MAWAIDZ
AHADIS QUDSIYAH
KARYA IMAM AL-GHAZALI
BAGIAN 1
(MUQODIMAH - HADIS KETIGA)
بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Saya mulai
dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ تَذْكِرَةً لِلْعِبَادِ، وَتَقْوِيَةً لِلْمُتَّقِيْنَ مِنَ
الْمُسْلِمِينَ إِلَى الْعِبَادَةِ
Segala
puji bagi Allah SWT sebagai pengingat bagi para hamba-hambanya, dan penguat
bagi orang-orang bertaqwa dari kalangan muslimin untuk senantiasa beribadah
وَالصَّلَاةُ عَلَى
صَاحِبِ الْمِلَّةِ الطَّاهِرَةِ، وَالرِّضْوَانُ عَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ
وَآلِهِمْ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ، وَعُلَمَاءِ الْأُمَّةِ فِي
كُلِّ زَمَانٍ.
Semoga
shalawat (curahan rahmat dari Allah SWT) senantias tercurah atas penyampai
ajaran yang suci (islam), dan keridhoan Allah atas keluarganya, para
sahabatnya, keluarga mereka, orang-orang yang mengikuti mereka dengan kebaikan,
dan ulama ummat islam disetiap zaman.
كِتَابُ الْمَوْعِظَةِ فِيْهِ حَسَنَةٌ نَافِعَةٌ،
نَفَعَنَا اللّهُ بِهَا.
Ini
adalah Kitab nasehat yang didalamnya ada kebaikan dan kemanfaatan, Semoga Allah
memberikan kita kemanfaatannya
الْمَوْعِظَةُ
الأُولى
Peringatan Pertama.
يَقُوْلُ اللهُ تَعَالى: يَا بْنَ آدَمَ! عَجِبْتُ لِمَنْ أَيْقَنَ بِالْمَوْتِ كَيْفَ يَفْرَحُ؟
Allah
ta‘ālā berfirman: “Wahai anak-cucu Ādam! Aku heran pada orang yang yakin
(yaqīn) akan kematiannya, bagaimana bisa ia masih tetap bergembira?
وَ عَجِبْتُ لِمَنْ أَيْقَنَ بِالْحِسَابِ كَيْفَ
يَجْمَعُ الْمَالَ؟
Aku
heran pada orang yang yakin (yaqīn) akan Ḥisāb (perhitungan setiap
amalannya), bagaimana bisa ia masih sibuk mengumpulkan hartanya?
وَ عَجِبْتُ لِمَنْ أَيْقَنَ بِالْقَبْرِ كَيْفَ
يَضْحَكُ؟
Aku
heran pada orang yang yakin (yaqīn) akan kubur (qubūr), bagaimana bisa ia masih
tertawa-tawa?
وَ عَجِبْتُ لِمَنْ أَيْقَنَ باِلآخِرَةِ كَيْفَ
يَسْتَرِيحُ؟
Aku
heran pada orang yang yakin (yaqīn) akan ākhirat, bagaimana bisa ia masih
istirahat bersantai-santai?
وَ عَجِبْتُ لِمَنْ أَيْقَنَ بِالدُّنْيَا وَ
زَوَالِهَا كَيْفَ يَطْمَئِنُّ إِلَيْهَا؟
Aku
heran pada orang yang yakin (yaqīn) akan dunia dan kehancurannya, bagaimana
bisa ia masih senang padanya?
وَ عَجِبْتُ لِمَنْ هُوَ عَالِمٌ بِاللِّسَانِ
جَاهِلٌ بِالْقَلْبِ،
Aku
heran pada orang yang ‘ālim dengan lidahnya, (padahal) jāhil qalbunya.
وَ عَجِبْتُ لِمَنْ يَطْهُرُ بِالْمَاءِ وَهُوَ
غَيْرُ طَاهِرٍ بِالْقَلْبِ،
Aku
heran pada orang yang bersuci dengan air, padahal qalbunya tidak bersih.
وَ عَجِبْتُ لِمَنْ يَشْتَغِلُ بِعُيُوبِ النَّاسِ
وَهُوَ غَافِلٌ عَنْ عُيُوبِ نَفْسِهِ،
Aku
heran pada orang yang sibuk dengan kekurangan orang lain, padahal ia lalai akan
kekurangan dirinya sendiri.
أَوْ لِمَنْ يَعْلَمُ أَنَّ اللهَ تَعَالى مُطَّلِعٌ
عَلَيْهِ كَيْفَ يَعْصِيهِ؟
Atau
(Aku heran) pada orang yang mengetahui bahwa Allah senantiasa mengawasinya,
bagaimana bisa ia terus berbuat durjana terhadap-Nya?
أَوْ لِمَنْ يَعْلَمُ أَنَّهُ يَمُوتُ وَحْدَهُ وَ
يَدْخُلُ الْقَبْرَ وَحْدَهُ وَ يُحَاسَبُ وَحْدَهُ كَيْفَ يَسْتَأْنِسُ
بِالنَّاسِ،
Atau
(Aku heran) pada orang yang mengetahui bahwa ia akan mati sendirian, akan masuk
ke qubur sendirian, amalannya akan dihitung sendirian, bagaimana bisa ia
berakraban dengan orang lain?
لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنَا حَقًّا وَ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدِي وَ رَسُولِي،
Tiada
Tuhan melainkan Aku, sebenar-benarnya dan bahwa Muḥammad
adalah hamba-Ku dan Rasūl-Ku.
الْمَوْعِظَةُ الثَّانِيَةُ
Peringatan Kedua
يَقُوْلُ اللهُ تَعَالى:
Allah ta‘ālā berfirman:
شَهِدَتْ نَفْسِيْ أَنْ لاَ إِلهَ إلاَّ أَنَا
وَحْدِيْ لاَ شَرِيْكَ لِيْ،
“Aku
bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Aku Sendiri, Tiada sekutu bagi-Ku.
مُحَمَّدٌ عَبْدِيْ وَ رَسُوْلِيْ،
Dan
Muḥammad
adalah hamba dan Rasūl-Ku.
مَنْ لَمْ يَرْضَ بِقَضَائِيْ،
Barang
siapa tidak ridhā dengan qadhā’-Ku,
وَ لَمْ يَصْبِرْ عَلى بَلاَئِيْ،
Tidak
bersabar atas segala cobaan-Ku,
وَ لَمْ يَشْكُرْ عَلى نَعْمَائِيْ،
Tidak
bersyukur atas segala nikmat-Ku,
وَ لَمْ يَقْنَعْ بِعَطَائِيْ،
Tidak
puas (dengan apa adanya) atas segala pemberian-Ku,
فَلْيَعْبُدْ رَبًّا سِوَائِي،
Maka
sembahlah tuhan selain-Ku,
وَ مَنْ أَصْبَحَ حَزِيْنًا عَلَى الدُّنْيَا
فَكَأَنَّمَا أَصْبَحَ سَاخِطًا عَلَيَّ،
Barang
siapa bersedih hati karena (urusan) dunia, sama saja ia marah kepada-Ku.
وَ مَنِ اشْتَكَى عَلى مُصِيْبَةٍ فَقَدْ شَكَانِيْ،
Barang
siapa mengadukan musibah (yang menimpa dirinya), sungguh ia telah mengadu
tentang-Ku.
وَ مَنْ دَخَلَ عَلى غَنِيٍّ فَتَوَاضَعَ لَهُ مِنْ
أَجْلِ غِنَائِهِ ذَهَبَ ثُلُثَا دِيْنِهِ،
Barang
siapa menghadap pada orang kaya dengan tawādhu‘ (merendahkan diri) karena
kekayaannya, lenyaplah dua pertiga agamanya.
وَ مَنْ لَطَمَ وَجْهَهُ عَلى مَيِّتٍ فَكَأَنَّمَا
أَخَذَ رَحْمًا يُقَاتِلُنِيْ بِهِ،
Barang
siapa menampar mukanya atas kematian seseorang, maka ia sama saja dengan
mengambil sebuah tombak untuk memerangi-Ku,
وَ مَنْ كَسَرَ عُوْدًا عَلى قَبْرٍ فَكَأَنَّهُ
هَدَمَ بَابَ كَعْبَتِيْ بِيَدِهِ،
Barang
siapa mematahkan kayu di atas kubur, maka ia sama saja dengan merobohkan pintu
Ka’bah-Ku (dengan tangannya).
وَ مَنْ لَمْ يُبَالِ مِنْ أَيِّ بَابٍ يَأْكُلُ مَا
يُبَالِيْ مِنْ أَيِّ بَابٍ يُدْخِلُهُ اللهُ تَعَالى جَهَنَّمَ،
Barang
siapa tidak peduli bagaimana caranya ia mendapatkan makanan, (berarti) ia tidak
peduli dari pintu mana Allah akan memasukannya ke dalam neraka Jahanam.
وَ مَنْ لَمْ يَكُنْ فِي الزِّيَادَةِ فِي دِينِهِ
فَهُوَ فِي النُّقْصَانِ،
Barang
siapa tidak bertambah tingkat penghayatan keagamaannya, maka ia dalam keadaan
berkurang.
وَ مَنْ كَانَ فِي النُّقْصَانِ فَالْمَوْتُ خَيْرٌ
لَهُ،
Barang
siapa dalam keadaan berkurang, maka kematian adalah lebih baik baginya.
وَ مَنْ عَمِلَ بِمَا عَلِمَ أَوْرَثَهُ اللهُ
تَعَالى عِلْمَ مَا لَمْ يَعْلَمْ،
Barang
siapa mengamalkan ilmu yang sudah ia ketahui, maka Allah akan mewariskan
kepadanya ilmu yang belum ia ketahui.
وَ مَنْ أَطَالَ أَمَلَهُ لَمْ يَخْلُصْ عَمَلُهُ،
Dan
barang siapa banyak angan-angannya, maka amal perbuatannya akan menjadi tidak
ikhlas.
الْمَوْعِظَةُ الثَّالِثَةُ
Peringatan Ketiga.
يَقُوْلُ اللهُ تَعَالى:
Allah
ta‘ālā berfirman:
يَا بْنَ آدَمَ! اقْنَعْ تَسْتَغْنِ،
“Wahai
anak-cucu Ādam! Bersahajalah (yakni senang dengan apa adanya), pasti engkau
akan merasa kaya (cukup).
وَ اتْرُكِ الْحَسَدَ تَسْتَرِحْ،
Tinggalkanlah
hasad dengki, pasti engkau akan merasakan lapang dada (terhindar dari segala
kegelisahan hidup).
وَ اجْتَنِبِ الْحَرَامَ تُخْلِصْ دِيْنَكَ،
Hindarilah
perbuatan haram, pasti engkau akan merasakan keikhlasan (dalam menjalankan
amalan) keagamaanmu.
وَ مَنْ تَرَكَ الْغِيْبَةَ ظَهَرَتْ لَهُ
مَحَبَّتِيْ،
Barang
siapa meninggalkan ghībah (berbicara tentang kejelekan orang lain), jelas ia
terasa cinta-Ku atas dirinya.
وَ مَنْ اعْتَزَلَ النَّاسَ سَلِمَ مِنْهُمْ،
Barang
siapa menjauhkan diri dari orang ramai, ia terselamat dari (pengaruh jelek)
mereka.
وَ مَنْ قَلَّ كَلاَمُهُ كَمُلَ عَقْلُهُ،
Barang
siapa membatasi dirinya dalam berbicara, sempurnalah akalnya.
وَ مَنْ رَضِيَ بِالْقَلِيْلِ فَقَدْ وَثِقَ بِاللهِ
تَعَالى،
Barang
siapa ridhā (senang) dengan sedikit (apa adanya), maka ia penuh percaya kepada
Allah ta‘ālā.
يَا بْنَ آدَمَ! أَنْتَ بِمَا تَعْلَمُ لاَ تَعْمَلُ
فَكَيْفَ تَطْلُبُ عِلْمَ مَا لاَ تَعْلَمُ؟
Wahai
anak-cucu Ādam! Engkau tidak mengamalkan apa yang telah engkau ketahui, maka
bagaimana mungkin engkau bisa menuntut ilmu yang belum engkau ketahui?
يَا بْنَ آدَمَ! تَعْمَلُ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ
لاَ تَمُوْتُ غَدًا،
Wahai
anak-cucu Ādam! Beramallah di dunia seolah-olah engkau tidak akan mati esok.
وَ تَجْمَعُ الْمَالَ كَأَنَّكَ مُخَلَّدٌ أَبَدًا،
Dan
kumpulkanlah harta seolah-olah engkau akan hidup selama-lamanya.
يَا دُنْيَا احْرِمِي الْحَرِيْصَ عَلَيْكَ،
Wahai
dunia! Tahanlah dirimu (pemberianmu) terhadap orang yang rakus atas dirimu.
وَ ابْتَغِي الزَّاهِدَ فِيْكَ،
Dan
carilah orang yang zuhud terhadap dirimu (menghindari dirimu).
وَ كُوْنِيْ حُلْوَةً فِيْ عَيْنِ النَّاظِرِيْنَ،
Dan
jadilah kamu manisan bagi mata orang yang memandangmu.