10 KEISTIMEWAAN ANJING

 



Anjing (Canis lupus familiaris) menurut para ahli adalah hewan mamalia yang telah mengalami domestikasi dari serigala sejak 15.000 tahun yang lalu, bahkan kemungkinan sudah sejak 100.000 tahun yang lalu berdasarkan bukti genetik berupa penemuan fosil dan tes DNA.

 

 

Anjing dalam fiqih atau yurisprudensi islam termasuk salah satu hewan yang dinilai najis menurut jumhur ulama, sedangkan menurut malikiah (pengikut madzhab maliki) anjing merupakan hewan yang suci. Walaupun jumhur menilai anjing sebagai hewan najis, namun status kehormatan hewan ini tidak lantas menjadi hina dan rendah, karena poros permasalahan antara najis dan tidak terhormat merupakan bahasan yang berbeda berdasarkan pemaparan para ulama dalam literatur karyanya seperti Maushu'ah Fiqhiah Kuwaitiah yang ditulis oleh Kementrian Urusan Agama Kuwait.

 

 

Ditinjau dari sisi muhtaram (terhormat) dan ghoir muhtaram (tidak terhormat), Nyatanya tidak semua anjing dinilai hewan yang tidak terhormat, melainkan hanya anjing yang galak saja yang dikategorikan sebagai hewan ghoir muhtaram, sedangkan anjing yang jinak dan tidak melukai manusia termasuk hewan yang muhtaram dan dilarang untuk dibunuh atau disiksa, sebagaimana keharaman membunuh dan menyiksa hewan yang terhormat pada umumnya seperti sapi, kerbau, kambing, kucing, burung dara, dan semisalnya.

 

 

Bahkan, secara historis, anjing termasuk salah satu hewan yang disebutkan didalam al-Qur’an. Bukan main-main, posisi anjing dalam cerita al-Qur’an pada surat al-kahfi termasuk salah satu hewan yang mempunyai tugas mulia yaitu menjaga dan menemani hamba-hamba Allah yang mencari perlindungan dari kedzaliman, sebagaimana telah masyhur diketahui.

 

 

Syekh Nawawi Al-Bantani, setelah menjelaskan kenajisan anjing, beliau memaparkan bahwa anjing memiliki sifat-sifat baik yang seharusnya ada pada pribadi muslimin. Berikut ini sari pati dari ucapan beliau dalam karyanya kasyifa saja’ syarah safinah :

 

“Pada anjing terdapat pekerti terpuji yang seyogyanya seorang mukmin tidak melepasnya :

 

 

1. Anjing senantiasa dalam keadaan lapar, dan ini merupakan sifat orang-orang shalih.

 

2. Pada waktu malam anjing hanya tidur sebentar, dan ini merupakan sifat orang-orang yang ahli tahajjud.

 

3. Andai pada suatu hari dia diusir seribu kali maka dia senantiasa di pintu rumah tuannya, dan ini merupakan sifat orang-orang jujur dan setia.

 

4. Jika dia mati maka dia tidak meninggalkan warisan, dan ini merupakan tanda orang-orang zuhud.

 

5. Dia merasa puas / rela atas bagiannya di bumi dengan tempat yang paling rendah, dan ini merupakan tanda orang-orang ridha dan Qana'ah.

 

6. Dia memandangi setiap orang yang melihatnya sehingga dilemparkannya sesuap makanan untuknya, dan ini merupakan akhlaq orang-orang miskin.

 

7. Andai debu dilemparkan terhadapnya maka anjing tidak marah dan dengki, ini merupakan akhlaq para pecinta.

 

8. Apabila tempatnya dikuasai maka dia akan meninggalkan tempatnya dan berjalan ke tempat lain, dan ini merupakan sikap seorang pemuja yang sejati karena ia tau bahwa apa yang ditetapkan oleh tuhannya lebih baik dari pada apa yang dia usahakan dan inginkan.

 

9. Apabila dia diberi sesuap makanan maka dia memakannya dan senantiasa makan sesuap makanan, dan ini merupakan tanda orang-orang yang qona'ah / menerima apa adanya.

 

10. Apabila dia bepergian dari suatu daerah ke daerah lain maka dia tidak berbekal, dan ini merupakan tanda orang-orang yang tawakkal.”

 

Kendatipun terdapat sifat baik didalamnya, sebagaiamana makhluk lainnya, anjing-pun memiliki tabi'at buruk yang perlu diambil pelajaran untuk tidak ditiru. Imam Ghazali dalam magnum opus nya ihya ulumidin menjelaskan lebih lanjut tentang hal-hal yang perlu dihindari dari karakter dan prilaku anjing, sifat-sifat tersebut ialah :

 

1. Gemar menjulurkan lidah, maksudnya adalah senang mengikuti syahwat, baik diberi peringatan atau tidak dia akan tetap menjulurkan lidahnya.

 

2. Suka menerkam, maksudnya adalah melukai orang dan makhluk lain.

 

3. Suka merobek dengan cakarnya, maksudnya adalah merusak kehormatan orang atau makhluk lain.

 

Dikisahkan pula, seorang ahli sufi yang mengambil pelajaran dari seekor anjing jalanan, Suatu hari Abu Yazid Al-Busthomi seorang imam sufi kelahiran persia yang terkenal dengan kesalehan dan kema'rifatannya mendapat ilmu berharga dari seekor anjing di tepi jalan. Seperti biasa, Abu Yazid suka berjalan sendiri di malam hari. Lalu beliau melihat seekor anjing berjalan terus ke arahnya. Ketika anjing itu menghampiri beliau, Abu Yazid mengangkat jubah yang dipakainya, karena khawatir tersentuh anjing sehingga jubah nya akan menjadi najis.

 

 

Tiba-tiba anjing itu pun berhenti dan memandangnya. Entah bagaimana Abu Yazid seperti mendengar anjing itu berkata padanya : 

 

"Tubuhku kurus kering dan tidak akan menyebabkan najis padamu. Kalaupun engkau merasa terkena najis, kau cukup membasuh jubah kehormatanmu itu sebanyak 7 kali dengan air dan tanah, maka najis itupun akan hilang. Tapi jika engkau mengangkat jubahmu kerana menganggap dirimu lebih mulia, lalu menganggapku anjing yang hina, maka najis yang menempel di hatimu itu tidak akan bersih walaupun engkau membasuhnya dengan 7 samudera lautan".

 

 

Mendengar itu, Abu Yazid tersentak dan meminta maaf kepada anjing tersebut. Sebagai tanda permohonan maafnya yang tulus, Abu Yazid lantas mengajak anjing itu untuk bersahabat dan jalan bersama. Namun anjing itu berjalan pergi seolah berisyarat menolaknya, Abu Yazid kembali mendengar ucapan anjing yang entah bagaimana sampai kehati beliau, seolah anjing tersebut berkata :

 

"Engkau tidak patut berjalan denganku. Karena mereka yang memuliakanmu akan mencemooh dan melempari aku dengan batu. Aku tidak tahu mengapa mereka menganggapku hina, padahal aku berserah diri pada Allah SWT sang Pencipta wujudku ini. Lihatlah aku... aku tidak menyimpan dan membawa sebuah tulang pun, sedangkan engkau masih menyimpan sekarung gandum," 

 

Abu Yazid pun terdiam dan berkata: "Duhai Allah, untuk berjalan dengan seekor anjing ciptaan-Mu saja aku tidak layak. Bagaimana aku merasa layak berjalan bersama dengan-Mu, ampunilah aku dan sucikan hatiku dari segala kotoran."

 

Sejak peristiwa itu, Syeikh Abu Yazid senantiasa memuliakan dan mengasihi semua mahluk Allah tanpa syarat. Kisah ini mengingatkan kita sebuah pesan indah yang difirmankan Allah Ta'ala dalam Al-Qur'an :

 

 لَا تُزَكُّوْٓا اَنْفُسَكُمْۗ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقٰى

 

Janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dialah Allah dzat yang maha mengetahui tentang orang yang bertakwa. ( QS. An-najm, ayat 32)

 

Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa tidak semua hal yang terlihat kotor adalah sesuatu yang hina. Tidak semua yang disangka menjijikan itu tak bermanfaat. Setiap makhluk yang diciptakan pasti memiliki kemanfaatan dan peran masing-masing dalam kerajaan-Nya. Hikmah akan selalu bersemayam dipandangan mereka yang tenang jiwanya karena ilmu, iman dan tuntunan.

 

 

Pesan lain yang tersirat dari uraian diatas adalah tidak ada makhluk yang sempurna dan serba bisa, dan tidak perlu pula untuk di ada-adakan. Bisa saja, kekurangan yang kita presepsikan melekat pada makhluk lain merupakan kelebihan dipandangan orang lain, bahkan tuhan. Manusia itu aneh, kemarin ia hanya setetes air yang hina, sekarang menjadi gumpalan daging yang bisa berbicara, dan esok hanya tergeletak ditanah menjadi bangkai semata, namun alangkah luar biasa sombongnya makhluk yang katanya paling sempurna. seolah tak cukup bergelimang dosa dengan segala pembelaannya, ia tak segan merendahkan setiap hal yang terpantul dipandangan bola matanya, dan ketika ia memohon hajat dihadapan tuhannya dengan congkak ia menagih  segera, sampai lupa siapa yang "Tuhan" dan siapa yang "Hamba".  Saat ia dihadapan makhluk lainnya, setan, iblis dan kroni-kroninya-lah yang ia salahkan karena telah menggoda jiwa dan hatinya yang ia anggap rapuh, pipih dan suci. Kejinya, ia pura-pura lupa bahwa musuh yang berbisik dihatinya bukan hanya setan belaka melainkan ada nafsu yang sengaja ia pelihara sekian lama sebagai teman sejati sekaligus tolak ukur kata "sukses" bagi kehidupannya. Semoga hikayat ini dapat menyentuh hati yang tak sadar telah lama terluka dan berlumur nanah karena terlalu larut & khusyu bercumbu dengan sang kekasih yang ia sebut "dunia".  Cukuplah Nabi Muhammad SAW sebagai satu-satunya makhluk yang paling sempurna dengan seluruh sifat dan perangainya.

 







M. Rifqy Aziz Syafe’i