KITAB
SAFINAH NAJAH
SYEIKH
SALIM BIN ABDULLAH BIN SA'AD BIN SUMAIR AL-HADHRAMI
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Saya Memulai Dengan
Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ وَبِهِ نَسْتَعِينُ عَلَى أُمُورِ الدُّنْيَا وَالدَّيِّنِ
Segala
puji bagi Allah SWT dzat yang merajai alam semesta, dan hanya kepada-Nya lah kami
memohon pertolongan atas urusan-urusan dunia dan agama.
وَصَلَّى اللَّهُ
وَسَلَّمَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتَمِ النَّبِيِّينَ، وَأَلِهِ وَصَحْبِهِ
أَجْمَعِينَ وَلَا حَوْلِ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ
Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan atas
baginda kita nabi Muhammad SAW yang menjadi penutup para
nabi, dan semoga tercurahkan pula atas
keluarganya nabi dan atas semua sahabatnya. Tiada daya untuk
berpaling dari ma’siat dan tiada kekutan untuk
ta’at kecuali
dengan Allah yang maha luhur lagi maha agung
(فَصْلٌ) أَرْكَانُ
الْإِسْلامِ خَمْسَةٌ شَهَادَةٌ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ
مُحَمَّدَ رَسُولُ اللهِ وَإِقَامُ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءُ الزَّكاةِ
وصَوْمُ رَمَضانَ وَحَجُّ الْبَيْتَ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا
(Fasal) Rukun iman itu ada 5 : Pertama,
bersyahadat (bersaksi/meyakini) bahwa sesungguhnya tiada tuhan selain Allah dan
sesungguhnya nabi Muhammad adalah utusan Allah. Kedua,
mendirikan sholat. Ketiga, menunaikan zakat. Ke-empat, berpuasa dibulan
ramadhan. Kelima, melaksanakan ibadah haji ke baitullah bagi
orang yang mampu menjalankannya.
(فَصْلٌ) أَرْكاَنُ
الْإِيْـمَانِ سِتَّةٌ: أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلآئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ
وَرُسُلِهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَبِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ مِنَ اللهِ
تَعَالَى
(Fasal) Rukun iman itu ada 6 : Pertama, iman pada
Allah. Kedua, pada para
malaikat Allah. Ketiga, iman pada
kitab-kitab suci Allah. Keempat, iman pada
rosul-rosul nya Allah. Kelima, iman pada
hari akhir Keenam. Iman pada taqdir, baik & buruknya taqdir
berasal dari Allah
(فَصْلٌ) وَمَعْنَى
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ : لَامَعْبُوْدَ بِحَقٍّ فِي الْوُجُودِ إلَّا
اللهُ
(Fasal) Makna dari lafadz “la ilaha
illaulloh” adalah tiada tuhan yang patut disembah kecuali Allah
(فَصْلٌ) عَلَامَاتُ
البُلُوغِ ثُلَاثٌ تَمَامُ خَمْسَ عَشْرَةَ سَنَةً فِي الذَّكَرِ وَالْاُنْثَى
وَالْإِحْتِلَامُ فِي الذَّكَرِ وَالأُنْثَى لِتِسْعِ سِنِينَ وَالْـحَيْضُ فِي
الأُنْثَى لِتِسْعِ سِنِينَ
(Fasal)
Tanda-tanda baligh itu ada 3 : Pertama, sempurna-nya umur 15 tahun bagi
laki-laki dan perempuan. Kedua, ihtilam (mimpi bersetubuh sampai keluar air
mani) bagi laki-laki dan perempuan pada umur Sembilan tahun. Ketiga, haidh bagi
perempuan pada umur sembilan tahun
(فَصْلٌ) شُرُوْطُ
إِجْزَاءِ الْحَجَرِ ثَمَانِيَةٌ: أَنْ يَكُونَ بِثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ،
وَأَنْ يُنْقِيَ الْمَحَلَّ، وَأَنْ لَايَجِفَّ النَّجَسُ، وَلَا يَنْتَقِلَ،
وَلَا يَطْرَأَ عَلَيْهِ آخَرُ، وَلَا يُجَاوِزَ صَفْحَتَهُ وَحَشَفَتَهُ وَلَا
يُصِيْبَهُ مَاءٌ، وَأَنْ تَكُونَ الْأَحْجَارُ طَاهِرَةً
(Fasal) Syarat-syarat kecukupan istinja (cebok) dengan batu
itu ada 8 : Pertama, cebok
menggunakan tiga batu (atau satu batu dengan tiga sudut). Kedua, mustanji
(orang yang cebok) membersihkan tempat keluarnya najis. Ketiga, najis
tidaklah kering. Keempat, Najis tidaklah
berpindah-pindah. Kelima, tidak ada najis lain yang
muncul. Keenam, najis yang keluar tidaklah melewati lepitan
pantat atau tidak melewati kepala kelamin. Ketujuh, najis
yang keluar tidaklah tersiram oleh air. Kedelapan, batu yang
digunakan cebok adalah batu yang suci.
(فَصْلٌ) فُرُوضُ
الوُضُوءِ سِتَّةٌ: اَلْأَوَّلُ النِّيَّةُ، الثَّانِي غَسْلُ الْوَجْهِ،
الثَّالِثُ غَسْلُ اليَدَيْنِ مَعَ الْمِرْفَقَيْنِ، الرَّابِعُ مَسْحُ شَيْءٍ
مِنْ الرَّأْسِ، الخَامِسُ غَسْلُ الرِّجْلَيْنِ مَعَ الْكَعْبَيْنِ، السَّادِسُ
التَّرْتِيبُ.
(Fasal)
Fardhu wudhu itu ada 6 : Pertama, niat. Kedua, membasuh wajah, Ketiga membasuh
kedua tangan beserta dua siku. Ke-empat mengusap sesuatu bagian kepala. Kelima
membasuh kedua kaki beserta dua mata kaki. Ke-enam, tertib (berurutan pada
fardhu wudhu sesuai dengan yang telah disebutkan)
(فَصْلٌ)
النِّــيَّةُ: قَصْدُ الشَّيْءِ مُقْتَرِنًا بِفِعْلِهِ، وَمَحَلُّهَا القَلْبُ
وَالتَّلَفُّظُ بِهَا سُنَّةٌ، وَوَقْتُهَا عِنْدَ غَسْلِ أَوَّلِ جُزْءٍ مِنَ
الْوَجْهِ، وَالتَّرْتِيبُ أَنْ لَا يُقَدَّمَ عُضْوٌ عَلَى عُضْوٍ.
(Fasal)
Niat adalah memaksudkan sesuatu berbarengan dengan pekerjaan yang
dikerjakannya. Tempat niat itu adalah hati, sedangkan melafadzkan (mengucapkan)
niat itu sunnah. Waktu niat wudhu itu disaat membasuh awal bagian dari wajah.
Maksud tertib dalam wudhu itu adalah tidak didahulukannya (dibasuh) anggota
tubuh wudhu yang wajib atas anggota tubuh lainnya yang wajib dibasuh saat
wudhu. (maksudnya wajib mendahulukan membasuh muka, lalu membasuh 2 tangan,
lalu membasuh Sebagian kepala, lalu membasuh 2 kaki, bila tidak berurutan maka
wudhu nya tidak sah)
(فَصْلٌ)
الـمَاءُ قَلِيلٌ وَكَثِيرٌ: اَلْقَلِيلُ مَا دُوْنَ
القُلَّتَيْنِ، وَالْكَثِيرُ قُلَّتَانِ فَأَكْثَرُ.
(Fasal)
Air itu ada yang sedikit da nada yang banyak. Air yang sedikit adalah air yang
kurang dari 2 kullah (160,5 liter). sedangkan air yang banyak itu adalah
air 2 kullah (160,5 liter) atau lebih banyak dari 2 kullah
القَلِيْلُ
يَتَنَجَّسُ بِوُقُوعِ النَّجَاسَةِ فِيْهِ وَإِنْ لَمْ يَتَغَيَّرْ.وَالْـمَاءُ
الْكَثِيرُ لَا يَتَنَجَّسُ إِلَّا إِذَا تَغَيَّرَ طَعْمُهُ أَوْ لَوْنُهُ أَوْ
رِيْحُهُ
Air yang sedikit menjadi najis dengan sebab
kejatuhan benda najis didalamnya walaupun air sedikit tersebut tidak berubah.
Air banyak itu tidak menjadi najis walaupun kejatuhan benda najis, kecuali bila
terdapat perubahan rasa, atau warna, atau baunya
(فَصْلٌ)
مُوْجِبَاتُ الْغُسْلِ سِتَّةٌ : إِيْلَاجُ الْحَشَفَةِ فِي الْفَرْجِ وَخُرُوجُ
الْمَنِيِّ وَالْحَيْضُ وَالنّفاسُ وَالْوِلاَدَةُ وَالْمَوْتُ
(Fasal)
perkara-perkara yang mewajibkan mandi besar itu ada 6 : Pertama, masuknya
kepala kelamin lelaki kedalam kemaluan. Kedua, keluarnya air mani. Ketiga
keluarnya darah haidh. Keempat, keluarnya darah nifas. Kelima, melahirkan.
Keenam, meninggal dunia
(فَصْلٌ)
فُرُوْضُ الْغُسْلِ إِثْنَانِ: النّــِيَّةُ، وَتَعْمِيْمُ الْبَدَنِ بِالْمَاءِ .
(Fasal) Fardhu/Rukun mandi itu ada dua : Pertama,
niat. Kedua, meratanya badan dengan terbasuh oleh air
(فَصْلٌ)
شُرُوطُ الْوُضُوءِ عَشَرَةٌ: الْإِسْلامُ، وَالتَّمْيِيْزُ، وَالنُّقَاءُ عَنِ
الْحَيْضِ وَالنِّفَاسِ، وَعَمَّا يَمْنَعُ وُصُولَ الْمَاءِ إِلَى الْبَشَرَةِ،
وَأَنَّ لَا يَكُوْنَ عَلَى الْعُضْوِ مَا يُغَيِّرُ الْمَاءَ، وَالْعِلْمُ
بِفَرْضِيَتِهِ وَأَنْ لَا يَعْتَقِدَ فَرْضًا مِنْ فُرُوْضِهِ سُنَّةً،
وَالْمَاءُ الطَّهُوْرُ وَدُخُولُ الْوَقْتِ، وَالْمُوَالَاةُ لِدَائِمِ الْحَدَثِ
(Fasal) Syarat-Syarat sah wudhu itu ada 10 : Pertama,
islam. Kedua, orang yang berwudhu sudah tamyiz. Ketiga,
suci dari haidh dan nifas. Keempat, bersih dari sesuatu yang
menghalangi sampainya air kekulit. Kelima, diatas anggota
tubuh wudhu tidak terdapat sesuatu yang dapat merubah air yang suci. Keenam,
mengetahui kefardhuan berwudhu. Ketujuh, tidak meyakini
perkara yang fardhu dari fardhu wudhu menjadi sunnah (tidak meyakini bahwa
fardhu wudhu itu adalah sunnah wudhu). Kedelapan, air yang
mensucikan. Kesembilan, masuk waktu sholat. Kesepuluh,
terus menerus bagi orang yang selalu hadas (contohnya orang yang beser dan
orang yang istihadhoh)
(فَصْلٌ)
نَوَاقَضُ الْوُضُوءِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ: (اَلْأوَّلُ) الْخَارِجُ مِنْ أَحَدِ
السَّبِيلَيْنِ مِنْ قُبُلٍ أَوْ دُبُرٍ رِيحٌ أَوْ غَيْرُهُ إلَّا الْمَنِيَّ
(اَلثَّانِي) زَوَالُ الْعَقْلِ بِنَوْمٍ أَوْ غَيْرِهِ إلَّا نَوْمَ قَاعِدٍ
مُـمَكِّنٍ مَقْعَدَهُ مِنَ الْأَرْضِ (اَلثَّالِثُ) اِلْتِقَاءُ بَشَرَتَيْ
رَجُلٍ وَامْرَأَةٍ كَبِيرَيْنِ مِنْ غَيْرِ حَائِلٍ (اَلرَّابِعُ) مَسُّ قُبُلِ
الْآدَمِيِّ أَوْ حَلْقِةِ دُبُرِهِ بِبَطْنِ الرَّاحَةِ أَو بُطُونِ الْأَصَابِعِ
.
(Fasal) Pembatal wudhu itu ada 4 perkara : pertama,
keluarnya sesuatu dari salah satu dari dua lubang kemaluan, yakni dari lubang
kelamin dan pantat, baik sesuatu tersebut berupa angin atau selainnya, kecuali
air mani. Kedua, hilangnya akal dengan sebab tidur atau
lainnya, kecuali tidurnya orang yang duduk menetap pada tempat duduk nya. Ketiga, sentuhan dua kulit yakni
kulit laki-laki dewasa dengan kulit wanita dewasa tanpa ada pengahalang. Keempat,
mengusap kelamin manusia atau mengusap lubang pantat dengan telapak tangan atau
bagian dalam jari tangan
)فَصْلٌ) مَنْ
اِنْتَقَضَ وُضُوؤُهُ حَرُمَ عَلَيْهِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ: الصَّلَاةُ
وَالطَّوَافُ وَمَسُّ الْمُصْحَفِ وَحَمْلُهُ.
(Fasal) Barangsiapa yang batal wudhunya (tidak
punya wudhu) maka haram
atas orang tersebut melakukan 4 perkara :
(1)
Sholat
(2)
Thowaf
(3)
Menyentuh mushaf al-qur'an
(4)
Membawa Mushaf al-Qur'an
وَيَحْرُمُ عَلَى الْجُنُبِ سِتَّةُ
أَشْيَاءَ: الصَّلَاةُ، وَالطَّوَافُ، وَمَسُّ الْمُصْحَفِ، وَحَمْلُهُ،
وَاللُّبْثُ فِي الْمَسْجِدِ، وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ.
Haram bagi orang
junub melakukan 6 perkara :
(1) sholat
(2) thowaf
(3) menyentuh
mushaf al-qur'an
(4) membawa
mushaf al-qur'an
(5)
berdiam diri dimasjid
(6) membaca
al-qur'an
وَيَحْرُمُ
بِالْحَيْضِ عَشَرَةُ أَشْيَاءَ: الصَّلَاةُ، وَالطَّوَافُ، وَمَسُّ الْمُصْحَفِ،
وَحَمْلُهُ، وَاللُّبْثُ فِي الْمَسْجِدِ، وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ، وَالصَّوْمُ،
وَالطَّلَاقُ، وَالْمُرُورُ فِي الْمَسْجِدِ إنْ خَافَتْ تَلْوِيثَهُ،
وَالِاسْتِمْتَاعُ بِمَا بَيْنَ السُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ
Haram dengan
sebab haidh melakukan 10 perkara :
(1) Sholat
(2) Thowaf
(3) Menyentuh
mushaf al-qur'an
(4) membawa
mushaf al-qur'an
(5) menetap / berdiam
diri di masjid
(6) membaca
Al-Qur'an
(7) talak
(cerai)
(8) mondar-mandir
dimasjid (jika tidak dikhawatirkan menetesnya darah dimasjid)
(9) Bersenang-senang dengan sesuatu yang sesuatu
yang ada diantara pusar dan lutut.
(فَصْلٌ)
أَسْبَابُ التَّيَمُّمِ ثَلَاثَةٌ : فَقْدُ الْمَاءِ، وَالْمَرَضُ، وَالْاِحْتِيَاجُ
إلَيْهِ لِعَطَشِ حَيَوَانٍ مُحْتَرَمٍ. وَغَيْرُ الْمُحْتَرَمِ سِتَّةٌ: تَارِكُ
الصَّلَاةِ وَالزَّانِي الْمُحْصَنُ وَالْمُرْتَدُّ وَالْكَافِرُ الْحَرْبِيُ
وَالْكَلْبُ الْعَقُورُ وَالْخِنْزِيرُ
(Fasal) Sebab-sebab tayamum itu ada tiga : Pertama,
tidak adanya air. Kedua, sakit. Ketiga,
butuh terhadap air karena hausnya hewan yang dihormati agama. Hewan yang
tidak dihormati oleh agama itu ada 6 : Pertama, orang yang
meninggalkan sholat. Kedua, penzinah muhson (penzinah yang
sudah pernah
akad menikah). Ketiga,
orang yang murtad. Keempat, orang kafir harbi (memerangi
islam). Kelima,
anjing yang galak. Keenam, babi
(فَصْلٌ)
شُرُوْطُ التَّيَمُّمِ عَشَرَةٌ : أَنْ يَكُونَ بِتُرَابٍ، وَأَنْ يَكُونَ
التُّرَابُ طَاهِرًا، وَأَنْ لَا يَكُونَ مُسْتَعْمَلًا، وَلَا يُخَالِطَهُ
دَقِيقٌ وَنَحْوُهُ، وَأَنْ يُقْصِدَهُ، وَأَنْ يَمْسَحَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ
بِضَرْبَتَيْنِ، وَأَنْ يُزِيلَ النَّجَاسَةَ أَوَّلًا، وَأَنْ يَجْتَهِدَ فِي
الْقِبْلَةِ، وَأَنْ يَكُونَ التَّيَمُّمُ بَعْدَ دُخُولِ الْوَقْتِ، وَأَنْ
يَتَيَمَّمَ لِكُلِّ فَرْضٍ
(Fasal) Syarat sah tayamum itu ada 10 : Pertama,
tayamum menggunakan debu. Kedua, debu yang digunakan adalah
debu yang suci. Ketiga, debu yang digunakan belum
digunakan. Keempat, debu yang digunakan tidak bercampur
dengan krikil / pasir atau semisalnya. Kelima, orang yang
bertayamum memaksudkan debu tersebut. Keenam, mengusap wajah
dan kedua tangan dengan 2 kali tepukan. Ketujuh, orang yang
bertayamum menghilangkan najis yang ada pada tubuhnya terlebih dahulu. Kedelapan.
Berusaha menghadap qiblat sebelum tayamum. Kesembilan. Tayamum dilaksanakan
setelah masuk waktu sholat. Kesepuluh. Tayamum untuk setiap
satu kali sholat fardhu.
(فَصْلٌ)
فُرُوضُ التَّيَمُّمِ خَمْسَةٌ: اَلْأَوَّلُ نَقْلُ التُّرَابِ، الثَّانِي
النِّيَّةُ، الثَّالِثُ مَسْحُ الْوَجْهِ، الرَّابِع مَسْحُ الْيَدَيْنِ إلَى
الْمِرْفَقَيْنِ، الْخَامِسُ التَّرْتِيبُ بَيْنَ الْمَسْحَتَيْنِ
(Fasal) Fardhu tayamum itu ada 5 : Pertama,
memindahkan debu. Kedua, berniat. Ketiga,
mengusap wajah. Keempat, mengusap kedua tangan
beserta dua sikut. Kelima,
berurutan diantara dua usapan (mengusap wajah terlebih dahulu baru mengusap
tangan).
(فَصْلٌ)
مُبْطِلَاتُ التَّيَمُّمِ ثَلَاثَةٌ: مَا أَبْطَلَ الْوُضُوءَ، وَالرِّدَّةُ،
وَتَوَهُّمُ الْمَاءِ إنْ تَيَمَّمَ لِفَقْدِهِ وَالشَّكِ
(Fasal) Perkara yang membatalkan tayamum itu ada 4: Pertama,
sesuatu yang membatalkan wudhu. Kedua, murtad. Ketiga,
menyangka adanya air jika orang tersebut bertayamum karena tidak adanya air
untuk wudhu.
(فَصْلٌ)
الَّذِي يَطْهُرُ مِنْ النَّجَاسَةِ ثَلَاثَةٌ: الْخَمْرُ إذَا تَخَلَّلَتْ
بِنَفْسِهَا وَجِلْدُ الْمَيْتَةِ إذَا دُبِغَ وَمَا صَارَا حَيَوَانًا.
(Fasal) Sesuatu dari benda najis yang bias berubah
menjadi suci itu ada 3 : Pertama, khomer (minuman keras)
jika berubah menjadi cuka dengan sendirinya. Kedua, kulit
bangkai jika sudah disamak. Ketiga, sesuatu yang berubah
menjadi hewan.
(فَصْلٌ)
اَلنَّجَاسَةُ ثَلَاثَةٌ: مُغَلَّظَةٌ وَمُخَفَّفَةٌ
وَمُتَوَسِّطَةٌ. الْمُغَلَّظَةُ: نَجَاسَةُ الْكَلْبِ وَالْخِنْزِيرِ
وَفَرْعِ أَحَدِهِمَا. وَالْمُخَفَّفَةُ: بَوْلُ الصَّبِيِّ الَّذِي لَمْ
يُطْعَمْ غَيْرَ اللَّبَنِ وَلَمْ يَبْلُغْ الْحَوْلَيْنِ. وَالْمُتَوَسِّطَةُ:
سَائِرُ النَّجَاسَاتِ.
(Fasal) Najis itu ada 3 tingkatan : Najiz
Mugholazoh, Najiz Mukhofafah dan Najis Mutawasithoh. Najis
Mugholazoh adalah najisnya anjing, babi dan keturunan dari salah
satu hewan tersebut. Najis Mukhofafah adalah air
kencing bayi lelaki yang belum diberi makan sesuatu selain susu dan belum sampai berumur
2 tahun. Najis Mutawasithoh adalah najis-najis
sesisanya (selain dari najis mgholazoh dan selain najis mukhofafah)
(فَصْلٌ) الْمُغَلَّظَةُ:
تَطْهُرُ بِسَبْعِ غَسَلَاتٍ بَعْدَ إزَالَةِ عَيْنِهَا، إحْدَاهُنَّ
بِتُرَابٍ. وَالْمُخَفَّفَةُ: تَطْهُرُ بِرَشِّ الْمَاءِ عَلَيْهَا مَعَ
الْغَلَبَةِ وَإِزَالَةِ عَيْنِهَا
(Fasal) Najis Mugholazoh itu dapat
menjadi suci dengan 7 kali basuhan setelah hilang benda najisnya, salah satu
dari 7 basuhan tersebut dengan dicampur debu. Najis Mukhofafah dapat
menjadi suci dengan memercikan air diatasnya beserta mengunggulinya air dan
hilangnya fisik benda najis tersebut.
وَالْمُتَوَسِّطَةُ تَنْقَسِمُ
إلَى قِسْمَيْنِ: عَيْنِيَّةٌ وَحُكْمِيَّةٌ. الْعَيْنِيَّةُ : الَّتِي لَهَا
لَوْنٌ وَرِيحٌ وَطَعْمٌ، فَلَا بُدَّ مِنْ إزَالَةِ لَوْنِـهَا وَرِيـْحِهَا
وَطَعْمِهَا. وَالْـحُكْمِيَّةُ: الَّتِي لَا لَوْنَ لَهَا وَلَا رِيحَ ولاطَعْمَ
لَهَا، يَكْفِيْكَ جَرْيُ الْمَاءِ عَلَيْهَا.
Najis Mutawasitoh itu terbagi kepada 2
bagian: Pertama Najis Ainiah dan Kedua Najis
Hukmiah. Najis Ainiah adalah najis yang memiliki warna,
bau dan rasa. Maka untuk membersihkannya, tidak boleh tidak (harus) dengan
cara menghilangkan
warna, bau dan rasa najis tersebut. Najis Hukmiah adalah najis yang tidak terdapat
warna, bau dan rasa.
Maka untuk membersihkanya cukuplah bagi kamu mengalirkan air diatas Najis
Hukumiah tersebut
(فَصْلٌ)
أَقَلُّ الْحَيْضِ: يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ وَغَالِبُهُ سِتَّةٌ أوسَبْعٌ وَأَكْثَرُهُ
خَمْسَةَ عَشْرَةَ يَوْمًا بِلَيَالِـيْهَا
(Fasal) Paling sedikitnya masa haid adalah sehari
semalam, waktu umumnya haid adalah 6 hari atau 7 hari. Waktu paling lama
nya haid adalah 15 hari dengan malam-malamnya.
أَقَلُّ الطُّهْرِ
بَيْنَ الْحَيْضَتَيْنِ خَمْسَةَ عَشْرَةَ يَوْمًا، وَغَالِبُهُ أَرْبَعَةٌ
وَعِشْرُونَ يَوْمًا أَوْ ثَلَاثَةٌ وَعِشْرُونَ يَوْمًا، وَلَاحَدَّ لِأَكْثَرِهِ
Waktu paling sedikitnya masa suci diantara dua haid
adalah 15 hari. Umumnya masa suci diantara dua haid adalah 24 atau 25 hari, dan
tidak ada batasan untuk paling lamanya masa suci.
أَقَلُّ النِّفَاسِ
مُجَّةٌ، وَغَالِبُهُ أَرْبَعُونَ يَوْمًا، وَأَكْثَرُهُ سِتُّونَ يَوْمًا.
Waktu
paling sedikitnya nifas adalah seketika , waktu umumnya nifas adalah 40 hari,
dan waktu paling lamanya nifas adalah 60 hari.
(فَصْلٌ)
أَعْذَارُ الصَّلَاةِ اِثْنَانِ: اَلنَّوْمُ وَالنِّسْيَانُ
(Fasal) Udzur-udzur sholat itu ada 2 : tidur dan
lupa
(فَصْلٌ)
شُرُوطُ الصَّلَاةِ ثَمَانِيَةٌ: طَهَارَةُ الْحَدَثَيْنِ وَالطَّهَارَةُ عَنِ
النَّجَاسَةِ فِي الثَّوْبِ وَالْبَدَنِ وَالْمَكَانِ وَسَتْرُ الْعَوْرَةِ وَاسْتِقْبَالُ
الْقِبْلَةِ وَدُخُولُ الْوَقْتِ وَالْعِلْمُ بِفَرِيضَتِهِ وَأَنْ لَايَعْتَقِدَ
فَرْضًا مِنْ فُرُوضِهَا سُنَّةٌ وَاجْتِنَابُ الْمُبْطِلَاتِ
(Fasal) Syarat sholat itu ada 8 : Pertama,
suci dari dua hadas. Kedua, suci dari najis baik didalam pakaian,
badan dan tempat. Ketiga, menutup aurat. Keempat,
menghadap kiblat. Kelima, masuknya waktu sholat. Keenam,
mengetahui kefardhuan sholat. Ketujuh, tidak meyakini satu
fardhu / rukun sholat dari fardhu-fardhu sholat menjadi sunnah sholat.
(contohnya : tidak menganggap sujud sebagai sunnah sholat). Kedelapan,
menjauhi perkara-perkara yang
membatalkan sholat
الْأَحْدَاثُ اثْنَانِ
: أَصْغَرُ وَأَكْبَرُ. فَالْأَصْغَرُ مَا أَوْجَبَ الْوُضُوءَ وَالْأَكْبَرُ مَا
أَوْجَبَ الْغُسْلَ.
Hadas
itu ada 2 : hadas kecil dan hadas besar. Hadas
Kecil adalah sesuatu yang mewajibkan wudhu, Hadas Besar adalah sesuatu yang
mewajibkan mandi besar.
الْعَوْرَات أَرْبَعٌ:
عَوْرَةُ الرَّجُلِ مُطْلَقًا وَالْأَمَةِ فِي الصَّلَاةِ مَا بَيْنَ السُّرَّةِ
وَالرُّكْبَةِ. وَعَوْرَةُ الْـحُرَّةِ فِى الصَّلاَةِ جَمِيعُ بَدَنـِهَا مَا
سِوَى الْوَجْهِ وَالْكَفَّيْنِ وَعَوْرَةُ الْحُرَّةِ وَالْأَمَةِ عِنْدَ
الْأَجَانِبِ جَمِيعُ الْبَدَنِ وَعِنْد مَحَارِمِهِمَا وَالنِّسَاءِ مَا بَيْنَ
السُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ
Aurat
itu ada 4 : Pertama, Aurat lelaki secara muthlak dan wanita yang
berstatus budak didalam
sholat, yaitu sesuatu yang ada diatara pusar dan dengkul. Kedua,
Aurat wanita merdeka didalam sholat, yaitu seluruh badan nya kecuali wajah dan
telapak tangan. Ketiga, Aurot wanita merdeka dan wanita yang
berstatus budak disisi orang
yang bukan mahrom, yaitu seluruh badan mereka. Keempat,
Aurot wanita merdeka dan wanita yang berstatus budak disisi
mahromnya (keluarga) dan disisi wanita lain, yaitu sesuatu yang ada diantara
pusar dan lutut
(فَصْلٌ)
أَرْكَانُ الصَّلَاةِ سَبْعَةَ عَشَرَ: الْأَوَّلُ النِّيَّةُ، الثَّانِي
تَكْبِيرَةُ الْإِحْرَامِ، الثَّالِثُ الْقِيَامُ عَلَى الْقَادِرِ فِي الْفَرْضِ،
الرَّابِعُ قِرَاءَةُ الْفَاتِحَةِ، الْخَامِسُ الرُّكُوعُ، السَّادِسُ
الطُّمَأْنِينَةُ فِيهِ، السَّابِعُ الِاعْتِدَالُ، الثَّامِنُ الطُّمَأْنِينَةُ
فِيهِ، التَّاسِعُ السُّجُودُ مَرَّتَيْنِ، الْعَاشِرُ الطُّمَأْنِينَةُ فِيهِ،
الْحَادِيَ عَشَرَ الْجُلُوسُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ، الثَّانِيَ عَشَرَ
الطُّمَأْنِينَةُ فِيهِ، الثَّالِثَ عَشَرَ التَّشَهُّدُ الْأَخِيرُ، الرَّابِعَ
عَشَرَ الْقُعُودُ فِيهِ، الْخَامِسَ عَشَرَ الصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، السَّادِسَ عَشَرَ السَّلَامُ، السَّابِعَ
عَشَرَ التَّـرتِـيبُ .
(Fasal)
Rukun sholat itu ada 17 :
(1) Niat
(2) Takbirotul ihrom
(3) Berdiri pada sholat fardhu bagi orang yang mampu
(4) Membaca surat Al-Fatihah
(5) Ruku’
(6) Tuma’ninah / berhenti sejenak didalam ruku.
(7) I’tidal/berdiri tegak setelah ruku
(8) Tuma’ninah / berhenti sejenak didalam i’tidal
(9) Sujud sebanyak dua kali
(10) Tuma’ninah / berhenti sejenak didalam didalam sujud
(11) Duduk diantara dua sujud
(12) Tuma’ninah / berhenti sejenak didalam duduk diantara
dua sujud
(13) Tasyahud akhir yakni membaca
bacaan tasyahud pada roka’at sholat terakhir
(14) Duduk
dalam membaca tasyahud akhir
(15) Bershalawat
kepada nabi muhammad SAW
(16) Salam
(17) Tertib
(فَصْلٌ)
النِّيَّة ثَلَاثُ دَرَجَاتٍ: إنْ كَانَتْ الصَّلَاةُ فَرْضًا وَجَبَ قَصْدُ
الْفِعْلِ وَالتَّعْيِينُ وَالْفَرْضِيَّةُ، وَإِنْ كَانَتْ نَافِلَةً مُؤَقَّتَةً
كَرَاتِبَةٍ أَوْ ذَاتَ سَبَبٍ وَجَبَ قَصْدُ الْفِعْلِ وَالتَّعْيِينِ، وَإِنْ
كَانَتْ نَافِلَةً مُطْلَقَةً وَجَبَ قَصْدُ الْفِعْلِ فَقَطْ
Niat
itu ada 3 derajat :
(1) Jika
sholat nya itu adalah sholat fardhu, maka wajib “Qoshdul Fi’li”
(bermaksud mengerjakan sholat), “Ta’yin” (menyatakan sholat apa yang
dikerjakan), dan “Fardhiah” (menyatakan ke-fardhu sholat).
(2) Jika
sholat nya adalah sholat sunnah yang mempunyai waktu tertentu seperti sholat
rawatib atau sholat yang mempunyai sebab tertentu, maka wajib “Qoshdul
Fi’li” dan “Ta’yin”
(3) Jika
sholatnya itu sholat sunnah mutlak, maka wajib “Qoshdul Fi’li” saja.
الْفِعْلُ:
"أُصَلِّي"، وَالتَّعْيِينُ: "ظُهْرًا" أَوْ
"عَصْرًا"، وَالْفَرْضِيَّةُ: "فَرْضًا" .
Qosdul Fi’li adalah :
berniat “saya mengerjakan sholat”. Ta’yin adalah
berniat “sholat dzuhur” atau “sholat ashar” (hanya contoh). Fardhiah adalah
berniat “sholat fardhu”.
Note: Contoh niat yang mencakup Qosdul Fi’li,
Ta’yin & Fardhiah adalah :
أُصَلِّي ظُهْرًا
فَرْضًا / أُصَلِّي عَصْرًا فَرْضًا
أُصَلِّي فَرْضَ
الظُهْرِ / أُصَلِّي فَرْضَ العَصْرِ
(فَصْلٌ)
شُرُوطُ تَكْبِيرَةِ الْإِحْرَامِ سِتَّةَ عَشْرَةَ : أَنْ تَقَعَ حَالَةَ
الْقِيَامِ فِي الْفَرْضِ، وَأَنْ تَكُونَ بِالْعَرَبِيَّةِ، وَأَنْ تَكُونَ
بِلَفْظِ الْجَلَالَةِ، وَبِلَفْظِ "أَكْبَرُ"، وَالتَّرْتِيبُ بَيْنَ
اللَّفْظَتَيْنِ، وَأَنْ لَايَـمُدَّ هَمْزَةَ الْجَلَالَةِ، وَعَدَمُ مَدِّ بَاءِ
"أَكْبَرُ"، وَأَنْ لَا يُشَدِّدَ الْبَاءَ، وَأَنْ لَايَزِيْدَ وَاواً
سَاكِنَةً أَوْ مُتَحَرِّكَةً بَيْنَ الْكَلِمَتَيْنِ، وَأَنْ لَايَزِيْدَ وَاوًا
قَبْلَ الْجَلَالَةِ، وَأَنْ لَايَقِفَ بَيْنَ كَلِمَتَيْ التَّكْبِيرِ وَقْفَةً
طَوِيلَةً وَلَا قَصِيرَةً، وَأَنْ يُسْمِعَ نَفْسَهُ جَمِيعَ حُرُوفِهَا،
وَدُخُولُ الْوَقْتِ فِي الْمُؤَقَّتِ، وَإِيقَاعُهَا حَالَ الِاسْتِقْبَالِ، وَأَنْ
لَا يُخِلَّ بِحَرْفٍ مِنْ حُرُوفِهَا، وَتَأْخِيرُ تَكْبِيرَةِ الْمَأْمُومِ عَنْ
تَكْبِيرَةِ الْإِمَامِ.
(Fasal) Syarat-syarat sahnya takbirotul ihrom itu
ada 16 perkara :
(1) Takbirotul ihrom terjadi disaat berdiri dalam
sholat fardhu
(2) Takbirotul ihrom ada dengan menggunakan bahasa
arab.
(3) Takbirotul ihrom dengan lafadz
jalalah yaitu lafadz “Allah”
(4) Takbirotul ihrom dengan lafadz “Akbar”
(5) berurutan diantara dua lafadz tersebut yakni “Allahu” kemudian “Akbar”
(6) tidak memanjangkan huruf hamzah lafadz
“Allah”
(7) Tidak memanjangkan bacaan huruf “baa” pada
lafadz “Akbar”.
(8) tidak membaca tasydid huruf “baa”
(9) Tidak menambahkan huruf “wawu” sukun atau “wawu”
yang berharokat diantara dua kalimat, yakni diantara “Alloh” & “Akbar”
(10) tidak
menambahkan huruf wawu sebelum lafadz “Allah”
(11) tidak berhenti
dengan waktu yang lama dan sebntar diantara dua kalimat “Alloh” & “Akbar”.
(12) Memperdengarkan
diri sendiri terhadap seluruh bacaan huruf-huruf takbirotul ihrom
(13) Tasyahud akhir yakni membaca
bacaan tasyahud pada roka’at sholat terakhir
(14) Takbirotul ihrom terjadi
saat menghadap Qiblat
(15) Tidak merusak bacaan takbirotul ihrom sekalipun
hanya satu huruf
(16) Takbirotul
ihrom makmum dilakukan setelah takbirotul ihromnya imam
(فَصْلٌ)
شُرُوطُ الْفَاتِحَةِ عَشَرَةٌ : التَّرْتِيبُ، وَالْمُوَالَاةُ، وَمُرَاعَاةُ
حُرُوفِهَا، وَمُرَاعَاةُ تَشْدِيدَاتِهَا، وَأَنْ لَا يُسْكَتَ سَكْتَةً
طَوِيلَةً وَلَا قَصِيرَةً يَقْصِدُ بِهَا قَطْعَ الْقِرَاءَةِ، وَقِرَاءَةُ كُلِّ
آيَاتِهَا وَمِنْهَا الْبَسْمَلَةُ، وَعَدَمُ اللَّحْنِ الْمُخِلِّ بِالْمَعْنَى
وَأَنْ تَكُوْنَ حَالَةَ الْقِيَامِ فِي الْفَرْضِ، وَأَنْ يُسْمِعَ نَفْسَهُ
الْقِرَاءَةَ، وَأَنْ لَا يَتَخَلَّلَهَا ذِكْرٌ أَجْنَبِيٌّ .
(Fasal) Syarat-syarat sah fatihah itu
ada 10 :
(1) Tertib
(2) Terus menerus / tidak terputus dengan waktu yang
lama
(3) Menjaga bacaan huruf-huruf surat al-fatihah
(4) Menjaga bacaan tasydid pada surat al-fatihah
(5) Tidak diam dengan
diam yang lama atau sebentar, dengan niat memutus bacaan fatihah
(6) membaca semua ayat surat al-fatihah
(7) Tidak ada kesalahan bacaan yang merubah arti pada
surat al-fatihah.
(8) Fatihah dibaca pada saat berdiri didalam sholat
fardhu
(9) Memperdengarkan bacaan surat al-fatihah kepada
dirinya sendiri
(10) Tidak menambahkan huruf wawu sebelum
lafadz “Allah”
(فَصْلٌ)
تَشْدِيدَاتُ الْفَاتِحَةِ أَرْبَعَ عَشْرَةَ: بِسْمِ اللَّهِ فَوْقَ اللَّامِ،
الرَّحْمَنِ فَوْقَ الرَّاءِ، الرَّحِيْمِ فَوْقَ الرَّاءِ، الْحَمْدُ لِلَّهِ
فَوْقَ لَامِ الْجَلَالَةِ، رَبِّ الْعَالَمِيْنَ فَوْق الْبَاءِ، الرَّحْمَنِ
فَوْقَ الرَّاءِ، الرَّحْمَنُ فَوْقَ الرَّاءِ، مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ فَوْقَ
الدَّالِ، إِيَّاكَ نَعْبُدُ فَوْقَ الْيَاءِ، إِيَّاكَ نَسْتَعِينُ فَوْقَ
الْيَاءِ، اِهْدِنَا الصِّراطَ الْمُسْتَقِيمَ فَوْقَ الصَّادِ، صِرَاطَ
الَّذِيْنَ فَوْقَ اللَّامِ، أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ
عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ فَوْقَ الضَّادِ وَاللَّامِ.
(Fasal) Bacaan-bacaan tasydid surat al-fatihah itu ada 14
: (1) Tasydid pada lafadz “Bismillah”
diatas huruf “lam”. (2) Tasydid pada lafadz “Ar-Rohman”
diatas huruf “ro”. (3) Tasydid pada lafadz “Ar-Rohim”
diatas huruf “ro”. (4) Tasydid pada lafadz “Alhamdulillah”
diatas huruf “lam” lafadz Allah. (5) Tasydid pada
lafadz “Robbil alamin” diatas huruf “baa” (6) Tasydid pada
lafadz “Ar-Rohman” diatas huruf “ro” (7) Tasydid pada
lafadz “ar-rohim” diatas huruf “ro” (8) Tasydid pada
lafadz “Maliki Yaumi Din” diatas huruf “da”. (9) Tasydid pada
lafadz “iyyaka na’budu” diatas huruf “yaa”. (10) Tasydid pada
lafadz “iyyaka nasta’in” diatas huruf “yaa”. (11) Tasydid pada
lafadz “ihdhinas shirothol mustaqim” diatas huruf “shod”. (12) Tasydid pada
lafadz “Shirotol Lazina” diatas huruf “lam”. (13-14) Tasydid pada
lafadz “an’amta alaihim ghoiril maghdhubi alaihim waladh dholin” diatas
huruf “dhod” dan diatas huruf “lam”.
(فَصْلٌ)
يُسَنُّ رَفْعُ الْيَدَيْنِ فِي أَرْبَعَةِ مَوَاضِعَ : عِنْدَ تَكْبِيرَةِ
الْإِحْرَامِ، وَعِنْدَ الرُّكُوعِ، وَعِنْدَ الِاعْتِدَالِ، وَعِنْد الْقِيَامِ
مِنْ التَّشَهُّدِ الْأَوَّلِ.
(Fasal) Disunnahkan mengangkat kedua tangan dalam 4
tempat : (1) disaat takbirotul ihrom. (2) disaat
hendak ruku. (3) disaat hendak i’tidal. (4)
disaat hendak berdiri dari seusai tasyahud awal.
(فَصْلٌ)
شُرُوطُ السُّجُودِ سَبْعَةٌ : أَنْ يَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْضَاءٍ، وَأَنْ تَكُونَ
جَبْهَتُه مَكْشُوفَةً، وَالتَّحَامُلُ بِرَأْسِهِ، وَعَدَمُ الْـهُوِىِّ
لِغَيْرِهِ، وَأَنْ لَايَسْجُدَ عَلَى شَيْءٍ يَتَحَرَّكُ بِحَرَكَتِهِ،
وَارْتِفَاعُ أَسَافِلِهِ عَلَى أَعَالِيهِ، وَالطُّمَأْنِينَةُ فِيهِ.
(Fasal) Syarat-syarat sahnya sujud ada 7 : (1)
bersujud diatas 7 anggota tubuh. (2) jidat orang yang sujud terbuka
tanpa ada penghalang. (3) meletakan beban dikepalanya. (4) tidak
turun untuk selain untuk tujuan sujud, (5) tidak
bersujud diatas sesuatu yang bergerak dengan sebab bergeraknya orang yang
sujud. (6) mengangkat bagian bawah tubuhnya. (7) tuma’ninah didalam
sujud.
(خَاتِـمَةٌ)
أَعْضَاءُ السُّجُودِ سَبْعَةٌ : الْجَبْهَةُ، وَبُطُونُ الْكَفَّيْنِ،
وَالرُّكْبَتَانِ، وَبُطُونُ الْأَصَابِعِ الرِّجْلَيْنِ.
(Penutup) Angota-anggota
tubuh sujud itu ada 7 : (1) jidat / kening. (2-3) bagian dalam
kedua telapak tangan, (4-5) kedua dengkul. (6-7) bagian dalam
jari-jari kedua kaki.
(فَصْلٌ)
تَشْدِيدَاتُ التَّشَهُّدِ إحْدَى وَعِشْرُونَ: خَمْسٌ فِى أَكْمَلِه وَسِتَّةَ
عَشَرَ فِي أَقَلِّهِ: التَّحِيَّاتُ عَلَى التَّاءِ والْيَاءِ، الْمُبَارَكَاتُ
الصَّلَوَاتُ عَلَى الصَّادِ، الطَّيِّبَاتُ عَلَى الطَّاءِ وَالْيَاءِ، لِلَّهِ
عَلَى لَامَ الْجَلَالَةِ، السَّلَامُ عَلَى السِّينِ، عَلَيْك أَيُّهَا
النَّبِيُّ عَلَى الْيَاءِ وَالنُّونِ وَالْيَاءِ، وَرَحْمَةُ اللَّهِ عَلَى لَامِ
الْجَلَالَةِ، وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَى السِّينِ، عَلَيْنَا وَعَلَى
عِبَادِ اللَّهِ عَلَى لَامَ الْجَلَالَةِ، الصَّالِحِين عَلَى الصَّادِ، أَشْهَدُ
أَنْ لَا إلَهَ عَلَى لَامِ أَلِفٍ، إلَّا اللَّهُ عَلَى لَامِ أَلِفٍ وَلَام
الْجَلَالَة، وَأَشْهَدُ أَنَّ عَلَى النُّونِ، مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ عَلَى
مِيْمِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى الرَّاءِ وَعَلَى لَامِ الْجَلَالَةِ .
(Fasal) Bacaan tasydid tasyahud itu ada 21,
lima tasydid didalam bacaan sempurna tasyahud dan ada enamb belas didalam paling
sedikitnya bacaan tasyahud : (1-2) Tasydid pada lafadz “at-tahiyyatu”
diatas huruf “taa” dan huruf “yaa”. (3) Tasydid pada lafadz
“mubarokatush sholawatu” diatas huruf “shod”. (4-5) Tasydid pada lafadz “at-toyyibatu”
diatas huruf “tho” dan huruf “yaa”. (6) Tasydid pada lafadz “lillahi”
diatas huruf “lam” lafadz Allah. (7) Tasydid pada lafadz “as-salamu”
diatas huruf “sin”. (8-9-10) Tasydid pada lafadz “alaika
ayyuhan nabiyyu” diatas huruf “yaa”, diatas huruf “nun” dan
diatas huruf “ya”. (11) Tasydid pada lafadz “wa
rohmatullohi” diatas huruf “lam” lafadz Allah. (12) Tasydid pada lafadz “wabarokatuhu,
As-salamu” diatas huruf “sin”. (13) Tasydid pada lafadz “alina wa ala ibadillahi”
diatas lam lafadz Allah. (14) Tasydid pada lafadz “as-sholihina”
diatas huruf “shod”. (15) Tasydid pada lafadz “asyhadu
alla ilaha” diatas huruf lam alif.. (16-17) Tasydid pada lafadz “illaulloh”
diatas huruf “lam alif” dan diatas huruf “lam” lafadz Allah.
(18) Tasydid pada lafadz “asyhadu anna” diatas
huruf “nun”. (19-20-21) Tasydid pada lafadz “muhammadur
rosulluloh” diatas huruf “mim” lafadz Muhammad, diatas huruf “ro”,
dan diatas huruf “lam” lafadz Alloh.
(فَصْلٌ)
تَشْدِيدَاتُ أَقَلِّ الصَّلَاةِ عَلَى النَّبِيِّ أَرْبَعٌ: اللَّهُمَّ عَلَى
اللَّامِ وَالْمِيم، صَلِّ عَلَى اللَّامِ، عَلَى مُحَمَّدٍ عَلَى الْمِيمِ
(Fasal) Bacaan tasydid paling sedikit
pada sholawat atas nabi itu ada 4 : (1-2) pada
lafadz “allohumma” diatas huruf “lam” dan diatas huruf “mim”. (3)
pada lafadz “sholli” diatas huruf “lam”. (4) pada lafadz
“ ala muhammadin” diatas huruf “mim”.
(فَصْلٌ)
أَقَلُّ السَّلَامِ : اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ، تَشْدِيدُ السَّلَامُ عَلَى
السِّينِ
(Fasal) Paling sedikitnya bacaan salam adalah
“Asalamu Alaikum”. Bacaan tasydid pada salam itu diatas huruf sin.
(فَصْلٌ)
أَوْقَاتُ الصَّلَاةِ خَمْسٌ: أَوَّلُ وَقْتِ الظُّهْرِ زَوَالُ الشَّمْسِ،
وَآخِرُهُ مَصِيْرُ ظِلِّ الشَّيْءِ مِثْلَهُ غَيْرَ ظِلِّ الِاسْتِوَاءِ،
وَأَوَّلُ وَقْتِ الْعَصْرِ إذَا صَارَ ظِلُّ كُلِّ شَيْءٍ مِثْلَهُ وَزَادَ
قَلِيلًا، وَآخِرُهُ غُرُوبُ الشَّمْسِ، وَأَوَّلُ وَقْتِ الْمَغْرِبِ غُرُوبُ
الشَّمْسِ وَآخِرُهُ غُرُوبُ الشَّفَقِ الْأَحْمَرِ، وَأَوَّلُ وَقْتِ الْعِشَاءِ
غُرُوبِ الشَّفَقِ الْأَحْمَرِ، وَآخِرُهُ طُلُوعُ الْفَجْرِ الصَّادِقِ،
وَأَوَّلُ وَقْتِ الصُّبْحِ طُلُوعُ الْفَجْرِ وَآخِرَهُ طُلُوعُ
الشَّمْسِ. الأَشْفَاقُ ثَلاَثَةٌ أَحْمَرُ وَأَصْفَرُ وَأَبْيَضُ،
الأَحْمَرُ: مَغْرِبٌ والأَصْفَرُ وَالأَبْيَضُ عِشَاءٌ
(Fasal) Waktu-waktu sholat fardhu itu 5 : Pertama,
Awal waktu dzuhur yaitu saat tergelincir mata hari.akhir
waktu dzuhur yaitu saat bayangan sesuatu menyamai ukuran
sesuatu tersebut, selain bayangan waktu istiwa. Kedua,
Awal waktu ashar yaitu jika bayangan sesuatu menyamai sesuatu
tersebut dan lebih sedikit. Akhir waktu ashar yaitu ketika
tenggelamnya matahari. Ketiga, Awal awaktu magrib yaitu
saat terbenamnya matahari, dan akhir waktu maghrib ketika terbenamnya mega
merah. Keempat, Awal waktu isya yaitu saat
terbenamnya mega merah dan akhirnya waktu isya ketika
terbitnya fajar. Kelima,Awal waktu shubuh yaitu
ketika terbitnya fajar dan akhir waktu shubuh itu
ketika terbutnya matahari. Mega itu ada 3 macam : mega
merah, mega kuning, dan mega putih. Mega merah adalah waktu maghrib.
Mega kuning dan Mega putih adalah waktu isya. (Disunnahkan
menunda sholat isya sampai
hilangnya mega merah dan mega putih.)
(فَصْلٌ)
تَحْرُمُ الصَّلَاةُ الَّتِي لَيْسَ لَهَا سَبَبٌ مُتَقَدِّمٌ وَلَا مُقَارِنٌ فِي
خَمْسَةِ أَوْقَاتٍ: عِنْدَ طُلُوعِ الشَّمْسِ حَتَّى تَرْتَفِعَ قَدْرَ رُمْحٍ،
وَعِنْدَ الْاِسْتِوَاءِ فِي غَيْرِ يَوْمِ الْجُمُعَةِ حَتَّى تَزُولَ، وَعِنْدَ
الاِصْفِرَارِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، وَبَعْدَ صَلَاةِ الصُّبْحِ حَتَّى
تَطْلُعَ الشَّمْسُ، وَبَعْدَ صَلَاةِ الْعَصْرِ حَتَّى تَغْرُبَ
(Fasal) Diharamkan mengerjakan sholat yang tidak ada
sebab terdahulun dan sebab yang berbarenan didalam 5 waktu :
(1) Saat
terbitnya matahari, sampai meninggi seukuran anak panah.
(2) Saat
waktu istiwa pada selain hari jumat sampai matahari
tergelincir.
(3) Saat
mega kuning sampai terbitnya matahari.
(4) Setelah
sholat subuh sampai matahari terbit.
(5) Setelah
sholat ashar sampai masuk
waktu maghrib.
(فَصْلٌ)
سَكَتَاتُ الصَّلَاةِ سِتَّةٌ: بَيْنَ تَكْبِيرَةِ الْإِحْرَامِ وَدُعَاءِ
الِافْتِتَاحِ، وبَيْن دُعَاءِ الْإِفْتِتَاحِ وَالتَّعَوُّذِ، وبَيْنَ
الْفَاتِحَةِ وَالتَّعَوُّذِ، وَبَيْنَ آخَرِ الْفَاتِحَةِ وَآمِيْنَ، وَبَيْن
آمِينَ وَالسُّورَةِ، وَبَيْن السُّورَة وَالرُّكُوعِ
(Fasal) Saktah didalam
sholat ada 6 :
(1) Diantara
takbirotul ihrom
(2) Diantara do’a
iftitah dan bacaan ta’awudz
(3) Diantara
bacaan fatihah dan ta’awudz.
(4) Diantara
akhir bacaan fatihah dan bacaan amin
(5) Diantara
bacaan amin dan bacaan surat sunnah
(6) Diantara bacaan surat sunnah dan
gerakan ruku’
(فَصْلٌ)
الْأَرْكَانُ الَّتِي تَلْزَمُهُ فِيهَا الطُّمَأْنِينَةُ أَرْبَعَةٌ: الرُّكُوعُ
وَالِاعْتِدَالُ وَالسُّجُودُ وَالْجُلُوسُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ
الطُّمَأْنِينَةُ هِي: سُكُونٌ بَعْدَ حَرَكَةٍ بِحَيْثُ يَسْتَقِرُّ كُلُّ عُضْوٍ
مَحَلَّهَ بِقَدْرِ سُبْحَانَ اللَّهِ
(Fasal) Rukun-rukun sholat yang harus ada tuma’ninah
didalamnya itu ada 4 rukun :
(1) Ruku’
(2) I’tidal
(3) Sujud
(4) Duduk
diantara dua sujud
(5) Tuma’ninah adalah diam
sejenak setelah bergerak, dengan sekiranya anggota tubuh diam menetap pada
tempatnya, dengan seukuran waktu bacaan “subhanaulloh”
(فَصْلٌ)
أَسْبَابُ سُجُودِ السَّهْوِ أَرْبَعَةٌ : الْأَوَّلُ تَرْكُ بَعْضٍ مَنْ
أَبْعَاضِ الصَّلَاةِ أَوْ بَعْضِ الْبَعْضِ، الثَّانِي فِعْلُ مَا يُبْطِلُ
عَمْدُهُ وَلَايُبْطِلُ سَهْوُهُ إذَا فَعَلَهُ نَاسِيًا ، الثَّالِثُ نَقْلُ
رُكْنٍ قَوْلِيٍّ إلَى غَيْرِ مَحَلِّهِ، الرَّابِعُ إِيْقَاعُ رُكْنٍ فِعْلِيٍّ
مَعَ احْتِمَالِ الزِّيَادَةِ
(Fasal) Sebab-sebab sujud sahwi itu ada 4 : Pertama, Meninggalkan
satu sunnah ab’adh dari sunah-sunnah ab’adh,
atau meninggalkan sebagain dari satu sunnah ab’adh. Kedua,Mengerjakan suatu
perkara yang dapat membatalkan sholat
jika dikerjakan secara sengaja, dan tidak membatalkan sholat jika dikerjakan
dalam keadaan lupa / tanpa sengaja. Ketiga, Memindahkan
rukun qouli (rukun yang berbentuk ucapan, seperti fatihah),
pada selain tempatnya. Keempat,Terjadinya rukun fi’li (rukun
berbentuk perbuatan seperti berdiri & ruku’), beserta kemungkinan
adanya kelebihan.
(فَصْلٌ)
أَبْعَاضُ الصَّلَاةِ سَبْعَةٌ : التَّشَهُّدُ الْأَوَّلُ وَقُعُودُهُ
وَالصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهِ،
وَالصَّلَاةُ عَلَى الْآلِ، وَالتَّشَهُّدِ الْأَخِيرِ، وَالْقُنُوتُ،
وَالصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَآلِهِ فِيه
(Fasal) Sunnah-sunnah ab’adh sholat itu
7 : Pertama, Tasyahud awal. Kedua, Duduk tasyahud
awal. Ketiga, Shalawat pada
nabi Muhammad didalam tasyahud. Keempat, Shalawat kepada
keluarga nabi Muhammad didalam tasyahud akhir. Kelima, Qunut Rotib (Qunut subuh
dan Qunut pada pertengahan Ramadhan). Keenam Berdiri
saat membaca Qunut Ketujuh, Sholawat pada
nabi Muhammad dan keluarganya didalam Qunut.
(فَصْلٌ)
تَبْطُلُ الصَّلَاةُ بِأَرْبَعَ عَشْرَةَ خَصْلَةً : بِالْحَدَثِ، وَبِوُقُوْعِ
النَّجَاسَةِ إنْ لَمْ تُلْقَ حَالًا مِنْ غَيْرِ حَمْلٍ، وَانْكِشَافِ
الْعَوْرَةِ إِنْ لَمْ تُسْتَرْ حَالًا، وَالنُّطْقِ بِحَرْفَيْنِ أَوْ حَرْفٍ
مُفْهِمٍ عَمْدًا، وبِالْمُفْطِرِ عَمْدًا، وَالْأَكْلِ الْكَثِيرِ نَاسِيًا، أَوْ
ثَلَاثِ حَرَكَاتٍ مُتَوَالِيَاتٍ وَلَوْ سَهْوًا، وَالْوَثْبَةِ
الْفَاحِشَةِ، وَالضَّرْبَةِ الْمُفْرِطَةِ، وَزِيَادَةِ رُكْنٍ فِعْلِيٍّ
عَمْدًا، وَالتَّقَدُّمِ عَلَى إمَامِهِ بِرُكْنَيْنِ فِعْلِيَّيْنِ،
وَالتَّخَلُّفِ بِهِمَا بِغَيْرِ عُذْرٍ، وَنِيَّةِ قَطْعِ الصَّلَاةِ،
وَتَعْلِيقِ قَطْعِهَا بِشَيْءٍ، وَالتَّرَدُّدِ فِي قَطْعِهَا.
(Fasal) Sholat menjadi batal dengan sebab 14 perkara: Pertama, Dengan
sebab terjadinya hadas. Kedua, Dengan
sebab kejatuhan benda
najis, jika benda najis tersebut tidak langsung dibuang, dengan tanpa membawa
nya. Ketiga, Terbukanya aurot
jika tidak langsung
ditutupi Keempat, Berbicara secara sengaja dengan dua huruf
atau satu huruf yang dapat memberi pemahaman. Kelima, Makan sedikit
secara sengaja. Keenam, Makan yang
banyak dalam keadaan lupa / secara tidak sengaja. Ketujuh, Terjadinya tiga
gerakan yang berurutan, walaupun tidak sengaja. Kedelapan,
Melompat yang parah. Kesembilan, Memukul yang berlebihan. Kesepuluh, Menambahkan
rukun fi’li secara sengaja. Kesebelas, Ma’mum Mendahului
imam dengan melewati dua rukun fi’li dan terjadinya perbedaan gerakan si ma’mum
sebab mendahului imam pada dua rukun fi’li tanpa ada udzur. Kedua
belas, Niat
menyudahi sholat. Ketiga Belas, Menggantungkan niat menyudahi
sholat dengan sesuatu. Keempat Belas, Ragu-ragu
didalam berniat memutus / menyudahi sholat
(فَصْلٌ)
الَّذِي يَلْزَمُ فِيهِ نِيَّةُ الْإِمَامَةِ أَرْبَعٌ : الْجُمُعَةُ
وَالْمُعَادَاةُ وَالْمَنْذُورَةُ جَمَاعَةً والْمُتَقَدَّمَةُ فِي الْمَطَرِ.
(Fasal) Sholat yang diwajibkan untuk menyatakan
niat sebagai imam (bila menjadi imam) itu ada 4 : Pertama,
Sholat Jum’at. Kedua, Sholat i’adah. Ketiga, Sholat Nadzar dengan
berjama’ah. Keempat, Sholat Jama’
Taqdim disebabkan oleh hujan.
(فَصْلٌ)
شُرُوطُ الْقُدْوَةِ أَحَدَ عَشَرَ : أَنْ لَايَعْلَمَ بُطْلَانَ صَلَاةِ إمَامِهِ
بِحَدَثٍ أَوْ غَيْرِهِ، وَأَنْ لَايَعْتَقِدَ وُجُوبَ قَضَائِهَا عَلَيْهِ،
وَأَنْ لَا يَكُونَ مَأْمُومًا وَلَا أُمِّيًّا، وَأَنْ لَايَتَقَدَّمَ عَلَيْهِ
فِي الْمَوْقِفِ، وَأَنْ يَعْلَمَ انْتِقَالَاتِ إِمَامِهِ، وَإَنْ يَجْتَمِعَا
فِي مَسْجِدٍ أَوْ فِي ثَلَثِمِائَةِ ذِرَاعٍ تَقْرِيبًا، وَأَنْ يَنْوِيَ
الْقُدْوَةَ أَوْ الْجَمَاعَةَ، وَأَنْ يَتَوَافَقَ نَظْمَ صَلَاتِيْهِمَا، وَأَنْ
لَا يُخَالِفَهُ فِي سُنَّةٍ فَاحِشَةِ الْمُخَالَفَةِ، وَأَنْ يُتَابِعَهُ
(Fasal) Syarat-syarat sahnya ber-ma’mum itu ada 11 : Pertama, Ma’mum tidak
mengetahui kebatalan sholatnya Imam dengan sebab hadas atau
selain hadas. Kedua, Ma’mum tidak
berkeyakinan bahwa wajib baginya untuk mengqodho sholat yang
dikerjakannya. Ketiga, Imam tidak dalam
keadaan menjadi Ma’mum. Keempat, Imam bukanlah
orang yang tidak bisa membaca al-Qur’an. Kelima,
Posisi Ma’mum tidak lebih depan dari pada imam. Keenam. Ma’mum dapat
mengetahui perpindahan gerakannya imam. Ketujuh, Imam dan Ma’mum berkumpul
didalam masjid, dan tidak melebihi jarak 300 dziro’ didalam selain
masjid. Kedelapan, Ma’mum berniat
mengikuti Imam atau niat berjama’ah. Kesembilan,
Adanya kesesuain antara keadaan sholat Imam dan keadaan
sholat Ma’mum. Kesepuluh, Ma’mum tidak
berbeda dengan Imam pada gerakan sunnah dengan
perbedaan yang parah Kesebelas, Ma’mum mengikuti
imam
(فَصْلٌ)
صُوَرُ الْقُدْوَةِ تِسْعٌ تَصِحُّ فِي خَمْسٍ: قُدْوَةُ رَجُلٍ بِرَجُلٍ
وَقُدْوَةُ امْرَأَةٍ بِرَجُلٍ وَقُدْوَة خُنْثَى بِرَجُلٍ وَقُدْوَةُ امْرَأَةٍ
بِخُنْثَى وَقُدْوَةُ امْرَأَةٍ بِامْرَأَةٍ.
(Fasal) Gambaran Sholat Jama’ah itu ada 9 macam, Sholat Jama’ah menjadi sah didalam 5 bentuk: Pertama, ma’mum laki-laki demgan imam lelaki. Kedua, ma’mum perempuan dengan imam lelaki. Ketiga, ma’mum “khuntsa” dengan imam lelaki. Keempat, ma’mum perempuan dengan imam “Khunstsa”. Kelima, ma’mum perempuan dengan imam perempuan.
NOTE :
khuntsa adalah orang yang mempunyai alat kelamin pria dan alat kelamin wanita sekaligus. adapun pria yang bertingkah laku seperti perempuan atau perempuan yang bertingkah laku seperti lelaki maka tidak dihukumi dengan hukum khuntsa, melainkan dihukumi dengan hukum kelamin asalnya.
وَتَبْطُلُ فِي
أَرْبَعٍ: قُدْوَةُ رَجُلٍ بِامْرَأَةٍ وَقُدْوَةُ رَجُلٍ بِخُنْثَى وَقُدْوَةُ
خُنْثَى بِامْرَأَةٍ وَقُدْوَةُ خُنْثَى بِخُنْثَى
Sholat Jama’ah menjadi
batal didalam 4 gambaran:
1. ma’mum lelaki
dengan imam perempuan.
2. ma’mum lelaki dengn imam “khuntsa”.
3. ma’mum khuntsa dengan imam perempuan.
4. ma’mum “khuntsa”
dengan imam “khuntsa”
(فَصْلٌ)
شُرُوطُ جَمْعِ التَّقْدِيمِ أَرْبَعَةٌ: الْبَدَاءَةُ بِالْأُولَى،
وَنِيَّةُ الْجَمْعِ، وَالْمُوَالَاةُ بَيْنَهُمَا، وَدَوَامُ الْعُذْر.
(Fasal) Syarat sah jama’ taqdim itu ada 4 : Pertama,
Memulai sholat dengan sholat yang pertama. Kedua, Niat
menjama’ sholat. Ketiga, Terus menerus
diantara dua sholat yang di jama’. Keempat, Tetap adanya udzur yang
membolehkan jama’ taqdim.
(فَصْلٌ)
شُرُوطُ جَمْعِ التَّأْخِيرِ اثْنَانِ: نِيَّةُ التَّأْخِيرِ وَقَدْ بَقِيَ مِنْ
وَقْتِ الْأُولَى مَا يَسَعُهَا، وَدَوَامُ الْعُذْرِ إلَى تَمَامِ الثَّانِيَةِ .
(Fasal) Syarat sah Jama’ Taqdim itu
ada 2 : Pertama, Niat mengakhirkan sholat dan masih terdapat waktu pada sholat
pertama yang melapangkan untuk bisa mengerjakan
sholat. Kedua, Adanya udzur
sampai sempurna nya sholat yang kedua
(فَصْلٌ)
شُرُوطُ الْقَصْرِ سَبْعَةٌ : أَنْ يَكُونَ سَفَرُهُ مَرْحَلَتَيْنِ، وَأَنْ
يَكُونَ مُبَاحًا، وَالْعِلْم بِجَوَازِ الْقَصْرِ، وَنِيَّةُ الْقَصْرِ عِنْدَ
الْإِحْرَامِ، وَأَنْ تَكُونَ الصَّلَاةُ رُبَاعِيَّةً، وَدَوَامُ السَّفَرِ إلَى
تَمَامِهَا، وَأَنْ لَايَقْتَدِي بِمُتِمٍّ فِي جُزْءٍ مِنْ صَلَاتِهِ
(Fasal) Syarat-syarat meng-qoshor sholat itu
ada 7 : Pertama, Adanya perjalanan sejauh dua marhalah (80 km). Kedua,
Perjalanan tersebut adalah adalah perjalanan yang dibolehkan oleh syariat
(bukan perjalanan untuk maksiat). Ketiga, Mengetahui kebolehan
sholat qoshor. Keempat, Niat qoshor disaat
takbirotul ihrom. Kelima, Sholat yang diqoshor adalah sholat
yang rokaatnya empat. Keenam. Terus menerusnya perjalanan
sampai sempurnanya sholat yang di qoshor. Ketujuh, tidak
berma’mum kepada orang yang sholat secara sempurna
(فَصْلٌ)
شُرُوطُ الْجُمُعَةِ سِتَّةٌ : أَنْ تَكُونَ كُلُّهَا فِي وَقْتِ
الظُّهْرِ، وَأَنْ تُقَامَ فِي خِطَّةِ الْبَلَدِ، وَأَنْ تُصَلِّيَ
جَمَاعَةً، وَأَنْ يَكُونُوا أَرْبَعِينَ أَحْرَارًا ذُكُورًا بَالِغِينَ
مُسْتَوْطِنِينَ، وَأَنْ لَا تُسْبِقَهَا وَلَا تُقَارِنَهَا جُمُعَةٌ فِي تِلْكَ
الْبَلَدِ، وَأَنْ يَتَقَدَّمَهَا خُطْبَتَانِ.
(Fasal) Syarat-syarat Sholat Jum’at itu
6 : Pertama, Sholat jum’at seluruhnya dikerjakan diwaktu
dzuhur. Kedua, Sholat Jum’at
dikerjakan ditengah-tengah kampung. Ketiga, Sholat Jum’at dilaksanakan
dengan sholat jama’ah. Keempat, Orang yang Sholat Jum’at itu
adalah 40 orang lelaki merdeka, yang sudah baligh dan penduduk asli kampong
tersebut. Kelima, Tidak didahului
dan tidak dibarengi oleh jama’ah Jum’at lain dikampung tersebut. Keenam.
Sholat Jum’at didahului dengan dua khutbah.
(فصل)
أَرْكَانُ الْـخُطْبَتَيْنِ خَمْسَةٌ : حَمْدُ اللَّهِ فِيهِمَا، وَالصَّلَاةُ
عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهِمَا، وَالْوَصِيَّةُ
بِالتَّقْوَى فِيهِمَا، وَقِرَاءَةُ آيَةٍ مِنَ الْقُرْآنِ فِي إحْدَاهُمَا،
وَالدُّعَاءُ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فِي الْأَخِيرَةِ.
(Fasal) Rukun khutbah jum’at itu ada 5 : Pertama,
Memuju Allah didalam dua khutbah. Kedua, Bershalawat kepada
nabi Muhammad SAW didalam dua khutbah. Ketiga, Berwasiat
taqwa didalam dua khubah. Keempat, Membaca satu ayat
dari al-Qur’an didalam salah satu dua khutbah. Kelima, Mendo’akan
orang mu’min dan mu’min perempuan didalam perkara akhirat.
(فَصْلٌ)
شُرُوط الْخُطْبَتَيْنِ عَشَرَةٌ : الطَّهَارَةُ عَنْ الْحَدَثَيْنِ الْأَصْغَرِ
وَالْأَكْبَرِ، وَالطَّهَارَةُ عَنِ النَّجَاسَةِ فِي الثَّوْبِ وَالْبَدَنِ
وَالْمَكَانِ، وَسَتْرُ الْعَوْرَةِ، وَالْقِيَامُ عَلَى الْقَادِرِ، وَالْجُلُوسِ
بَيْنَهُمَا فَوْقَ طُمَأْنِينَةِ الصَّلَاةِ، وَالْمُوَالَاةُ بَيْنَهُمَا، وَالْمُوَالَاةُ
بَيْنَهُمَا وَبَيْنَ الصَّلَاةِ، وَأَنْ تَكُونَ بِالْعَرَبِيَّةِ، وَأَنْ
يُسْمِعَهَا أَرْبَعُونَ، وَأَنْ تَكُونَ كُلُّهَا فِي وَقْتِ الظُّهْرِ.
(Fasal) Syarat-syarat khutbah itu ada 10 : Pertama,
Suci dari dua hadas, yakni hadas yang kecil dan hadas yang besar. Kedua,
Suci dari najis dalam pakain, badan dan tempat. Ketiga,
Menutup aurot. Keempat, Berdiri bagi
khotib yang mampu. Kelima, Duduk diantara dua khutbah diatas
ukuran tuma’ninah sholat. Keenam, Kebersambungan
/ terus menerus diantara dua khutbah. Ketujuh,
Kebersambungan antara dua khutbah dan sholat jum’at. Kedelapan,
Khutbah jum’at dilakukan dengan bahasa arab. Kesembilan,
khutbah jum’at didengar oleh 40 orang jama’ah. Kesepuluh, Khutbah jum’at
dilakukan diwaktu dzuhur.
(فَصْلٌ)
الَّذِي يَلْزَمُ لِلْمَيِّتِ أَرْبَعُ خِصَالٍ : غُسْلُهُ وَتَكْفِينُهُ
وَالصَّلَاةُ عَلَيْهِ وَدَفْنُهُ
(Fasal) Perkara yang wajib (untuk orang yang hidup) pada
pengurusan mayit itu ada 4 : Pertama, Memandikan. Kedua, Mengkafani mayit. Ketiga, Mensholati mayit. Keempat, Mengubur mayit.
(فَصْلٌ)
أَقَلُّ الْغُسْلِ : تَعْمِيمُ بَدَنِهِ بِالْمَاءِ. وَأَكْمَلُهُ أَنْ يَغْسِلَ
سَوْأَتَيْهِ وَأَنْ يُزِيلَ الْقَذَرَ مِنْ أَنْفِهِ وَأَنْ يُوَضِّئُهُ وَأَنْ
يَدْلُكَ بَدَنِه بِالسِّدْرِ وَأَنْ يَصُبَّ الْمَاءَ عَلَيْهِ ثَلَاثًا
(Fasal) Paling sedikitnya memandikan mayit adalah
meratakan badan dengan air, paling sempurnanya mandi adalah membasuh dua
kemaluan mayit, menghilangkan kotoran dari hidungnya, me-wudhu kan mayit,
menggosok-gosok badannya, dengan daun bidara, dan menyiramkan air diatas
badannya mayit dengan tiga kali siraman
(فَصْلٌ)
أَقَلُّ الْكَفَنِ : ثَوْبٌ يَعُمَّهُ، وَأَكْمَلُهُ لِلرِّجَالِ ثَلَاثُ
لَفَائِفَ، وَلِلْمَرْأَةِ قَمِيصٌ وَخِمَارٌ وَإِزَارٌ وَلَفَافَتَانِ .
(Fasal) Paling sedikitnya mengkafani mayit
itu satu helai pakaian yang meratai mayit. Paling sempurnanya mengkafani mayit
untuk mayit lelaki adalah tiga lapisan kain, dan bagi mayit perempuan paling
sempurnanya itu dengan diapakaikan baju kurung / gamis, kerudung, sarung dan
dua lipatan.
(فَصْلٌ)
أَرْكَانُ صَلَاةِ الْـجَنَازَةِ سَبْعَةٌ: الْأَوَّلُ النِّيَّةُ، الثَّانِي
أَرْبَعُ تَكْبِيرَاتٍ، الثَّالِثُ الْقِيَامُ عَلَى الْقَادِرِ، الرَّابِعُ
قِرَاءَةُ الْفَاتِحَةِ، الْخَامِسُ الصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ الثَّانِيَةِ، السَّادِسُ الدُّعَاءُ لِلْمَيِّتِ
بَعْدَ الثَّالِثَةِ، السَّابِعُ السَّلَامُ
(Fasal) Rukun shalat jenazah itu ada 7 : Pertama,
Niat. Kedua, Takbir empat kali. Ketiga,
Berdiri bagi yang mampu. Keempat, Membaca surat al-fatihah (setelah
takbir pertama). Kelima, Membaca shalawat pada nabi
Muhammad SAW setelah takbir kedua. Keenam. Membaca do’a untuk mayit
setelah takbir ketiga. Ketujuh, Salam.
(فَصْلٌ)
أَقَلُّ الدَّفْنِ : حُفْرَةٌ تَكْتُمُ رَائِحَتَهُ وَتَحْرُسُهُ مِنَ
السِّبَاعِ، وَأَكْمَلُهُ قَامَةً وَبَسْطَةً، وَيُوضَعُ خَدُّهُ عَلَى
التُّرَابِ وَيَجِبُ تَوْجِيهُهُ إلَى الْقِبْلَةِ.
(Fasal) Paling sedikit tata cara penguburan mayit itu dikubur
dilubang yang dapat menyembunyikan bau mayit dan dapat menjaga mayit dari hewan
liar. Paling sempurnanya tata cara penguburan mayit itu dikubur dilubang yang
tingginya seukuran lelaki dewasa berdiri dan selebar bentangan tangan, pipi mayit
diletakan diatas tanah, dan menghadapkan wajah mayit kepada kiblat.
(فَصْلٌ) يُنْبَشُ
الْمَيِّتُ لِأَرْبَعِ خِصَالٍ: لِلْغُسْلِ إذَا لَمْ
يَتَغَيَّرْ، وَلِتَوْجِيْهِهِ إلَى الْقِبْلَةِ، وَلِلْمَالِ إذَا دُفِنَ
مَعَهُ، وَالْمَرْأَةُ إذَا دُفِنَ جَنِينُهَا وأَمْكَنَتْ حَيَاتُهُ.
(Fasal)Kuburan mayit
digali kembali karena 4 perkara: Pertama, Karena untuk
dimandikannya si mayit, jika tubuh mayit belum berubah. Kedua,
Karena untuk dihadapkan wajahnya mayit kearah kiblat. Ketiga,
Karena ada harta, jika mayit dikubur beserta harta tersebut. Keempat,
Kuburan mayit perempuan (hamil), jika kandungan nya terkubur bersamanya dan
jika janin dikandungannya mungkin untuk hidup.
(فَصْلٌ)
الإِسْتِعَانَاتُ أَرْبَعُ خِصَالٍ : مُبَاحَةٌ وَخِلَافُ الْأَوْلَى
وَمَكْرُوهَةٌ وَوَاجِبُةٌ. فَالْمُبَاحَةُ هِي تَقْرِيبُ الْمَاءِ، وَخِلَافُ
الْأَوْلَى هِيَ صَبِّ الْمَاءِ عَلَى نَحْوِ الْمُتَوَضِّئِ، وَالْمَكْرُوهَةُ
هِيَ لِمَنْ يَغْسِلُ أَعْضَاءَهُ، وَالْوَاجِبَةُ هِي لِلْمَرِيضِ عِنْدَ
الْعَجْزِ .
(Fasal) Meminta pertolongan itu ada 4 perkara : Mubah,
Khilaful Aula, Makruh, dan Wajib. Maka, meminta
tolong yang Mubah adalah meminta mendekatkan air. Meminta
tolong yang Khilaful Aula (berlawanan dengan yang
lebih utama) adalah
meminta tolong menyiramkan air untuk orang yang berwudhu contohnya. Meminta
tolong yang Makruh adalah meminta tolong bagi orang yang
membasuh anggota tubuhnya (ketika berwudhu). Meminta tolong yang Wajib adalah
untuk orang yang sakit ketika tidak mampu.
(فَصْلٌ)
الْأَمْوَالُ الَّتِي تَلْزَمُ فِيهَا الزَّكَاةُ سِتَّةُ أَنْوَاعٍ: النَّعَمُ
وَالنَّقْدَانِ وَالْمَعْشَرَاتُ وَأَمْوَالُ التِّجَارَةِ، وَوَاجِبُهَا رُبْعُ
عُشْرِ قِيمَةِ عُرُوضِ التِّجَارَةِ، وَالرِّكَازُ وَالْمَعْدِنُ .
(Fasal) Harta-harta yang wajib zakat itu ada 6 macam
: Pertama, Hewan ternak. Kedua, Emas dan
perak. Ketiga, Perkebunan. Keempat, Harta
dagang, kewajiban mengeluarkan zakatnya adalah 4/10. Kelima,
Harta rikaz. Keenam. Harta barang
tambang.
(فَصْلٌ)
يَجِبُ صَوْمُ رَمَضَانَ بِأَحَدِ أُمُورٍ خَمْسَةٍ: (أَحَدُهَا) بِكَمَالِ
شَعْبَانَ ثَلَاثِينَ يَوْمًا (وثَانِيْهَا) بِرُؤْيَةِ الْهِلَالِ فِي حَقِّ مَنْ
رَآهُ وَإِنْ كَانَ فَاسِقًا (وَثَالِثُا) بِثُبُوتِهِ فِي حَقِّ مَنْ لَمْ يَرَهُ
بِعَدْلِ شَهَادَةٍ (ورَابِعُهَا) بِإِخْبَارِ عَدْلِ رِوَايَةٍ مَوْثُوقٍ بِهِ
سَوَاءٌ وَقَعَ فِي الْقَلْبِ صِدْقٌ أَمْ لَا، أَوْ غَيِرْهِ مَوْثُوقٍ بِهِ إنْ
وَقَعَ فِي الْقَلْبِ صِدْقُهُ (وَخَامِسُهَا) بِظَنّ دُخُولِ رَمَضَانَ
بِالِاجْتِهَادِ فِيمَنْ اِشْتَبَهَ عَلَيْهِ ذَلِكَ .
(Fasal) Wajib puasa romadhon dengan sebab salah satu dari
5 perkara : Pertama, Sebab Sempurna nya bulan Sya’ban tiga
puluh hari. Kedua, Sebab ru’yah hilal (melihat hilal) bagi orang
yang melihatnya walaupun ia orang fasiq. Ketiga,
Menetapkan kebenaran hilal Ramadhan bagi orang
yang tidak melihat hilal dengan kesaksian orang adil. Keempat,
Sebab berita orang yang adil riwayatnya lagi dipercaya, sama saja baik
kepercayaan tersebut ada didalam hati maupun tidak, atau berita dari orang yang
tidak terpercaya, jika didalam hati terdapat kepercayaan terhadap orang
tersebut. Kelima Sebab prasangka masuknya bulan Ramadhan dengan
ijtihad, bagi orang yang tidak jelas masukna bulan Ramadhan.
(فَصْلٌ)
شُرُوطُ صِحَّتِهِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ: إسْلَامٌ وَعَقْلٌ وَنَقَاءٌ مِنْ نَحْوِ
حَيْضٍ وَعِلْمٍ بِكَوْنِ الْوَقْتِ قَابِلًا لِلصَّوْم .
(Fasal) Syarat sahnya puasa itu 4 perkara : Pertama,
Islam. Kedua, Berakal. Ketiga, Suci dari semisal haid. Keempat,
Mengetahui bahwa waktu tersebut menerima untuk dikerjakan puasa.
(فَصْلٌ)
شُرُوطُ وُجُوبِهِ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ : إسْلَامٌ، وَتَكْلِيفٌ، وإِطَاقَةٌ،
وَصِحَّةٌ، وَإِقَامَةٌ
(Fasal) Syarat wajib puasa itu ada 5 perkara : Pertama, beragama Islam. Kedua, Mukallaf (baligh, berakal dan telah
sampai da’wah islam kepadanya). Ketiga, Mampu berpuasa. Keempat, Bermukim (bukan
musafir).
(فَصْلٌ)
أَرْكَانُهُ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ : نِيَّةٌ لَيْلًا لِكُلِّ يَوْمٍ فِي
الْفَرْضِ، وَتَرْكُ مُفْطِرٍ ذَاكِرًا مُخْتَارًا غَيْرَ جَاهِلٍ مَعْذُورٍ،
وَصَائِمٌ .
(Fasal) Rukun-rukun puasa itu ada 3 perkara
: Pertama, Niat pada setiap malam hari pada puasa
fardhu. Kedua, Meninggalkan perkara yang membatalkan dalam
keadaan ingat, tidak terpaksa, bukan orang yang tidak tau, bukan orang yang
udzur. Ketiga, Orang yang berpuasa.
(فَصْلٌ)
يَجِبُ مَعَ الْقَضَاءِ لِلصَّوْمِ الْكَفَّارَةُ الْعُظْمَى وَالتَّعْزِيرُ عَلَى
مَنْ أَفْسَدَ صَوْمَهُ فِي رَمَضَانَ يَوْمًا كَامِلًا بِجِمَاعٍ تَامٍّ آثِمٍ
بِهِ لِلصَّوْمِ
(Fasal) Wajib Qodho puasa beserta Kafarot
Udzma dan hukuman Ta’zir bagi orang yang
membatalkan puasanya dibulan Ramadhan pada satu hari yang sempurna
dengan sebab bersetubuh yang sempurna, yang mana ia berodosa dengan sebab
perbuatan jima’ nya tersebut pada saat puasa
وَيَجِبُ مَعَ
الْقَضَاءِ الْإِمْسَاكُ لِلصَّوْمِ فِي سِتَّةِ مَوَاضِعَ : الْأَوَّلُ فِي
رَمَضَانَ لَا فِي غَيْرِهِ عَلَى مُتَعَدٍّ بِفِطْرِهِ، وَالثَّانِي عَلَى
تَارِكِ النِّيَّةِ لَيْلًا فِي الْفَرْضِ، وَالثَّالِثُ عَلَى مَنْ تَسَحَّرَ
ظَانًّا بَقَاءَ اللَّيْلِ فَبَانَ خِلَافُهُ أَيْضًا، وَالرَّابِعُ عَلَى مَنْ
أَفْطَرَ ظَانًّا الْغُرُوبَ فَبَانَ خِلَافُهُ أَيْضًا، وَالْخَامِسُ عَلَى مَنْ
بَانَ لَهُ يَوْمَ ثَلَاثِينَ مِنْ شَعْبَانَ أَنَّهُ مِنْ رَمَضَانَ،
وَالسَّادِسُ عَلَى مَنْ سَبَقَهُ مَاءُ الْمُبَالَغَةِ مِنْ مَضْمَضَةٍ
وَاسْتِنْشَاقٍ
Dan wajib qodho puasa beserta menahan diri dari
perkara yang membatalkan pada 6 tempat : Pertama, Didalam
puasa romadhon, bukan selainnya, hal tersebut wajib bagi orang yang sengaja
membatalkan puasanya. Kedua, Bagi orang yang meninggalkan
niat dimalam hari pada puasa fardhu. Ketiga, Bagi orang yang
sahur dengan menyangka tetapnya waktu malam, ternyata berbeda dengan
prasangkanya. Keempat, Bagi orang yang
membatalkan puasanya dengan menyangka bahwa sudah maghrib, ternyata berbeda
dengan prasangkanya (menyangka sudah waktu magrib ternyata belum masuk waktu
magrib). Kelima, Bagi orang yang jelas baginya hari ke 30
bulan Sya’ban, sesungguhnya sudah Ramadhan. Keenam. Bagi
orang yang tidak sengaja kedahuluan air (menelan air) dari sebab berkumur-kumur dan
menghirup air kehidung.
(فَصْلٌ)
يَبْطُلُ الصَّوْمُ : بِرِدَّةٍ وَحَيْضٍ وَنِفَاسٍ أَوْ وِلَادَةٍ وَجُنُونٍ
وَلَوْ لَحْظَةً وبِإِغْمَاءٍ وَسُكْرٍ تَعَدَّى بِهِ إنْ عمَّا جَمِيعَ
النَّهَارِ .
(Fasal) puasa menjadi batal dengan sebab
Murtad, Haid, Nifas, Melahirkan, Gila walaupun sebentar, Ayan atau pingsan dan
Mabuk secara sengaja jika ayan dan mabuk tersebut memenuhi sepanjang waktu
siang saat puasa
(فَصْلٌ) الْإِفْطَارُ
فِي رَمَضَانَ أَرْبَعَةُ أَنْوَاعٍ : وَاجِبٌ كَمَا فِي الْحَائِضِ
وَالنُّفَسَاءِ، وَجَائِزٌ كَمَا فِي الْمُسَافِرِ وَالْمَرِيضِ وَلَاوَلَا كَمَا
فِي الْمَجْنُونِ، وَمُحَرَّمٌ كَمَنْ أَخَّرَ قَضَاءَ رَمَضَانَ تَمَكُّنِهِ
حَتَّى ضَاقَ الْوَقْتُ عَنْهُ
(Fasal) Membatalkan puasa didalam puasa romadhon itu
ada 4 macam : Pertama,
Wajib, seperti pada orang yang haid dan nifas. Kedua, Ja’iz, seperti
pada orang musafir dan orang yang sakit. Ketiga, Tidak wajib dan
tidak ja’iz, didalam orang yang gila. Keempat, Harom, seperti pada
orang yang menunda Qodho puasa Ramadhan padahal ia mampu mengerjakannya sehingga
waktu mengerjakan Qodho puasa menjadi sempit.
(فَصْلٌ)
وَأَقْسَامُ الْإِفْطَار أَرْبَعَةٌ أَيْضًا: مَا يَلْزَمُ فِيهِ الْقَضَاءُ
وَالْفِدْيَةُ وَهُوَ اثْنَانِ : الْأَوَّلُ الْإِفْطَارُ لِخَوْفٍ عَلَى
غَيْرِهِ، وَالثَّانِي الْإِفْطَارُ مَعَ تَأْخِيرِ قَضَاءٍ مَعَ إمْكَانِهِ
حَتَّى يَأْتِيَ رَمَضَانُ آخَرُ، وَثَانِيهَا مَا يَلْزَمُ فِيهِ الْقَضَاءُ
دُونَ الْفِدْيَةِ وَهُوَ يَكْثُرُ كَمُغْمَى عَلَيْهِ، وَثَالِثُهُمَا
مَا يَلْزَمُ فِيهِ الْفِدْيَةُ دُونَ الْقَضَاءِ وَهُوَ شَيْخٌ
كَبِيرٌ، وَرَابِعُهَا لَا وَلَا وَهُوَ الْمَجْنُونُ الَّذِي لَمْ
يَتَعَدَّ بِجُنُونِهِ.
(Fasal) Pembagian batal puasa itu ada 4 macam juga :
Pertama, Perkara yang mewajibkan Qodho dan Fidyah, yaitu ada dua perkara :
pertama, batal puasa karena khawatir terhadap orang lain. (seperti orang hamil
menghawatirkan janinnya). Kedua, batal puasa beserta menunda puasa Qodho
Ramadhan sebelum nya padahal ia mampu untuk mengerjakannya hingga datang bulan
Ramadhan lain. Kedua, Perkara yang mewajibkan qodho tanpa wajib bayar fidyah,
hal tersebut ada banyak contohnya seperti orang ayan. Ketiga, Perkara yang
mewajibkan fidyah tanpa wajib qodho, yaitu orang yang sangat tua. Keempat,
perkara yang tidak wajib qodho dan tidak wajib fidyah, yaitu batal puasanya
orang gila yang mana kegilaannya tersebut tidaklah disengaja.
(فَصْلٌ)
الَّذِي لَا يُفْطِرُ مِمَّا يَصِلُ إلَى الْجَوْفِ سَبْعَةُ أَفْرَادٍ : مَا
يَصِلُ إلَى الْجَوْفِ بِنِسْيَانٍ، أَوْ جَهْلٍ، أَوْ إكْرَاهٍ، وبِجِرْيَانِ
رِيْقٍ بـِمَا بَيْنَ أَسْنَانِهِ وَقَدْ عَجِزَ عَنْ مَجِّهِ لِعُذْرِهِ، وَمَا
وَصَلَ إلَى الْجَوْفِ وَكَان غُبَارَ طَرِيقٍ، وَمَا وَصَلَ إلَيْهِ وَكَانَ
غَرْبَلَةَ دَقِيقٍ، أَوْ ذُبَابًا طَائِرًا أَوْ نَحْوِهِ.
(Fasal) Perkara yang tidak membatalkan puasa dari sesuatu
yang masuk kerongga tubuh itu ada 7 perkara : Pertama,
Perkara yang sampai kerongga tubuh dengan sebab tidak sengaja. Kedua, Perkara yang
sampai kerongga tubuh dengan tidak tau bahwa itu membatalkan
puasa. Ketiga, Perkara yang sampai kerongga tubuh
dengan sebab terpaksa. Keempat, Mengalirnya air
liur kerongga tubuh disertai dengan sesuatu yang ada diantara gigi-giginya, dan
orang tersebut tidak mampu untuk melepehkan sesuatu
tersebut karena udzur. Kelima, Perkara yang
sampai ketenggorokan berupa debu jalanan Keenam, Perkara
yang sampai ketenggorokan dan ia berupa debu tipis /
tepung, Ketujuh, Perkara yang sampai ketenggorokan
berupa lalat yang sedang terbang, atau semisalnya.
وَاَللَّهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ نَسْأَلُ اللَّهَ الْكَرِيمَ بِجَاهِ نَبِيِّه الوَسِيْمِ، أَنْ يُخْرِجَنِي مِنَ الدُّنْيَا مُسْلِمًا، وَوَالِدَيَّ وأَحِبَائِي وَمَنْ إلَيَّ اِنْتَمَي، وَأَنْ يَغْفِرَ لِي وَلَهُمْ مُقْحِمَاتٍ ولَمَمَا،
Waluulohu A’lam Bi Showab (Allah lah yang lebih mengetahui kebenaran), kami memohon kepada Allah yang maha mulia dengan keagungan nabi Muhammad yang indah, agar Allah mengeluarkan saya dari dunia ini dalam keadaan mati sebagai muslim, dan anak-anak saya, orang yang diintai saya, dan orang yang nasabnya ternisbat pada saya, dan saya juga minta pada Allah agar ia mau mengampuni saya dan mereka dari kekurangan dan kesalahan.
وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الْمُطّلِبِ بْنِ هَاشِمٍ بْنِ عَبْدِ مَنَافٍ رَسُولِ اللَّهِ إلَى كَافَّةِ الْخَلْقِ رَسُولِ الْمَلَاحِم، حَبِيبِ اللَّهِ الْفَاتِح الْخَاتَم، وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ .
Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat pada baginda besar kita nabi
Muhammad bin Abdullah bin mutholib bin hasyim bin abdul manaf, beliau
adalah utusan Allah kepada seluruh makhluk, rosul dari kepahlawanan,
kekasih Allah, yang jadi pembuka lagi penutup, dan semoga shalawat dan salam
terurah atas keluarnya, dan sahabat-sahabatnya semua. Wal hamdulillahi
robbil alamin.
Waullahu a'lam bi showab
Selesai
M. Rifqy Aziz Syafe'i