًا لِلْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ جَازَ الِاشْتِغَالُ بِهِ وَإِلَّا فَلَا.

 

Hukum mempelajari ilmu mantiq terbagi menjadi dua : bagian yang pertama adalah hukum mempelajari ilmu mantiq yang bersih dari campuran kalam filsafat seperti yang ada didalam kitab mukhtashor sanusi, risalah syamsiah, dan sulam munawaroq, maka hukum mempelajarinya adalah jawaz (boleh) tanpa ada perbedaan pendapat ulama. Bagian yang kedua adalah hukum mempelajari ilmu mantiq yang masih terampur dengan kalam filsafat seperti yang ada didalam kitab thowali’ karya al-baidhowi, maka hukum mempelajari mantiq jenis ini masih diperselisihkan oleh ulama yang terpecah menjadi tiga pendapat : pendapat pertama menyatakan hukum mempelajarinya adalah terlarang sebagaimana yang dikatakan oleh imam an-nawawi dan imam ibnu sholah. Pendapat kedua menyatakan hukum mempelajarinya adalah jawaz (boleh) sebagaimana yang dikatakan oleh sekelompok ulama salah satunya adalah imam ghozali. Pendapat ketiga mennyatakan secara tafshil (diperincikan hukumnya) yaitu jika orang yang mempelajarinya adalah orang yang cerdas dengan daya pikir yang kuat disertai paham terhadap Al-Qur'an dan sunnah maka boleh menekuninya, dan jika tidak demikian maka tidak boleh mempelari ilmu mantiq yang masih tercampur filsafat.

 

 

8.    Hubungan :

 

وَنِسْبَتُهُ لِبَاقِي العُلُوْمِ التَّبَاينُ وَأَنَّهُ آلَتُهَا وَخَادِمٌ لَهَا وَأَنَّهُ مَبَادِئُ عِلْمِ الْكَلَامِ وَعِلْمِ أُصُولِ الْفِقْهِ وَعَامَّةِ الْعُلُومِ إِجْمَالًا

 

Hubungan ilmu mantiq dengan ilmu lain adalah sebagai tabayun (pembeda/penjelas/perbandingan), dan ilmu mantiq adalah alat bagi ilu-ilmu lain sekaligus dapat membantu dalam memahami ilmu lain, dan juga ilmu manti merupakan dasar dari ilmu kalam (aqidah islam), ilmu ushul fiqih, dan ilmu-ilmu lain secara umum.

 

 

9.    Keutamaan :

 

وَفضلُهُ: أَنَّهُ مِنْ أَشْرَفِ العُلُوْمِ وأَعْلَاهَا منزِلةً، وَذَلِكَ لِكَوْنِهِ آلَةً قَانُوْنِيَّةً تَعْصِمُ مُرَاعَاتُهَا الذِّهْنَ عَنِ الْخَطَأِ فِى التَّفْكِيرِ.

 

Keutamaan ilmu mantiq adalah seseungguhnya ilmu mantiq termasuk dari ilmu-ilmu yang mulia dan tinggi derajatnya, hal itu dikarenakan ilmu mantiq merupakan alat yang menjaga fikiran dari kesalahan proses berfikir.

 

 

10. Pendiri :

 

وَاضِعُهُ اَرِسْطَاطَالِيسْ اَلْفِيْلُسُوفُ الْيُونَانِي، وَأَوَّلُ مَنْ دَوَّنَ هَذَا الْعِلْمَ فِي الْإِسْلَامِ هُوَ أَبُو نَصْرِ الْفَارَابِي التُّرْكِي كَمَا قَالَ الْإِمَامُ الْغَزَالِيُّ

 

Pendiri ilmu mantiq adalah Aristoteles seorang filsuf Yunani, dan orang muslim yang pertama kali menyusun ilmu mantiq didalam dunia keilmuan islam adalah imam abu nashr al-farobi,

 

 

 

Referensi :

 

  • Tahqiq Mabadi Al-Ulum Al-Ahad Asyar, Sholih Ali Rojab, Kairo-Mesir, Mathba’ah Wadhil Muluk

  • Al-Lu’lu’ Al-Mandzum Fi Mabadi Al-Ulum, Abu Ilyan Syafi’i, Kairo-Mesir, Farid Dhorghomi Al-Azhar

  • Al-Bidayah Fi Mabadi Ulum As-Syariyah, Kholid Bin Mahmud Al-Juhni, T.T - T.T, Maktabah Al-Alukah

  • Abjad Al-Ulum, Shodiq Bin Hasan Al-Qonuji, Kementerian Kebudayaan Dan Bimbingan Nasional Damaskus, Beirut-Libanon, Dar Ihya At-Turots Al-Arabi

  • Kasyfu Adz-Dzunun, Haji Kholifah, Beirut-Libanon, Dar Ihya At-Turots Al-Arabi

  • Idhah Al-Maknun Fi Adz-Dzaili Ala Kasyfi Adz-Dzunun, Syeikh Isma’il Basya Bin Muhammad Amin Al-Baghdadi, Beirut-Libanon, Dar Ihya At-Turots Al-Arabi

  • Mi'yārul-'Ilmi fil-Manthiq, Imam Abu Hamid Al-Ghazali, Beirut-Libanon, Dar Al-Kutub Al-Ilmiah

  • Tahrir Al-Qawa’id Al-Mantiqiyah Fi Syarhi Risalah As-Syamsiah, Imam Abu Abdillah Mahmud bin Muhammad Ar-Razi

  • Tad’im Al-Mantiq, Dr. Said Fudah, Beirut-Libanon, Dar Al-Bairuti

 

 

 




Waullohu a’lam

 

 

 

M. Rifqy Aziz Syafe'i