PENGAJIAN ALUMNI DAARUS SA’ADAH II
KITAB TANWIRUL QULUB
M.RIFQY AZIZ SYAFEI
الحلقة الثانية
PERTEMUAN KEDUA
BAGIAN 1 : PEMBACAAN KITAB
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
فَيَقُولُ رَاجِي عَفْوِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، عَبْدُهُ
الْفَقِيرُ (مُحَمَّد أَمِيْن) الْكُرْدِيّ الْمَنْسُوبُ إلَى الْحَضْرَةِ
النَّقْشَبَنْدِيَّةِ، أَيَّدَهَا اللهُ تَعَالَى وَأَقَامَ دَوْلَتَهَا
الْجَلِيلَةَ الْعَلِيَّةَ : مِمَّا لَا يَخْفَى عَلَى عَاقِلٍ، وَلَا يَعْزُبُ
عَن لَبِيبٍ كَامِلٍ: أَنَّ أَجَلَّ الْعِبَادِ قَدْرًا وَأَعْظَمَهُم فَضْلًا ، وَأَرْفَعَهُمْ
ذِكْرًا : أَنْفَعُ عِبَادِ اللهِ لِعِبَادِهِ، وَأَدْعَاهُمْ إِلَى طَرِيقِ رَشَادِهِ.
Seorang hamba yang fakir dan senantiasa mengharap ampunan Tuhan semesta alam, Muhammad Amin al-Kurdi yang dinisbatkan kepada Thariqah an-Nagsyabandiyyah—mudah-mudahan Allah Ta’ala menguatkan kedudukannya yang tinggi—berkata, “Salah satu hal yang tidak samar lagi bagi orang yang berakal cerdas adalah bahwa hamba yang paling tinggi kedudukannya, hamba yang paling agung keutamaannya dan paling tinggi sebutannya, adalah hamba Allah yang paling bermanfaat bagi hamba hamba-Nya yang lain dan hamba Allah yang paling banyak mengajak ke jalan petunjuk Allah.
وَأَجَلُّ هَؤُلَاء نَفْعًا، وَأَحْسَنُهُم صُنْعًا،
دُعَاةُ الْخَلْقِ وَمُرْشِدُوهُمْ إلَى اللهِ، وَهُدَاتُهُمْ إِلَى سَبِيلِهِ
وَالْعَمَلِ بِمَا فِيهِ رِضَاهُ، كَيْفَ لَا، وَذَلِكَ دَأْبُ أَشْرَفِ الْأَنَامِ
وَالسَّادَةِ الْمُرْسَلِينَ الْكِرَامِ، فَقَد بَعَثَهُمُ اللهُ بِذَلِكَ وَبِهِ
أَمَرَهُم، وَعَلَيْه حَرَّضَهُمْ وَحَثَّهُمْ، وَعَلَيْهِ تَبِعَهُمْ مَنْ
تَبِعَهُمْ وَاقْتَدَى بِهِمْ مَنْ وَرَثَهُمْ مِنَ الْعُلَمَاءِ الْعَامِلِينَ
، وَالْأَوْلِيَاءِ وَالصَّالِحِينَ.
Dan di antara mereka, orang yang besar manfaatnya serta paling baik karyanya adalah orang-orang yang mengajak dan membimbing hamba Allah kepada Allah, yaitu orang yang memberikan petunjuk untuk menempuh jalan-Nya serta mengerjakan amal-amal yang diridhai-Nya. Bagaiman tidak, hal itu (mengajak dan membimbing) adalah kebiasaan Nabi Muhammad saw., manusia paling mulia, sang pemimpin para nabi. Sungguh, untuk hal itu Allah Ta’ala telah mengutus dan menugasi para nabi dan rasul, menyemangati dan mendorong mereka. Pada tugas itu pula para ulama al-‘amilin dan wali-wali yang salih pewaris para nabi itu mengikuti dan meneladani mereka.
وَمِنَ الْمَعْلُومِ أَنَّ الْمُحَقِّقِينَ مِنْ
هَذِهِ الطَّائِفَةِ قَدِ انْقَرَضَ أَكْثَرُهُم وَلَمْ يَبْقَ فِي زَمَانِنَا
مِنْهُمْ إلَّا أَثَرُهُم ْكَمَا قِيلَ :
Namun sudah maklum bahwa kebanyakan ulama yang benarbenar mumpuni seperti mereka telah tiada. Dan di zaman sekarang ini tiada lagi yang tersisa dari mereka selain jejaknya saja, seperti diungkapkan dalam sebuah syair
أَمَّا الْخِيَامُ فَـإِنَّهَا كَخِيَامِهِمْ
* وَأَرَى نِسَاءَ الْحَيِّ غَيْرَ نِسَائِهَا
Kemah itu sungguh seperti kemah mereka Tetapi kulihat kaum perempuan di kemah itu bukan perempuan dari kemah mereka
فَقَلَّمَا تَجِدُ مَنْ يَذْكُرُ بِاللهِ، أَوْ يَنْهَى
عَمَّا يُنْكِرُهُ الشَّرْعُ وَيَأْبَاهُ لِضَعْفِ الْهِمَّةِ عَنْ سُلُوكِ
طَرِيقِ الْهِدَايَةِ، وَعُكُوفِ الْأَفْئِدَةِ عَلَى عُبُورِ سَبِيلِ الْغَوَايَةِ،
Maka Anda hanya akan mendapati sedikit sekali orang yang mau mengingatkan tentang Allah, atau mencegah orang-orang dari perbuatan yang dilarang syariat, karena amat lemahnya semangat untuk menempuh jalan petunjuk serta menahan hati untuk tidak melintasi jalan kesesatan
وَلِذَا تَرَى مَا تَرَى مِن تَفْتِيشِ أَكْثَرِ
الْوَرَى، عَلَى مَا نَقَصَ مِنْ أَمْرِ دُنْيَاهُمْ، لَا عَلَى مَا نَقَصَ مِنْ
أُمُورِ دِينِهِمْ وَأُخْرَاهُم ، وَرُكُونِهِمْ إِلَى اتِّبَاعِ الشَّهَوَاتِ،
وَقِلَّةِ الْمُبَالَاةِ، بِتَعَاطِى الْمَحْظُورَات،
Karena itu, Anda pun akan menyaksikan, betapa kebanyakan orang lebih memperhatikan kekurangan duniawi mereka daripada kekurangan dalam hal keberagamaan dan akhirat mereka. Anda lihat bagaimana mereka senang memperturutkan hawa nafsu dan hampir tidak memiliki kesadaran untuk melakukan amal-amal ketaatan. Buktinya mereka larut mengerjakan berbagai perbuatan haram.
وَبِالْجُمْلَةِ فَقَدْ طُوِىَ بِسَاطُ التَّقْوَى،
وَارْتَحَلَ عَنِ الْقُلُوبِ اِحْتِرَامُ الشَّرْعِ الْأَقْوَى، وَقَدْ عَمَّ
الْبَلَاءُ، وَغَلَبَ الشَّقَاءُ، حَتَّى صَارَ الْكَثِيرُ لَا يَعْرِفُ مَا هُوَ
الْحَقُّ وَمَا هُوَ الْإِيمَان وَمَا هِيَ الْآخِرَةُ وَمَا هُوَ الْمَصِيرُ إلَى
الْمَلِكِ الدَّيَّانِ،
Secara umum, pada intinya rasa takut kepada Allah sudah dilipat, penghargaan terhadap syariat telah hilang dari hati mereka. Bencana pun timbul merata dan kesengsaraan telah demikian dominan, sehingga kebanyakan orang bahkan hampir tidak tahu apa itu kebenaran, tidak tahu apa itu iman, tidak kenal akhirat dan tidak paham bahwa kita sedang bergerak menuju Maharaja Yang akan meminta pertanggung jawaban.
وَمَنْ عَرَفَ ذَلِكَ طَرَحَهُ فِي زَوَايَا
الْإِهْمَالِ، وَاشْتَغَلَ بِالْحُظُوظِ الْفَانِيَةِ وَتَحْصِيلِ الشَّهَوَاتِ
وَجَمْعِ الْأَمْوَالِ وَإِنْ دَعَوا وَعَمِلُوا فَلِغَايَاتٍ دُنْيَوِيَّةٍ، وَاَعْرَاضٍ
زَائِلَةٍ وَأَغْرَاضٍ نَفْسِيَّةٍ،
Bahkan orang yang mengenal hal-hal itu pun malah mengenyampingkannya ia lemparkan pengetahuan tentang hal hingga tak terpakai, lalu ia sibuk mengurusi harta benda yang pasti akan segera lenyap, sibuk mencapai berbagai kesenangan dan mengumpulkan harta. Kalau pun dia berdakwah dan beramal, itu semata-mata untuk tujuan-tujuan duniawi, untuk kepentingan pribadi dan kesenangan-kesenangan nafsu yang tidak abadi.
وَالْمَوْلَى عَزَّ وَجَلَّ يَعْلَمُ سِرَّهُمْ وَنَجْوَاهُمْ،
وَهُوَ مَعَهُمْ أَيْنَمَا كَانُوا يَسْمَعُهُم وَيَرَاهُم، أَلَمْ يَعْلَمُوا
أَنَّهُمْ مَبْعُوثُونَ لِيَوْمِ الغَضَبِ الشَّدِيدِ، الَّذِى يَشِيْبُ مِنْ هَوْلِهِ
الْوَلِيدُ، وَأَنَّهُمْ إذْ ذَاكَ مَسْؤُلُونَ. وَعَلَى مَا قَدَمُوا
مِنْ أَعْمَالِهِمْ مُحَاسَبُونَ (وسَيَعْلَمُ الَّذِينَ ظَلَمُوا أيَّ مُنْقَلَبٍ
يَنْقَلِبُونَ)
Sementara Allah Azza wa Jalla mengetahui apa yang tersimpan dalam hati mereka. Dia senantiasa bersama mereka di mana pun mereka berada, senantiasa mendengar dan memperhatikan mereka. Tidakkah mereka sadar bahwa kelak mereka akan dibangkitkan untuk menerima murka yang amat dahsyat, yang terornya bisa membuat bayi langsung beruban, karena pada saat itu mereka akan dimintai pertanggung jawaban atas semua amal perbuatan yang telah mereka kerjakan. Allah Ta’ala berfirman, “Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali,” (QS al-Syu’ara (26): 227)
وَلَمَّا طَالَ الِابْتِلَاءُ فِيمَا نَحْنُ فِيهِ
مِنَ الْأَيَّامِ ، بِمَا لَوَّحْتُ بِبَعْضِه مِمَّا يُؤَدِّي إلَى ضَعْفِ
شَوْكَةِ الْإِسْلَامِ، وَكُنْتُ مِمَّنْ أُجِيزَ بِالْإِرْشَادِ، مِنْ أُوْلِى
الْمَفَاخِرِ وَالسَّدَادِ، بِإِجَازَةٍ صَحِيحِةٍ جَلِيَّةٍ، فِي الطَّرِيقَةِ
الْعَلِيَّةِ النَّقْشَبَنْدِيَّةِ قَدَّسَ اللهُ أَسْرَارَهُمْ وَنَوَّرَ أَضْرَحَتَهُمْ،
أَخَذْتُ فِي الْإِرْشَادِ عَمَلًا بِمُقْتَضَى إجَازَتِي، مُقْتَفِيًا فِيهِ
آثَارَ أَسْلَافِي وَسَادَّتِي ، فَسَاعَدَتْنِى الْأَقْدَارُ الْإِلَهِيَّةُ،
وَانْتَشَرَتْ طَرِيقَتُنَا بِهَذِه الدِّيَارِ الْمِصْرِيَّةِ غَيْرَ أَنِّي لَمَا عَبَّرْتُ هَذِهِ
السَّبِيلَ الْمُشَرَّفَ.
Manakala Sudah sangat lama kita mengalami hari-hari penuh bencana ini, dengan sebagian yang telah aku isyaratkan yaitu hal-hal yang mendatangkan pada melemahnya kekuatan Islam. Karena itu aku—yang telah diberi ijazah yang sah dan jelas untuk memberikan bimbingan oleh pembesar dan pemuka utama di dalam tarekat agung al-Nagsyabandiyyah, semoga Allah menyucikan mereka dan menerangi kuburnya—mulai melakukan pembimbingan. Aku melakukannya sebagai bentuk pengamalan dan pemenuhan akan ijazah yang aku terima, dengan tetap mengikuti jejak-jejak para guru agung dari pendahulupendahuluku, sehingga aku mendapat pertolongan kekuatan dari Allah untuk mengembangkan tarekat ini di wilayah Mesir. Hanya saja, aku belum menguraikan secara rinci jalan mulia ini (thariqah naqsyabandiah),
وَكَانَ مِنَ الْمُحْتَمِ عَلَى كُلِّ مُرِيدٍ أَنْ
يَعْرِفَ أَوَّلًا مَا يَجِبُ مَعْرِفَتُهُ عَلَى كُلِّ مُكَلَّفٍ، مِنْ أُصُولِ
الدِّينِ وَفُرُوعِهِ، لِيَكُون آمِنًا مِنَ الْخَطَأِ فِي ذِهَابِهِ وَرُجُوعِهِ
Dan (manakala) perkara paling pertama yang harus diketahui oleh seorang murid (orang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah) adalah mengetahui apa yang wajib diketahui pertama kali oleh setiap mukalaf yaitu dasar-dasar agama (ushulidin) dan cabang-cabangnya agar ia selamat terjaga dari kesalahan didalam keberangkatan perjalanan hidup dan kembalinya kepada Allah
وَضَعْتُ لِلطُّلَّابِ كِتَابًا فِي هَذَا الْبَابِ وَوَشَحْتُهُ
بِبَعْضِ فَوَائِدَ مِنْ آثَارِ السَّادَةِ الصُّوفِيَّةِ الْأَمَاجِدِ يَتَأَدَّبُ
بِهَا الْمُرِيدُ الصَّادِقُ، وَيَتَهَذَّبُ بِهَا الْعَبْدُ الْآبِقُ، وَسَمَّيْتُهُ
الْعُهُودَ الْوَثِيقَةَ، مِنَ التَّمَسُّكِ بِالشَّرِيعَةِ وَالْحَقِيقَةِ
Aku telah menulis sebuah kitab untuk para pelajar didalam bab ini dan aku hiasi dengan faidah-faidah dari jejak para saadah sufiyah (para penghulu sufi) yang mulia, seorang murid yang benar dapat menjadi beradab dengan mengikutinya, dan seorang hamba yang lari (dari Allah dan ajaran islam) dapat menjadi bersih (taubat) dengan mengikutinya. Aku namakan kitab itu dengan nama “uhud watsiqoh mina tamasuki bisyari’ati wal haqiqoh”
فَجَاءَ بِحَمْدِ اللهِ كَافِيًا فِي هَذَا
الْغَرَضِ وَافِيًا، مَع عُذُوبَةِ مَبَانِيهِ ، وَرِقَّةِ مَعَانِيهِ، وَمُذْ بَدَأَ فِي طِيبِ نَشْرِهِ الْفَائِقِ، وَعَلَا بِحُسْنِهِ فِي سَمَاءِ طَبْعِهِ
الرَّائِقِ، تَنَاوَلَتْهُ أَيْدِي الْقَبُولُ، كَمَا هُوَ الْمَرْجُو
وَالْمَأْمُولُ، حَتَّى عَزَّ عَلَى راَئِدِيْهِ، وَضَنَّ بِهِ عَلَى رَاغِبِيْهِ
Kitab tersebut hadir dengan kadar yang cukup untuk memenuhi tujuan ini, dengan susunan yang menarik dan makna yang mendalam. Semenjak ia muncul dalam terbitannya yang melebihi harapan dan naik tinggi dengan sebab kebagusannya dilangit percetakkan yang bersih, ia telah didapati oleh diterima oleh banyak orang yang berminat terhadapnya. Kitab ini cukup laris hingga orang yang berminat membelinya harus menunggu cetak ulang.
فَحَاوَلْتُ الْإِعَادَةَ، رَغْبَةً فِي الثَّوَابِ
وَحُبًّا فِي الْإِفَادَةِ، بَعْدَ أَنْ وَسَّعْتُ بِسَاطَهُ، وَقَوِيْتُ رِبَاطَهُ
، وَشَيَّدْتُ أَرْكَانَهُ ، وَأَطَلْتُ بُنْيَانَهُ ، بِذِكْرِ مَا لَـمْ
يَذْكُرْ فِيهِ مِنْ أَبْوَابِ الْفُرُوعِ، كَالنِّكَاحِ وَالطَّلَاقِ
وَالْفَرَائِضِ وَالْبُيُوعِ، وَزِيَادَةِ فُصُولٍ آخَرَ، وَشَوَاهِدَ مُهِمَّةٍ
وَمَسَائِلَ غَرَرٍ بِلَا طُولٍ مُمِلٍّ ،
وَلَا اخْتِصَارٍ مُخِلٍّ، لِيَكُون أَبْهَجَ لِلنَّاظِرِين وَأَرْوَجَ
لِلطَّالِبِينَ، حَتَّى تَغَيَّرَ نَوْعِيًّا عَنْ وَضْعِهِ الْمَعْهُودِ، وَصَارَ كَالْأَصْل لِكِتَابِ الْعُهُود ، وَسَمَّيْته تَنْوِيْرَ الْقُلُوبِ فِي
مُعَامَلَةِ عَلَّامِ الْغُيُوبِ .
(Oleh sebab itu) maka aku berusaha untuk mengulanginya karena kami mengharap pahala yang banyak dari Allah dan manfaat materi yang dioeroleh darinya. Setelah pembahasannya diperluas, dikuatkan ikatan isinya, dikokohkan sendi-sendinya, dan ditinggikan bangunannya (susunannya) menjadi lebih lengkap dengan menambahkan uraian berbagai masalah furu’ yang awalnya tidak disebutkan didalam kitab itu (uhud watsiqoh), misalnya seperti bab nikah, thalaq (cerai), fara’idh (ilmu waris), bab jual beli dan tambahan yang lain. Juga uraian masalah-masalah yang penting dengan sederhana, tidak terlalu ringkas dan tidak terlalu panjang, agar enak dipelajari dan dapat memenuhi harapan pembaca. Pada bentuknya yang baru, aku menamai kitab ini Tanwir alqulub fi Mu amalati Allam al-Ghuyub.
وَجَعَلْتُهُ مُرَتَّبًا عَلَى مُقَدِّمَةٍ وَثَلَاثَةِ
أَقْسَامٍ عَلَى نَسَقِ التَّرْتِيْبِ الْأَوَّلِ (فَالْمُقَدِّمَةُ) فِي الدَّعْوَةِ إِلَى
اللهِ وَرَسُولِهِ (وَالْقِسْمُ الْأَوَّلُ) فِيمَا تَجِبُ مَعْرِفَتُهُ مِنْ
أُصُولِ الدِّينِ (وَالْقِسْمُ
الثَّانِي) فِي الْأَحْكَامِ الْفَرْعِيَّةِ عَلَى مَذْهَبِ إمَامِنَا
الشَّافِعِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ (وَالْقِسْمُ
الثَّالِثُ) فِي التَّصَوُّفِ، وَمَا يَنْبَغِى لِلْمُرِيدِ أَنْ يَتَخَلَّقَ
بِهِ مِنَ الْآدَابِ
Aku susun kitab ini terdiri dari satu pendahuluan dan tiga bagian isi. Pendahuluan berisi tentang dakwah kepada Allah dan Rasulnya. Bagian pertama berisi uraian tentang masalah-masalah pokok agama (ushil). Bagian kedua berisi uraian tentang masalah-masalah furu’ berdasarkan mazhab Imam Syafi’i. Bagian ketiga berisi uraian tentang tasawuf dan hal-hal yag sepantasnya seorang murid memilikinya sebagai karakter dari berbagai hal tentang adab
وَلْنَشْرَعِ الْآنَ فِي الْمَقْصُودِ. فَأَقُولُ
وَهُوَ حَسْبِي وَنِعْمَ الْوَكِيلُ وَمَا تَوْفِيقِي إلَّا بِاللهِ عَلَيْهِ
تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ .
Sekarang
kami (mushonif/penulis kitab) akan menguraikan satu demi satu bagian yang sudah
kami susun, maka akupun berkata: Cukuplah Allah bagiku, Dia sungguh wali
terbaik. Hanya Allah yang memberiku petunjuk, kepada-Nya aku berserah diri dan
kepada-Nya aku kembali.
BAGIAN 2 : RINGKASAN PENJELASAN
Bersambung setelah ngaji.... hangatkan kopi..
Waullohu A'lam
M. Rifqy Aziz Syafei