TERJEMAH JAUHAROH TAUHID



( Terjemah ini ditulis untuk sekedar memudahkan, bukan sebagai rujukan utama, oleh sebab itu utamakan mengaji langsung kepada guru )




Terjemah Nadzom Jauharoh Tauhid

 

Imam Ibrahim Al-Laqqoni

 




 

 


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


Saya mulai dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang



 

اَلْحَمْدُ لِلّٰه عَلَى صِلَاتِهِ - ثُمَّ سَلَامُ اللّٰه مَعْ صَلَاتِهِ

 

Segala puji bagi Allah, karena pemberian rahmat-Nya  Kemudian semoga kesejahteraan dari Allah beserta kasih sayang-Nya.

 

 

عَلَى نَبِيٍ جَاءَ بِالتَوْحِيْدِ - وَقَدْ خَلَا الدِيْنُ عَنِ التَوْحِيْدِ

 

itu senantiasa tercurah atas nabi Muhammad SAW yang membawa Ilmu Tauhid - Padahal agama sudah tidak lagi bertauhid.

 


Note

 

Maksud ucapan mushonif “padahal agama sudah tidak lagi bertauhid” adalah penunjukan bahwa mayoritas sesuatu yang dijadikan ikatan keyakinan dan jalan kehidupan oleh manusia pada masa-masa sebelum datangnya nabi Muhammad SAW sebenarnya telah kosong dari mengesakan tuhan. Hal tersebut terjadi, karena banyaknya penyembahan berhala, munculnya berbagai agama baru yang tidak mengesakan Allah, dan banyaknya penyelewengan agama yang dibawa para nabi sebelum nabi Muhammad SAW oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab dengan cara merubah kitab suci para nabi terdahulu dan ajaran-ajaran pokoknya.

 

Pengertian “ad-din” (agama) disini bukanlah menggunakan pengertian agama secara khusus yang biasa ada dalam ilmu fiqih sebagai kata murodif (sinonim) dari islam, millah, dan syariat yaitu : "sesuatu yang Allah syariatkan atas lisan nabi-Nya berupa hukum-hukum", melainkan pengertian secara umum yang lebih luas, yaitu "sesuatu yang dijadikan pegangan keyakinan hidup baik benar maupun salah". Maka penyembahan pada berhala dan penyembaham pada Tuhan selain Allah  termasuk dalam definisi "ad-din" disini. Sebagaimana keterangan Syeikh Ibrahim Al-Bajuri dalam Tuhfah Murid Hasyiah Jauharoh Tauhid sebagai berikut :

 

مَا يُتَدَيَّنُ بِهِ وَلَوْ بَاطِلًا، فَهُوَ يُطْلَقُ عَلَى الدِّيْنِ الْحَقِّ وَعَلىَ الدِّينِ الْبَاطِلِ

 

"Agama adalah sesuatu yang dijadikan tanggungan (pegangan keyakinan hidup) walaupun bathil (tidak benar). Maka, lafadz ad-din” (agama) disini di mutlak kan atas agama yang benar dan agama yang bathil"


waullohu a'lam.

 




فَاَرْشَدَ الخَلْقَ لِدِيْنِ الحَقِّ - بِسَيْفِهِ وَهَدْيِهِ لِلْحَقِّ

 

Maka Nabi Muhammad SAW memberi petunjuk kepada agama yang benar - Dengan pedangnya, dan dengan petunjuk kepada kebenaran.

 


مُحَمَّدِ العَاْقِبْ لِرُسْلِ رَبِّهِ - وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَحِزْبِهِ

 

Nabi Muhammad SAW sang penutup para rasul tuhannya - Shalawat salam semoga tercurahkan juga kepada keluarganya, sahabatnya dan kelompoknya.

 

 

وَبَعْدُ فَالعِلْمُ بِاَصْلِ الدِيْنِ - مُحَتَّمٌ يَحْتَاجُ لِلتَّبْيِيْنِ

 

Sesudah menyebut basmalah, hamdalah, shalawat dan salam, maka ilmu dengan asal agama yaitu Ilmu Tauhid - adalah ilmu yang wajib di pelajari, dan juga wajib untuk di nyatakan.

 


لٰكِنْ مِنَ التَّطْوِيْلِ كَلَّتِ الهِمَمْ - فَصَارَ فِيْهِ الاِخْتِصَارُ مُلْتَزَمْ

 

Namun bila di buat dengan panjang lebar, maka akan membuat malas dalam mengkajinya - maka jadilah ilmu ini di buat dengan ringkas.

 


وَهَذِهِ أُرْجُزَةٌ لَقَبْتُهَا - جَوْهَرَةَ التَّوْحِيْدِ قَدْ هَذَبْتُهَا

 

Kitab ini adalah kitab dalam bentuk bahar rajaz, yang aku namai dengan Jauharah Tauhid (permata keesaan), yang sudah aku bersihkan dari aqidah yang fasid.

 

 

وَاللّٰهَ اَرْجُو فِى قَبُوْلِ - نَافِعَا  بِهَا مُرِيْدًا فٍى الثَّوَابِ طَامِعَا

 

Dan hanya pada Allah aku berharap untuk menerima, dan memberi manfaat, dan mengiradahkan pahala yang banyak.

 

 

فَكُلُّ مَنْ كُلِّفَ شَرْعًا وَجَبَا - عَلَيْهِ اَنْ يَعْرِفَ مَا قَدْ وَجَبَ

 

Maka setiap orang yang sudah sampai batasan taklif (baligh, berakal, & sampai dakwah islam kepadanya), wajib baginya untuk mengetahui hal yang wajib.

 

 

لِلّٰهِ وَالجَائِزَ والمُمْتَنِعَا - وَمِثْلُ ذَا لِرُسْلِهِ فَاسْتَمِعَا

 

 

Pada Allah, dan perkara yang jaiz serta perkara yang mustahil bagi Allah, dan tentang 3 perkara ini (wajib, mustahil, jaiz), juga wajib di ketahui pasa hak rasul, maka dengarkanlah.

 

 

اِذْ كُلُّ مَنْ قَلّدَ فِى التَّوْحِيْدِ - اِيْمَانُه لَمْ يَخْلُ مِنْ تَرْدِيْدِ

 


Setiap orang yang taqlid didalam Tauhid, iman nya itu diragukan.

 

 

فَفِيْهِ بَعْضُ القَوْمِ يَحْكِى الخُلْفَا -  وَبَعْضُهُمْ حَقَّقَ فِيْهِ الكَشْفَا

 

Maka tentang orang tersebut ada ulama yang berpendapat : iman dengan taqlid itu khilaf (diperselisihkan), dan ada ulama yang berpendapat iman dengan taqlid itu sudah memadai.

 

 

فَقَالَ اِنْ يَجْزِمْ بِقَوْلِ الغَيْرِ - كَفَى وَاِلَّا لَمْ يَزَلْ فِى الضَّيْرِ

 

Jika seseorang sudah sangat yakin dengan kata-kata orang lain yang diikutinya, maka iman nya sudah di anggap memadai, dan jika ia tidak benar benar yakin, maka tetaplah ia dalam keraguan.

 

 

وَاجْزِمْ بِاَنَّ اَوَّلًا مِمَّا يَجِبْ - مَعْرِفَةٌ وَفِيْهِ خُلْفٌ مُنْتَصِبْ

 

Dan yakinilah olehmu bahwa hal pertama yang wajib itu adalah ma'rifat (mengenal Allah SWT) - dan didalamnya terdapat perbedaan pendapat yang tegak berdiri

 

 

فَانْظُرْ اِلَى نَفْسِكَ ثُمَّ انْتَقِلِ - لِلْعَالَمِ العُلْوِيِّ ثُمَّ السُفْلِ

 

Maka perhatikanlah terlebih dahulu kepada dirimu sendiri, kemudian kepada langit dan bumi.

 

 

تَجِدْ بِهِ صُنْعًا بَدِيْعَ الْحِكَمِ - لَكِنْ بِهِ قَامَ دَلِيْلُ العَدَمِ

 

Niscaya akan engkau dapatkan ciptaan yang elok lagi kokoh, namun dengan hal tersebut berdirilah dalil adam (yaitu dalil bahwa suatu manusia, bumi, langit dan alam semesta itu diawali oleh ketiadaan dan membutuhkan pencipta).

 

 

وَكُلُّ مَا جَازَ عَلَيْهِ العَدَمُ - عَلَيْهِ قَطْعًا يَسْتَحِيْلُ القِدَمُ

 

Setiap perkara yang boleh untuk tiada, maka terhadap perkara tersebut mustahil untuk qidam.

 

 

وَفُسِّرَ الاِيْمَانُ بِالتَّصْدِيْقِ - وَالنُّطْقُ فِيْهِ الخُلْفُ بِالتَّحْقِيْقِ

 

Iman ditafsirkan dengan tashdiq (percaya serta ridhonya hati), dan mengucapkan pernyataan iman itu terdapat perbedaan pendapat yang nyata

 

 

فَقِيْلَ شَرْطٌ كَالعَمَلْ وَقِيْلَ بَلْ - شَطْرٌ وَالاِسْلَامَ اشْرَحَنَّ بِالعَمَلْ

 

Maka dikatakan dalam satu pendapat : bahwa ucapan dalam iman itu adalah sebagai syarat seperti amal, dan dikatakan dalam satu pendapat : ucapan adalah bagian dari iman itu sendiri, dan terhadap arti islam jelaskanlah dengan beramal (mengamalkan ajaran agama islam).

 

 

مِثَالُ هَذَا الحَجُّ وَالصَّلَاةُ  - كَذَا الصِّيَامُ فَادْرِ وَالزَّكَاةُ

 

Contoh dari amalan tersebut adalah haji, dan shalat, begitu juga puasa dan zakat.

 

 

وَرُجِّحَتْ زِيَادَةُ الاِيْمَانِ - بِمَا تَزِيْدُ طَاعَةُ الانْسَانِ

 

diunggukan pendapat ulama yang mengatakan bahwa : Iman akan bertambah dengan bertambahnya keta'atan seseorang.

 

 

وَنَقْصُهُ بِنَقْصِهَا وَقِيْلَ لَا - وَقِيْلَ لَا خُلْفَ كَذَا قَدْ نُقِلَا

 

Dan kurangnya Iman dengan sebab kurangnya taat, dan ada pendapat yang mengatakan : iman itu tidak berkurang, dan ada pendapat yang mengatakan tidak terjadi khilaf dalam masalah ini, demikianlah yang sudah di nuqil.

 

فَوَاجِبٌ لَهُ الوُجُوْدُ وَالقِدَمْ - كَذَا بَقَاءٌ لَا يُشَابُ بِالعَدَمْ

 

Yang wajib bagi Allah adalah Wujud, Qidam, Baqa', dan Allah tidak bisa di serupakan dengan 'adam (tiada).

 

 

وَاَنَّهُ لمَا يَنَالُ العَدَمُ  مُخَالِفٌ بُرْهَانُ هَذَا القِدَمُ

 

Jika pada zat Allah terdapat sifat 'adam, maka mustahil ada dalil qidam pada Allah.

 

 

قِيَامُهُ بِنَفْسِهِ وَحْدَانِيَّه - مُنَزَّهًا اَوْصَافُهُ سَنِيَّه

 

Selanjutnya yang wajib bagi Allah adalah berdirinya Allah dengan sendirinya, dan selanjutnya Wahdaniyah (esa), yang mana semua sifat-sifatnya Allah itu bersih, juga Allah maha tinggi.

 


عَنْ ضِدٍّ اَوْ شبْهٍ شَرِيْكٍ مُطْلَقًا - وَوَالِدٍ كَذَا الوَلَدْ وَالاَصْدِقَا

 

Sifat-sifatnya Allah itu bersih dari lawan, bersih dari keserupaan teman secara mutlak, keserupaan ayah, keserupaan anak, dan segala teman

 

 

وَقُدْرَةٌ اِرَادَةٌ وَغَايَرَتْ - اَمْرًا وَعِلْمًا وَالرِّضَا كَمَا ثَبَتْ

 

Selanjutnya yang wajib bagi Allah adalah sifat Qudrah (kuasa), dan sifat Iradah (berkehendak), namun sifat iradah ini berbeda dengan amrun (perintah), juga berbeda dengan ilmu (penhetahuan), dan ridha, sebagaimana yang telah sebut.

 

 

وَعِلْمُهُ وَلَا يُقَالُ مُكْتَسَبْ - فَاتْبَعْ سَبِيْلَ الحَقِّ واطْرَحِ الرِّيَبْ

 

Selanjutnya yang wajib bagi Allah adalah sifat Ilmu (mengetahui), dan tidak boleh dikatakan bahwa ilmu Allah itu hasil dari usaha/belajar - maka ikutilah jalan kebenaran dan hilangkanlah keraguan.

 

 

حَيَاتُه كَذَا الكَلَامُ السَّمْعُ - ثُمَّ البَصَرْ بِذِى اَتَانَا السَّمْعُ

 

Selanjutnya yang wajib bagi Allah adalah sifat Hayah ( hidup), sifat Kalam (berbicara) dan juga sifat Sama' (mendengar) - kemudian yang wajib bagi Allah adalah sifat Bashar (melihat), dimana sifat sama' dan Bashar memiliki dalil yang sama

 

 

فَهَلْ لَهُ اِدْرَاكٌ اَوْ لَا خُلْفُ - وَعِنْدَ قَوْمٍ صَحَّ فِيْهِ الوَقْفُ

 


Terjadi perbedaan ulama tentang sifat Idrak bagi Allah ta'ala, sebagian kaum memilih kepada tawakuf (tidak berpendapat bahwa sifat idrak ada pada Allah, juga tidak berpendapat bahwa sifat idrak itu tidak ada pada Allah)

 

 

حَيٌ عَلِيْمٌ قَادِرٌ مُرِيْدٌ  سَمِعْ بَصِيْرٌ مَا يَشَا يُرِيْدُ

 

Sifat selanjutnya yang wajib bagi Allah adalah sifat Mutakallim (berbicara), 'Alimun (mengetahui), Qadirun (berkuasa), Muridun (merencana), Sami'un (mendengar) dan Bashirun (melihat), dan sesuatu yang dikehendaki itu sudah di-iradahi oleh Allah.

 


مُتَكَلِّمٌ ثُمَّ صِفَات الذَّاتِ  لَيْسَتْ بِغَيْرِ اَوْ بِعَيْنِ الذَّاتِ

 

Sifat selanjutnya yang wajib bagi Allah adalah sifat kaunuhu Mutakallim (adanya allah maha berbicara), dan sifat Zat bukan selain zat, juga bukan diri zat.

 

 

وَقُدْرَةٌ بِمُمْكِنٍ تَعَلَّقَتْ - بِلَا تَنَاهِى مَا بِه تَعَلَّقَتْ

 

Sifat Qudrah itu berta'luq (berlaku) dengan yang mungkin, dan ta'luq Qudrah tersebut tidak ada batas.

 

 

وَوَحْدَةً اَوْجِبْ لَهَا وَمِثْلُ ذِى - اِرَادَةٌ وَالعِلْمُ لَكِن عَمَّ ذِى

 

Wajib diyakini bahwa sifat Qudrah hanya satu, seperti halnya sifat Iradah dan sifat Ilmu, namun sifat Ilmu lebih umum (objek ta'aluqnya).

 

 

وَعَمَّ اَيْضًا وَاجِبًا وَالمُمْتَنِعْ - وَمِثْلُ ذَا كَلَامُهُ فَلْنَتَّبِعْ

 

ta'aluq sifat Ilmu mencakup yang perkara yang wajib (pasti ada) dan perkara yang mustahil (pasti tidak ada), sifat kalam itu sama dengan sifat ilmu, naka hendaknya kitu mengikuti ulama

 

 

وَكُلُّ مَوْجُوْدٍ اَنِطْ لِلسَّمْعِ بِهِ - كَذَا البَصَرْ اِدْرَاكُهُ اِنْ قِيْلَ بِهْ

 

Sifat Sama' berta'aluq (berkaitan) dengan semua perkara yang ada begitu juga sifat Bashar dan sifat Idrak, jika berpegang pada pendapat yang mengatakan adanya sifat idrak bagi Allah SWT.

 

 

وَغَيْرُ عِلْمٍ هَذِهِ كَمَا ثَبَتْ - ثُمَّ الحَيَاةُ مَا بِشَيْ تَعَلَّقَتْ


Sifat kalam, Sama', Bashar dan Idrak itu bukanlah sifat Ilmu sebagaimana perbedaan yang telah sebut, dan sifat Hayah (hidup) itu tidak berkaitan dengan sesuatu pun.

 


وَعِنْدَنَا أَسْمَاؤُهُ العَظِيْمَةْ - كَذَا صِفَاتُ ذَاتِهِ قَدِيْمَةْ


menurut kita Ahlus Sunnah Wal-Jamaah : nama-nama Allah dan sifat zat Allah itu Qadim (ada tanpa awalan).

 


وَاخْتِيْرَ اَنَّ اسْمَاهُ تَوْقِيْفِيَّةْ - كَذَا الصِّفَاتُ فَاحْفَظِ السَّمْعِيَّةْ

 

Dan dipilih pendapat yang mengatakan bahwa nama-nama Allah itu berdasarkan ketetapan syara', begitu juga sifatnya, maka hendaknya kamu menjaga pendengaran

 

 

وَكُلُّ نَصٍّ اَوْهَمَ التَّشْبِيْهَا - اَوِّلْهُ اَوْ فَوِّضْ وَرُمْ تَنْزِيْهَا

 

Dan setiap nash (Al-Qur’an & Hadis) yang membuat salah sangka akan adanya keserupaan Allah dengan makhluk maka ta’wil lah (palingkanlah ma’nanya) atau tafwidhlah (pasrahkanlah ma’nanya pada Allah) dan niatkanlah mensucikan Allah dari keserupaan dengan makhluk

 


وَنَزِّهِ القُرْأٓنَ اَىْ كَلَامَهْ - عَنِ الحُدُوْثِ وَاحْذَرِ انتِقَامَهْ


Bersihkanlah Al-Qur’an, maksudnya kalamullah dari sifat baru tercipta dan takutlah pada siksaan Allah SWT.



فَكُلُّ نَصٍّ لِلْحُدُوْثِ دَلَّا - اِحْمِلْ عَلَ اللْفْظِ الَّذِى قَدْ دَلَّا


Maka setiap nash (al-qur’an & hadis) yang menunjukan kepada baru nya kalamullah bawalah maksud tersebut ditetapkan untuk lafadz (teks al-qur’an) yang menunjukannya.

 


(Maksud bait diatas adalah : bila terdapat nash al-Qur’an atau Hadis yang dzahirnya menunjukan bahwa kalamullah itu baru tercipta sama seperti kalam makhluk maka bawalah ma’na baru tercipta tersebut untuk teks tulisan mushaf al-Qur’an yang menunjukan pada ma’na kalamullah, jangan sampai menganggap bahwa kalamullah dalam arti sifat kalam-Nya sebagai sesuatu yang baru tercipta seperti sifat makhluk)

 



وَيَسْتَحِيْلُ ضِدُّ ذى الصِّفَاتِ - فِى حَقِّهِ كَالكَوْنِ فِى الجِهَاتِ


Mustahil ada pada dzat Allah lawan dari pada sifat-sifat wajib ini, contohnya sifat mustahil seperti adanya Allah didalam suatu arah.

 

 

وَجَائِزٌ فِى حَقّهِ مَا اَمْكَنَ - اِيْجَادً اِعْدَامًا كَرَزْقِهِ الغِنَى

 

Ja’iz bagi Allah melakukan perkara yang mumkin baik menciptakan maupun meniadakan, contohnya seperti Allah memberikan rezeki kepada orang yang sudah kaya

 

 

فَخَالِقٌ لِعَبْدِهِ وَمَا عَمِلْ - مُوَفِّقٌ لِمَنْ اَرَادَ اَنْ يَصِلْ

 

Maka, Allah adalah dzat yang menciptakan hamba-hambanya dan apa-apa yang hambanya lakukan, dan dzat yang memberikan taufiq kepada orang yang Allah kehendaki untuk sampai kepada-Nya

 

 

وَخَاذِلٌ لِمَنْ اَرَادَ بُعْدَهُ - وَمُنْجِزٌ لِمَنْ اَرَادَ وَعْدَهُ

 

Allah Memberi kehinaan bagi orang yang Dikehendaki-Nya untuk jauh dari- Nya - juga Allah Maha Memberi bagi orang yang Dikehendaki akan janji-Nya Allah

 

 

فَوْزُ السَّعِيْدِ عِنْدَهُ فِى الاَزَلِ - كَذَا الشَّقِيِّ ثُمَّ لَمْ يَنْتَقِلِ

 

Orang yang bahagia sudah ada dalam Azali, begitu pula orang yang celaka, dan ini tidak akan tergantikan.

 

 

وَعِنْدَنَا لِلْعَبْدِ كَسْبٌ كُلِّفَا - بِهِ وَلٰكِنْ لَمْ يُئَثِّرْ فَاعْرِفَ

 

Menurut kita Ahli Sunnah wal jama’ah, seorang hamba ditaklifkan (dibebankan) untuk berusaha akan tetapi hal itu tidaklah memberika pengaruh (dalam mewujudkan dan meniadakan, karena yang memberikan pengaruh hanya Allah) ketahuilah hal itu.

 

 

فَلَيْسَ مَجْبُوْرًا وَلَا اخْتِيَارا - وَلَيْسَ كُلَّا يَفْعَلُ اخْتِيَارًا

 

Seorang hamba tidak dipaksa dan tidak juga ikhtiyar (mengerjakan sesuatu dengan kemampuan sendiri), dan ia tidak melakukan suatu pekerjaan secara ikhtiyar.

 

 

فَإِنْ يُثِبْنَا فَبِمَحْضِ الْفَضْلِ  - وَإِنْ يُعَذِّبْ فَبِمَحْضِ الْعَـدْلِ

 

Jika Allah memberi pahala kepada kita maka itu karena karunia-Nya, dan jika Allah mengazab kita itu karena keadilan-Nya.

 

 

وَقَوْلُهُمْ إِنَّ الصَّلاَحَ وَاجِبُ - عَلَيْـهِ زُوْرٌ مَا عَلَيْهِ وَاجِبُ

 

Pendapat Mu'tazilah bahwa Allah wajib (harus) berbuat baik adalah pendapat yang tidak benar. Tidak ada kewajiban (tuntutan harus melakukan) bagi Allah untuk berbuat baik.

 

 

أَلَمْ يَرَوْا إِيْلاَمَـهُ اْلأَطْفَـالَ - وَ شِبْهِـهَا فَحَـاذِرِ الْمِحَـالَ

 

Apakah kaum Mu'tazilah tidak melihat bahwa Allah memberi sakit bagi anak kecil dan seumpanya, maka takutlah siksaan.

 

 

وَجَائِزٌ عَلَيْهِ خَـلْقٌ الشَّـرِ - وَالْخَيْرِ كَاْلإِسْلاَمِ وَجَهْلِ الْكُفْرِ

 

Menciptakan keburukan dan kebaikan seperti menciptakan Islam dan menciptakan kebodohan, serta kekafiran adalah ja'iz (boleh) bagi Allah.

 

 

وَوَاجِبٌ إِيْمَانُـنَا بِالْقَـدْرِ - وَبِالْقَـضَا كَمَا أَتَى فِى الْخَبْرِ

 

Kita wajib beriman dengan Qadha dan Qadar sebagaimana yang telah ada dalam Hadist.

 

 

Note

 

Defenisi Qadar :

فَالْقَدَرُ عِنْدَ الْاَشَاعِرَةِ اِيْجَادُ اللَّهِ الْاَشْيَاءَ عَلَى قَدَرٍ مَخْصُوْصٍ مُعَيَّنٍ اَرَادَهُ تَعَالىَ، فَيَرْجِعُ عِنْدَهُمْ لِصِفَةِ فِعْلٍ لِاَنَّهُ عِبَارَةٌ عَنِ الْاِيْجَادِ وَهُوَ مِنْ صِفَاتِ الْاَفْعَالِ

 

Qadar menurut Ahli Sunnah Wal Jama’ah Asya'irah adalah menjadikan oleh Allah akan segala perkara diatas qadar yang dikhususkan lagi yang tertentu yang Direncanakan oleh Allah maka kembali ia qadar disisi Asya'irah bagi sifat fi'li karena qadar kata lain dari menjadikan, dan menjadikan itu adalah sifat-sifat af'al (perbuatan).

 

 

Defenisi Qadha :

وَالْقَضَاءُ عِنْدَ الْاَشَاعِرَةُ اِرَادَةُ اللَّهِ الْاَشْيَاءَ فِى الْاَزَلِ عَلَى مَا هِىَ عَلَيْهِ فِيمَا لَا يَزَالُ، فَهُوَ مِنْ صِفَاتِ الذَّاتِ عِنْدَهُمْ 

 

Qadha menurut Ahli Sunnah Wal Jama’ah Asya'irah adalah iradah Allah akan sesuatu pada Azali diatas sesuatu yang tidak berobah, maka Qadha adalah bagian dari sifat zat disisi Asya'irah.

 


وَ مِنْهُ أَنْ يُنْظَـرَ بِاْلأَبْصَارِ - لَكِنْ بِلاَ كَيْفٍ وَلاَ انْحِصَارِ

 

Sebagian dari perkara yang harus diimani adalah ja'iznya (boleh terjadinya) melihat Allah dengan pandangan mata tetapi tanpa tata cara dan batasan.

 

 

لِلْمُؤْمِنِيْنِ إِذْ بِجَائِـزٍ عُلِّقَتْ - هَذَا وَلِلْمُخْتَـارِ دُنْيَا ثَبَتَتْ

 

Orang mu'min yang melihat Allah, karena melihat Allah adalah jaiz/boleh, dan bagi orang yang terpilih yaitu Nabi Muhammad melihat Allah didunia telah tetap (pasti)

 

وَمِنْهُ إِرْسَالُ جَمِـيْعِ الرُّسْلِ - فَلاَ وُجُوْبَ بَلْ بِمَحْضِ الْفَضْلِ

 

Sebagian dari yang perkara Jaiz bagi Allah adalah mengutus Rasul, maka hal itu tidak wajib (tidak harus) bagi Allah, akan tetapi pengutusan rosul itu hanya murni dari karunia-Nya.

 

لَكِنْ بِذَا إِيْـمَانُنَا قَدْ وَجَبَا - فَدَعْ هَوَى قَوْمٍ بِهِمْ قَدْ لَعِبَا

 

Tetapi wajib kita imani bahwa Allah telah mengutus Rasul, maka tinggalkanlah kaim yang bermain-main dengan mereka (para rosul).

 

 

وَوَاجِبٌ فِى حَقِّهِمُ الأَمَانَةْ - وَصِدْقُهُمْ وَضِفْ لَهُ الْفَطَانَةْ

 

Sifat yang Wajib (pasti ada) bagi hak para Rasul adalah sifat Amanah, sifat Shiddiq (jujur) dan sifat Fathanah (cerdas).

 

وَمِثْلُهَا تَبْلِيْغُـهُمْ لِمَا أَتَوْا - وَيَسْتَحِيْـلُ ضِدُّهَا كَمَا رَوَوْا

 

seperti itu itu pula (sifat wajib yang telah disebut) sifat tabligh, yaitu menyampaikan apa yang diturunkan kepada mereka - dan mustahil (pasti tidak ada) lawan sifat sifat yang wajib ini bagi para rosul.

 

 

وَجَائِزٌ فِى حَقِّهِمْ كَاْلأَكْلِ - وَكَالْجِمَاعِ لِلنِّسَاءِ فِى الْحِلِّ

 

Sifat yang jaiz bagi mereka Rasul adalah seperti makan, bersetubuh dengan perempuan yang halal 


 

وَجَامِعُ مَعْنَى الَّذِىْ تَقَرَّرَا - شَهَادَتَا الإِسْلاَمِ فَاطْرَحِ الْمِرَا

 

Perkara yang dapat mengumpulkan makna dari apa-apa yang telah dijelaskan  adalah 2 kalimat syahadat, maka buanglah keraguan.

 

 

وَلَمْ تَكُنْ نُبُـوَّةُ مُكْتَسَـبِةْ - وَلَوْ رَقَى فِى الْخَيْرِ أَعْلَى عَقَبَةْ

 

Pangkat Kenabian tidak bisa dicari, walaupun seseorang mendapatkan banyak sekali cobaan dalam mengerjakan kebaikan.

 

 

بَلْ ذَاكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيْهِ لِمَنْ - يَشَاءُ جَلَّ اللهُ واهِبُ الْمِنَنْ

 

Tetapi Maqam Kenabian itu hanya karunia dari Allah SWT untuk orang-orang yang Dikehendak-Nya, Maha tinggilah Allah, lagi yang Maha Memberi segala nikmat.

 

 

وَأَفْضَلُ الْخَلْقِ عَلَى اْلإِطْلاَقِ - نَبِيُّـنَا فَمِـلْ عَنِ الشِّقَاقِ

 

Makhluk yang paling utama adalah Nabi kita Nabi Muhammad, maka jahuilah perelisihan pendapat dalam masalah ini


 

وَالأَنْبِـيَا يَلُوْنَهُ  فِى الْفَضْلِ - وَبَعْدَهُمْ مَلاَئِكَة ذِيْ الْفَـضْلِ

 

Para Nabi mengiringi Nabi Muhammad dalam keutamaan, dan sesudah para Nabi adalah Malaikat yang memiliki keutamaan.

 

 

هَذَا وَقَوْمٌ فَصَّلُوْا إِذْ فَضَّلُوْا - وَبَعْضُ كُلِّ بَعْضَه قَدْ يَفْضُلُ

 

Pahamilah ini, Ada satu kaum (yaitu Maturidiyah, termasuk ahli sunnah) yang merincikan urutan keutamaan para malaikat dan Nabi ketika mereka membandingkan keutamaan para malaikat dan Nabi - Sebagian dari malaikat dan nabi ada yang lebih tinggi keutamaannya dari pada sebagian lainnya


بِالْمُعْجَـزَاتِ أَيِّدُوْا تَكَرُّمَا - وَعِصْمَةُ الْبَارِىْ لِكُلِّ حُتِمَا

 

Para Nabi dan Rasul dikokohkan dengan Mukjizat sebagaj kemuliaan untuk mereka, dan adanya penjagaan Allah kepada tiap-tiap mereka dari dosa adalah wajib.

 

وَخُصَّ خَيْرَ الْخَلْقِ أَنْ قَدْ تَمَّمَا - بِـهِ الْجَمِيْعَ رَبّنَا وَعَمَّـمَا

 

Allah mengkhususkan Nabi muhammad SAW Sebaik-baik makhluk untuk menyempurnakan seluruhnya, dan meratai kepada seluruh umat

 


بِعْثَتَـهُ فَشَرْعُهُ لاَ يُنْسَخُ - بِغَيْرِهِ حَتَّى الزَّمَان يُنْسَـخُ

 

pengutusan Nabi Muhammad sebagai nabi dan rosul, maka syari'at Nabi Muhammad tidak akan terhapus dengan syari'at yang lain sehingga tibanya hari Kiamat


 

وَنَسْخُهُ لِشَرْعِ غِيْرِهِ وَقَعْ - حَتْـمًا أَذَلَّ اللهُ مَنْ لَهُ مَنَعْ

 

Syari'at Nabi Muhammad telah menghapus syari'at Nabi yang lain secara pasti, dan Allah memberi kehinaan kepada orang yang mencegah hal tersebut


 

وَنَسْخ بَعْضِ شَرْعِهِ بِالْبَعْضِ - أَجِزْ وَمَا فِى ذَالَهُ مِنْ غَـضِّ

 

yakinilah kebolehan bahwa penghapusan sebagian syari'at Nabi muhammad dengan sebagiannya yang lain, dan tidaklah ada kekurangan baginya Nabi Muhammad SAW.

 

 

وَمُعْـجِزَاتُهُ كَثِيْـرَةٌ غُرَرْ - مِنْهَا كَلاَمُ اللهِ مُعْجِزُ الْبَشَرْ

 

Mukjizat-mukjizat Nabi Muhammad itu banyak lagi terkenal - sebagiannya adalah Al-Qur'an yang dapat melemahkan manusia.

 

 

وَاجْزِمْ بِمِعْرَاجِ النَّبِىّ كَمَا رَوَوْا - وَبَرِّئَـنْ لِعَائِشَةْ مِـمَّا رَمَوْا

 

Dan yakinilah bahwa terjadinya Mi'raj Nabi sebagaimana yang telah diriwayat oleh para ulama, dan hilangkanlah pemahaman tentang Aisyah dari yang dituduh oleh mereka.

 


وَصَحْبُهُ خَيْرُ الْقُرُوْنِ فَاسْتَمِعْ - فَتَابِعِى فَتَـابِعٌ لِـمَنْ تَبِـعْ

 

Sebaik-baik masa adalah masa para sahabat, kemudian masa tabi'in dan orang yang mengikuti tabi'in.

 

وَخَيْرُهُمْ مَنْ وُلِيَ الْخِلاَفَـةْ - وَأَمْرُهُمْ فِى الْفَضْلِ كَالْخِلاَفَةْ

 

Yang paling baik diantara sahabat adalah yang menjabat khilafah dan kebaikan mereka menurut urutan kepemimpinan.

 

 

يَلِيْـهِمُ قَوْمٌ كِـرَامٌ بَرَرَةْ - عِدَّتُـهُمْ سِتُّ تَمَامُ الْعَشَرَةْ

 

orang mengiringi mereka para sahabat (khulafa rosyidin) dalam kebaikan adalah kaum yang mulia lagi yang baik, jumlah mereka adalah 6 untuk menyempurnakan sepuluh orang.

 

 

فَاَهْلُ بَدْرِ الْعَظِيْمِ الشَّـأْنِ - فَاَهْلُ اُحْدٍ بَيِعَةُ الرِّضْـوَانِ

 

Yang termasuk golongan orang baik selanjutnya adalah ahli perang Badar yang memiliki kedudukan yang besar, kemudian ahli perang Uhud dan ahli perjanjian Ridhwan.

 

 

وَالسَّابِقُوْنَ فَضْلُهُمْ نَصَّا عُرِفْ - هَذَا وَفِى تَعْيِيْنِهِمْ قَدِ اخْتُلِفْ

 

Orang-orang yang terdahulu kelebihan mereka telah tertera dalam nash, dan didalam penentuan kelebihan mereka telah terjadi perbedaan ulama.

 

 

وَاَوِّلِ التَّشَاجُـرَ الَّـذِى وَرَدْ - اِنْ حُضْتَ فِيْهِ وَاجْتَنِبْ دَاءَالْحَسَدْ

 

ta'wilkanlah (palingkanlah dengan ma'na yang benar)  tentang perselisihan yang terjadi diantara para sahabat, jika engkau mendalami perselisihan tersebut dan jauhilah penyakit dengki.

 

 

وَمَـالِكٌ وَسَائِـرُ اْلأَئِمَّـةِ - كَذَا اَبُوْ الْقَاسِمِ هُدَاةُ الأُمَّةْ

 

Imam Malik dan Imam-Imam yang lain juga Imam Abu Qasim itu yang memberi petunjuk ini umat.

 

 

فَوَاجِبٌ تَقْلِيْدُ حَبْرٍ مِنْـهُمُ - كَذَا حَكَى الْقَوْمُ بِلَفْظٍ يُفْهَمُ

 

Wajib untuk mengikuti orang yang cerdik dari mereka para Imam, demikianlah yang telah dihikayah oleh kaum dengan lafad yang bisa dipahami.

 

 

وَاَثْـبِتَنْ لِلأَولِيَا الْكَرَامَـةْ - وَمَنْ نَفَاهَا  فَانْبِذَنْ كَلاَمَهْ


Yakinilah bahwa para Aulia itu memiliki Karamah, dan orang yang menganggap Karamah itu tidak ada maka, buanglah perkataannya.

 


 

وَعِنْـدَنَا أَنَّ الدُّعَاءَ يَنْفَـعُ - كَمَا مِنَ الْقُرْآنِ وَعْدً يُسْمَعُ

 

Disisi Ahli Sunnah wal jama'ah do'a itu bermanfaat, sebagaimana yang telah disebut dalam Al-Qur'an.

 

 

بِكُلِّ عَبْدٍ حَافِظُوْنَ وُكِـلُوْا - وَكَاتِبُوْنَ خِيْرَةً لَنْ يُهْملُـوْا

 

Setiap hamba ada Malaikat penjaga dan Malaikat Penulis yang telah dipilihkan dan mereka Malaikat tidaklah menyia-nyiakan / meninggalkan....

 

 

مِنْ اَمْرِهِ شَيْـئًا فَعَلْ وَلَوْ ذَهِلْ - حَتَّى الاَنِيْنَ فِى الْمَرْضِ كَمَا نُقِلْ

 

sesuatu apapun dari urusan seorang hamba yang dekerjakannya sehingga rintihan saat sakit, sebagaimana yang telah dikutip.

 

 

فَحَاسِبِ النَّفْسِ وَقِلَّ الاَمَلاَ - فَرُبَّ مَنْ جَدَّ لأِمْـرٍ وَصَلاَ

 

Maka introspeksi-lah dirimu dan sedikitkan angan-angan, maka alangkah banyak orang yang bersungguh-sungguh pada suatu perkara dan ia mendapatkannya

 

 

وَ وَاجِبٌ اِيْـمَانُنَا بِالْمَـوْتِ - وَ يَقْبِضُ الرُّوْحَ رَسُوْلُ الْمَوْتِ

 

Wajib kita membenarkan adanya kematian dan dicabutnya ruh oleh malaikat.

 

 

وَ مَيِّتٌ بِعُمْرِهِ مَنْ يُقْتَلُ - وَ غَيْرُ هَذَا بَاطِلُ لاَ يُقْبَلُ

 

Orang yang dibunuh itu mati karena sampai ajalnya, adapun pendapat lain adalah pendapat yang bathil dan tidak bisa diterima:

 

 

وَفِى فَنَا النَّفْسِ لَدَى النَّفْخِ اخْتُلِفْ - وَسْتَظْهَرَ السُّبْكِىَ بَقَاهَا اللَّذْ عُرِفْ

 

terdapat perbedaan pendapat ulama didalam masalah musnahnya ruh ketika ditiup sangkakala, Imam Subki menjelaskan tentang tetap kekalnya ruh.

 

 

عَجْبُ الذَّنَبْ كَالْرَوْحِ لَكِنْ صَحَّحَا - اَلْمُزَنِـىُّ  لِلْبِـلَى وَوَضَّـحَا

 

Tulang sulbi itu seperti ruh, tetapi Imam Mazani menganggap shahih pendapat yang mengatakan hancurnya tulang sulbi.

 

 

وَكُلُّ شَيْئٍ هَالِكٌ قَدْ خَصَّصُوْا - عُمُوْمَهُ فَاطْلُبْ لِمَا قَدْ لَخَّصُوْا

 

Ayat "Setiap sesuatu itu musnah" keumumannya telah dikhususkan oleh para ulama, maka carilah apa yang telah diterangkan oleh para ulama.

 

 

وَلاَ نَخُضْ فِى الرَّوْحِ اِذْ مَا وَرَدَا - نَصٌّ مِنَ الشَّرْعِ لَكِنْ وُجِـدَا

 

Jangan kita mendalami tentang masalah ruh karena tidaklah datang keterangan dari syara'. akan tetapi, ditemukan...

 

 

لِمَالِكٍ هِىَ صُوْرَةٌ كَالْـجَسَدِ - فَحَسْبُكَ النَّصُّ  بِهَذَا السَّنَدِ

 

penda pendapat pengikut Imam Malik, bahwa ruh itu seperti jasad maka cukuplah bagimu keteterangannya dengan sanad (kebersambungan berita) ini

 

 

وَالْعَقْلُ كَالرُّوْحِ وَلَكِنْ قَرَّرُوْا - فِيْهِ خِلاَفًا فَانْظُرَنْ مَا  فَسَّرُوْا

 

Akal itu seperti ruh tetapi para ulama menetapkan adanya perbedaan didalamnya, maka perhatikanlah apa-apa yang ulama jelaskan didalam kitab-kitab mereka

 

 

سُـؤَلُنَا ثُمَّ عَـذَابُ الْقَـبْ - نَعِيْمَهُ وَاجِبٌ كَبَعْثِ الْحَشَرِ

 

Pertanyaan di kubur, azab kubur dan nikmat kubur adalah wajib kita imani, seperti kebangkitan di padang mahsyar.

 

 

وَقُلْ يُعَادُ الْجِسْمُ بِالتَّحْقِيْقِ - عَنْ عَدَمٍ وَ قِيْلَ عَنْ تَفْرِيْقٍ

 

Yakini-lah bahwa tubuh pasti akan dibangkitkan kembali (setelah kiamat) dari ketiadaan dan dikatakan orang : tubuh dibangkitkan dari kehancuran/keterpisa-pisahan.

 

 

مَحْضَيْنِ لَكِنْ ذَا الْخِلاَفَ خُصَّا - بِاْلأَنْبِـيَا وَمَنْ عَلَيْهِمْ نُصَّـا

 

Yang murni keduanya (ketiadaan dan kehancuran). Tetapi khilaf ini hanya berlaku pada para Nabi dan orang-orang yang telah dinashkan.

 

 

وَفِى اِعَادَةِ الْعَرْضِ قَـوْلاَنِ - وَرُجِّحَتْ اِعَادَةُ الاَعْـيَانِ

 

Tentang pengembalian sifat ada dua pendapat, yang kuat adalah dikembalikanya sifat dengan zatnya.

 

 

وَفِى الزَّمَانِ قَوْلاَنِ وَالْحِسَابُ - حَقُّ وَمَا فِى حَقِّ ارْتِـيَابُ

 

Pada pengembalian zaman ada dua pendapat, perhitungan amalan itu pasti, dan tidaklah pantas ada keraguan didalam kebenaran.

 

 

فَالسَّيِّـئَاتُ عَنْدَهُمْ بِالْمِثْلِ - وَالْحَسَنَاتُ ضُوْعِفَتْ بِالْفَضْلِ

 

Segala keburukan akan dibalas dengan setimpal, sedangkan kebaikan akan dibalas dengan berlipat ganda, atas karunia Allah.

 

وَبِاجْتِنَابٍ لِلْكَبَائِرْ تُـغْفَرُ - صَغَائِرٌ وَ جَا الْوُضُوْ يُكَفِّرُ

 

Dengan sebab menjahui dosa-dosa besar, maka akan terampuni dosa-dosa kecil, telah datang dalam hadist "wudhu' dapat menghapus dosa"

 

 

وَالْيَوْمُ اْلآخِرِ ثُمَّ هَوْلُ الْموْقِفِ - حَقٌّ فَخُفِّفْ يَارَحِيْمُ وَاسْعَفِ

 

Hari akhirat dan haru-hara padang mahsyar adalah pasti terjadi, maka ringankanlah dan bantulah kami darinya wahai Allah dzat yang maha penyayang

 

 

وَوَاجِبٌ اَخْذُ الْعِبَادِ الصُّحُفَا - كَمَا مِنَ الْقُـرْآنِ نَـصَّا عُرِفَا

 

Mengambil buku catatan bagi hamba adalah wajib (pasti terjadi), sebagaimana pernyataan yang telah ada dalam Al-Qur’an.

 

 

وَمِثْلُ هَذَا الْوَزْنُ وَالْـمِزَانُ - فَتُـوْزَنُ الْكُتُبُ اَوِ اْلاَعْـيَانُ

 

seperti itu pula, wazan (penimbangan amal) dan mizan (timbangan amal), maka akan ditimbang segala catatan-catatan amal atau dzat-dzat para hamba.

 

 

كَذَا الصِّرَاطُ فَالْعِبَادُ مُخْتَلِفْ - مَرُوْرُهُمْ فَسَالِمٌ وَ مُنْتَلِفْ

 

Termasuk dari hal yang wajib di imani adalah jembatan Shiratul Mustaqim, maka para hamba berbeda-beda keadaanya  dalam melewatinya, ada yang selamat dan ada yang jatuh.

 

 

وَالْعَرْشُ وَ الْكُرْسِىُّ ثُمَّ الْقَلَمُ - وَالْكَاتِبُوْنَ اللَّوْحُ كُلٌّ حِكَمُ

 

Arsy, Kursy, Qalam, malaikat Katibun, Lauh Mahfudh, semuanya itu ada hikmah-hikmahnya.

 

لاَ ِلاحْتِيَاجِ وَبِـهَا الاِيْـمَانُ - يَجِبْ عَلَيْكَ اَيُّـهَا الاِنْسَانُ

 

Allah menciptatakan yang telah disebutkan bukan karena butuh kepada mereka, dan hal ini wajib di imani oleh mu wahai para manusia.

 

 

وَالنَّارُ حَقٌّ اُوْجِدَتْ كَالْجَنَّةْ - فَلاَ تَـمِلْ لِجَاحِدٍ ذِى جِنّةْ

 

Neraka itu pasti ada, sama seperti Surga, maka janganlah engkau condong kepada orang yang ingkar dan gila.

 

 

دَارَا خُلُوْدِ لِلسَّعِيْدِ وَ الشَّقِىْ - مُعَذَّبٌ مَنَعَّمٌ مَهْمَا بَقِىْ

 

Surga dan Neraka adalah tempat bagi orang beramal baik dan orang yang beramal buruk, orang yang diberi nikmat dan orang yang diberi azab selamanya mereka kekal didalamnya (surga dan neraka).

 

 

اِيْـمَانُنَا بِحَوْضِ خَيْرِ الرُّسْلِ - حَتْمٌ كَـمَا جَاءَنَا فِى النَّقْلِ

 

Wajib kita imani tentang adanya kolam/telaga Nabi Muhammad SAW, sebagaimana telah datang kepada kita dalil penukilannya (sandaran dari al-Qur'an atau Hadis)

 

يَنَالُ شُرْبًا مِنْهُ اَقْوَامٌ وَفَـوْا - بِعَهْدِهِمْ وَقُلْ يُذَادُ مَنْ طَغَوْا

 

Orang-orang yang memenuhi janji akan minum di telaga Nabi, dan orang durhaka akan jauh dari telaga tersebut.

 

 

وَ وَاجِبٌ شَـفَاعَةُ الْمُشَفِّعِ -  مُحَّمَدٍ مُقَـدَّمُا لاَ تَـمْنَعْ

 

Wajib kita imani adanya Syafa'at dari Nabi Muhammad SAW, Syafa'at yang pertama sekali dan tidak tercegah

 

وَغَيْرُهُ مِنْ مُرْتَضَى الاَخْيَارِ - يَشْفَعْ كَمَا قَدْ جَاءَ فِى اْلاَخْبَارِ

 

Orang lain selain Nabi dari golongan yang diridhai Allah juga dapat memberi Syafa'at, sebagaimana tersebut dalam dalil hadis-hadis

 

اِذْ جَائِزٌ غُفْرَانُ غَيْرَ الْكُفْرِ - فَلاَ نُكَفِّرْ مُؤْمِـنًا بِالْـوِزْرِ

 

Karena dosa selain kekufuran bisa terampuni, maka janganlah mengkafirkan orang mukmin dengan sebab dosa.

 

 

وَمَنْ يَمُتْ وَلَمْ يَتُبْ مِنْ ذَنْبِهِ - فَاَمْـرُهَ مُفَـوَّضٌ لِرَبِّـهِ

 

Orang yang meninggal dan belum bertaubat, maka urusannya diserahkan kepada Allah.

 

 

وَوَاجِبٌ تَعْذِيْبُ بَعْضِ ارْتِكَبْ - كَبِيْرَةً ثُمَّ الْخُلُوْدُ مُجْـتَنَبْ

 

adanya siksaan terhadap yang melakukan dosa besar adalah wajib (pasti terjadi secara syara'), dan kekalnya muslim yang berdosa dalam siksaan neraka itu jauh dari bakal terjadi.

 

وَصِفْ شَهِيْدَ الْحَرْبِ بِالْحَيَاةِ - وَرِزْقُهُ مِنْ مُشْتَهَى الْجَنَّاتِ

 

Orang yang meninggal dalam peperangan adalah hidup, dan balasan mereka adalah Surga.

 

 

وَالْرِزْقُ عِنْدَ الْقَوْمِ مَا بِهِ انْتُفِعْ - وَقِيْلَ لاَ مَا مُلِكْ وَمَا اتُّبِعْ

 

Rezeki menurut satu kaum adalah sesuatu yang bisa diambil manfaatnya, sebagian lain (yaitu mu'tazilah) mengatakan Rezeki adalah sesuatu yang dimiliki . dan pendapat yang terkahir ini tidaklah di ikuti (oleh para imam ahli sunnah wal jama'ah)

 

 

فَيَرْزُقُ اللَّهُ الْحَـلاَلَ فَاعْلَـمَا - وَيَرْزُقُ الْمَكْرُوْهَ وَالْمُحَرَّمَـا

 

Maka, Allah memberikan rezeki dengan sesuatu yang halal, dengan sesuatu yang makruh, dan dengan sesuatu yang haram, Maka ketahuilah

 

فِى اْلاِكْتِسَابِ وَالتَّوَكُّلِ اخْتُلِفْ - وَالرَّاجِحُ التَّفْصِيْلُ حَسْبَمَا عُرِفْ

 

Terjadi perbedaan ulama pada usaha dan tawakkal, yang kuat adalah sesuai dengan perinciannya masing-masing (yang disebutkan didalam kitab-kitab tasawuf seperti ihya ulumidin)

 

 

وَعِنْدَنَا الشَّيْءُ هُوَ الْمَوْجُوْدُ - وَثَابِتٌ فِى الْخَارِجِ الْمَوْجُوْدُ

 

menurut Ahli Sunnah Waljama’ah, sya'i (sesuatu) adalah maujud (ada), dan sesuatu yang tetap pada kenyataan adalah sesuatu yang maujud.

 

 

وُجُوْدُ شَيْئِ عَيْنُـهُ وَالْجَوْهَـرُ - الْفَرْدُ حَادِثٌ عِنْدَنَا لاَ يُنْكَرُ

 

Wujud sesuatu adalah dzatnya sesuatu tersebut, jauhar farad itu baru tercipta menurut kamu Ahli Sunnah wal jama'ah, yang tidak dapat diingkari

 

 

ثُمَّ الذُّنُوْبُ عِنْدَنَا قِسْمَانِ - صَغِـيْرَةٌ كَبِيْرَةٌ فَالثَّانِـى

 

Dosa menurut Ahlussunnah Waljama’ah ada dua, dosa kecil dan dosa besar.

 

 

مِنْهَ الْمُتَابُ وَاجِبٌ فِى الْحَالِ - وَلاَ انْتِقِاضَ اِنْ يَعُدْ لِلْحَالِ

 

Taubat dari dosa besar adalah wajib, dan taubat itu tidak dianggap jika ia melakukan dosa itu kembali.

 

 

لَكِنْ يُجَدِّدْ تَوْبَةَ لِمَـا اقْـتَرَفْ - وَفِى الْقَبُوْلَ رَأْيُهُمْ قَدِ اخْتَلَفْ

 

Akan tetapi Orang-orang yang terlanjur melakukan dosa harus baginya untuk memperbarui taubat, dan terjadi perbedaan pandangan ulama dalam hal penerimaan taubat.

 

 

وَحِفْظُ دِيْنِ ثُمَّ نَفْسٍ مَالٍ نَسَبْ - وَمِثْلُهَا عَقْلٌ وَعِرْضٌ قَدْ وَجَبْ

 

Memelihara agama, jiwa, harta, keturunan, seperti itu pula memelihara akal, dan kehormatan adalah wajib.

 


وَمَنْ لِـمَعْلُوْمٍ ضَرُوْرَةً جَحَدْ - مِنْ دِيْنِنَا يُقْتَلْ كُفْرًا لَيْسَ حَدْ

 

Orang-orang yang mengingkari sesuatu yang sudah diketahui secara umum dalam urusan agama kita (islam) haruslah dihukum mati dalam kategori bunuh kafir dan memnubuhnya tidak mewajibkan hukuman had bagi orang yang memubunuhnya.

 

 

وَمِثْلُ هَذَا مَنْ نَفَى لِمُـجْمَعِ - اَوِسْتَبَاحَ كَالزِّنَا فَلْتَسْمَـعِ

 

sperti itu pula, Orang-orang yang mengingkari atas hukum yang telah disepakati oleh para ulama atau membolehkan zina juga harus dibunuh.

 

 

وَوَاجِبٌ نَصْبُ اِمَـامِ عَدْلِ  - بِالشَّرْعِ فَاعْلَمْ لاَ بِحُكْمِ الْعَقْلِ

 

Melantik seorang pemimpin yang adil adalah sebuah kewajiban dari segi hukum syara' bukan hukum akal.

 

 

فَلَيْسَ رُكْنًا يَعْتَقِدْ فِى الدِّيْنِ - فَلاَ تَـزِغْ عَنْ اَمْرِهِ الْـمُبِيْنِ

 

Melantik imam bukanlah suatu rukun yang wajib diyakini dalam Agama, maka janganlah engkau mengingkari perintah seorang pemimpin.

 

 

اِلاَ بِكُفْرٍ فَانْبِذَنَّ عَهْدَهْ - فَاللهُ يَكْفِيْـنَا اَذَاهُ  وَحْـدَهْ

 

Kecuali perintah dengan kekufuran, maka tinggalkanlah, Allah semata-mata mencukupi kita dari memberi siksaan pada pemimpin tersebut.



بِغَيْرِ هَذَا لاَ يُـبَاحُ صَرْفُـهُ - وَلَيْسَ يُعْزَلْ اِنْ اُوْزِيْلَ وَصْفُهُ

 

Tidak boleh melanggar perintah pemimpin selain dari perintah kufur, dan tidak bisa dilengserkan seorang pemimpin jika hilang darinya sifat kepemimpinan.

 

 

وَامُرْ بِعُرْفٍ وَاجْتَنِبْ نَمِيْمَهْ - وَغِيْبَـةً وَخَصْلَةً ذَمِيْمَـةْ

 

Perintahlah dengan hal-hal yang baik, dan jahuilah sifat adu domba, mmembicarakan aib orang  dan melakukan perkara-perkara yang tercela.

 

 

كَالْعَجْبِ وَالْكِبْرِ وَدَاءِالْحَسَدِ - وَكَالْمِرَاءِ وَالْجَدَلْ فَاعْـتَمِدِ

 

sebagaimana (jauhilah) sifat 'Ujub (merasa lebih tinggi dari orang lain), sombong, dengki, riya dan sifat perdebatan.

 


وَكُنْ كَمَا كَانَ خِيَارُ الْخَلْقِ - حَلِيْـفَ حِلْمٍ تَابِـعًا لِلْحَقِّ

 

Jadilah kamu seperti Nabi Muhammad yaitu banyak menanggung beban orang lain dan mengikuti kebenaran.

 

 

فَكُلُّ خَيْرٍ فِى اتِّبَاعِ مَنْ سَلَفْ - وَكُلُّ شَرِّ فِى اتِّبَاعِ مَنْ خَلَفْ

 

Kebaikan adalah pada mengikuti orang-orang yang terdahulu yaitu sahabat, dan keburukan adalah pada mengikuti orang-orang setelahnya itu.

 

 

وَكُلُّ هَدْيٍ لِلنَّبِيِّ قَدْ رَجَحْ - فَمَا اُبِيْحَ افْعَلْ وَدَعْ مَالَمْ يُبَحْ

 

Setiap petunjuk milik nabi sungguh kuat, maka lakukanlah perkara yang dibolehkan dan tinggalkanlah perkara yang tidak dibolehkan,

 

 

فَتَابِعِ الصَّالِحَ مِـمَّنْ سَلَفَا - وَجَانِبِ الْبِدْعَةَ مِـمَّنْ خَلَفَا

 

 

Maka ikutilah kebaikan dari orang-orang shalih yang dahulu dan jauhilah bid'ah dari orang-orang yang datang kemudian.


 

هَذَا وَاَرْجُوْ اللهَ فِى اْلاِخْلاَص - مِنِ الرِّيَاءِ ثُّمَ فِى الْخَـلاَصِ

 

Fahamilah ini, aku mengharapnkan pada Allah semoga bersih dari riya',

 

 

مِنَ الرَّجِيْمِ ثُمَّ نَفْسِى وَالْهَوَى -  وَمَنْ يَمِلْ لِهَؤُلاَءِ قَدْ غَـوَى

 

kemudian (mengharapkan) terbebas dari syaitan, nafsu, keinginan jiwa. dan siapa saja yang cenderung mengikuti 3 perkara ini, maka sesatlah ia.



هَذَا وَاَرْجُوْ اللهَ اَنْ  يَمْنَحَنَا - عِنْدَ السُّؤَالِ مُطْلَقًا حُجَّتَنَا

 

fahamilah ini, dan aku harap juga Allah menganugrahi argumen jawaban kepada kami ketika ada orang yang bertanya.

 

 

ثُمَّ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ الدَّائِمُ - عَـلَى نَّبِيٍّ دَأْبُهُ الْـمَرَاحِمِ

 

Kemudian semoga rahmat dan sejahtera senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang mana kebiasaannya adalah kasih sayang,

 

 

مُحُمَّدٍ وَصَحْبِهِ وَعِتْرَاتِـهْ - وَتَـابِعِ لِنَهْجِهِ مِنْ اُمَّـتِهْ

 

Juga kepada sahabatnya, keluarganya, pengikut jalannya dari golongan umatnya.

 

 



 

Waullohu a’lam

 

M. Rifqy Aziz Syafe’i