PROFIL PENGASUH




SEJARAH UMUM


K.H. Soemarno Syafi'i dilahirkan di kampung ketapang, kelurahan ketapang, Kecamatan Cipondoh, pada tanggal 7 Desember 1961. Beliau lahir dari pasangan suami isteri H. Muhammad Syafe'i bin H. imung dan Hj. Rina binti H. Salam di sebuah rumah yang sederhana di kampung ketapang. Ayah beliau berprofesi sebagai pedagang telur yang terkenal bahkan sampai ke daerah Kresek, Roxi, dan Tanah abang.


Adapun ibunda beliau yakni Hj. Rina berasal dari keturunan petani karena kakeknya merupakan juragan beras yang terkenal di daerah Cipondoh, Tangerang. Nama kakek K.H.. Soemarno Syafi'i dari keturunan ibu adalah H. Salam, sedangkan kakek dari garis bapak bernama H. Imung. Kakek beliau yang berasal dari ibunya ini dikenal sebagai Bandar tanah di daerah kresek Duri Kosambi Tangerang.


Menurut kong Mudalih (almarhun), seorang sesepuh di daerah kampung ketapang, menjelaskan, bahwa H. Abdul Salam (kakek K.H.. Soemarno Syafi'i dari garis keturunan ibu) dulunya merupakan Bandar tanah, luas tanah dari ujung kresek sampai kampung ketapang itu adalah kepunyaannya, bahkan tidak sedikit orang di daerah ketapang, kresek, sampai cipondoh pernah bekerja sama dengan kakek beliau. Termasuk kong mudalih sendiri yang pernah menjadi tukang potong rumput dan padi.


Menurut bapak H. Kosim selaku ketua RW 08 ketapang, H. Sumarno bila diamati lebih jauh, beliau masih merupakan keturunan orang yang terpandang di daerah betawi, sedangkan bila ditarik lagi garis keturunan dari pihak ayah, maka K.H.. Soemarno Syafi'i adalah keturunan terpandang dan dihormati oleh masyarakat sekitar Ketapang Tangerang, Dilihat dari latar belakang kedua orang tua K.H. Sumarno Syafi'i dan juga dari lingkungan kampungnya di daerah Ketapang, dapatlah dikatakan bahwa K.H. Soemarno Syafi'i dilahirkan dan dibesarkan dari keluarga terpandang dan taat beragama meskipun kedua orang tuanya seorang petani dan pedagang, serta hidup dalam lingkungan sosial dengan suasana keagamaan.


Lingkungan memang memberikan pengaruh yang cukup besar bagi pertumbuhan seseorang, baik dari segi pendidikan maupun keberagamaan, disamping keluarga, dan sekolah.


Dari kondisi lingkungan tersebut, terbentuklah kepribadian K.H. Soemarno Syafi'i yang pada kemudian hari sangat mempengaruhinya dalam melaksanakan dakwa dalam mensyiarkan agama islam. dalam kesehariannya, beliau termasuk anak yang gemar membaca buku dan mengaji diantara sebelas saudara lainnya. bahkan karena senangnya baca buku, Sumarno itu kalau mau berjualan selalu membawa buku, terkadang jualan sambil baca buku. Dan yang paling sering ia baca adalah kitab-kitab kuning seperti Ta'limul muta'lim, Fathul qarib, Tanbihul ghafilin, serta buku-buku Islam lainnya. demikian ujar ibunda beliau Hj.Rina.


Sebutan Syafi'i di akhir namanya adalah nama dari ayahnya yakni H.Muhammad Syafi'i. Sebagaimana orang Indonesia pada umumnya yang menganut patrimonial (garis keturunan dari ayah), nama orang tua sering disematkan di akhir nama sebagai penanda bahwa ia adalah keturunan si orang tua. Nama Syafi'i yang ada di belakang nama K.H. Sumarno Syafi'i juga mencerminkan bahwa beliau mempunyai kesamaan dengan ayahnya yang menjadi pekerja ulet dan pengusaha sukses di lingkungannya. Sedangkan sebutan kyai adalah gelar yang diberikan oleh masyarakat karena pengabdiannya dalam menyebarkan ajaran agama Islam kepada masyarakat. Selain itu, beliau juga menjadi membangun dan memimpin sebuah yayasan pendidikan islam yang berbentuk dengan pondok pesantren modern-salafiyah dengan nama Daarussa'adah, beliau merumuskan program pendidikan di pesantrennya ini dengan menggabungkan sistem modern dan salafiyah, dimana diajarkan kitab-kitab kuning kepada santri dan diiringi pendidikan kegiatan berbahasa arab-ingris, tahfidz qur'an, khitobah dan ekstrakulikuler modern bagi para santri didiknya.


K.H. Soemarno Syafi'i termasauk anak yang beruntung karena dikaruniai kecerdasan. Pada masa kanak-kanak, selain gemar sekali membaca beliau juga tekun mengikuti pengajian dan nasihat dari para kyai, sesepuh desa dan guru-guru di pesantren tempat ia menimba ilmu agama yakni pondok pesantren Darul Rahman, terutama kajian-kajian yang disampaikan oleh guru besar beliau yakni K.H.. Syukron Ma'mun. pesan-pesan tersebut beliau ajarkan juga kepada santri yang beliau asuh di pondok pesantren Daarus Sa'adah. Pengajaran yang diberikan oleh orang tua, guru dan lingkungan masyarakat turut memberikan kontribusi bagi K.H.Soemarno Syafi'i untuk terus menyampaikan pengetahuan beliau kepada K.H.alayak. Hal ini di imbangi oleh beliau dengan tetap menjaga diri agar tidak tergelincir kedalam perbuatan yang dilarang oleh agama seperti yang kerap dilakukan oleh segelintir pemuda seumuran nya.


K.H. Soemarno Syafi'i adalah asli warga Nahdliyin yang mempelajar, mengamalkan dan mengajarkan beliau ilmu keislaman seperti Ilmu Dakwah, Tafsir, Sejarah Islam, Politik, Kalam, Nahwu, Shorof, Mantiq(logika), dan juga ilmu berbisnis. Beliau mempunyai pandangan yang luas dan terbuka untuk menerima wawasan dan pengetahuan baru dan mencerminkan pribadi yang inovatif dalam kesehariannya. Ringkasnya beliau adalah orang yang cukup fleksibel atau luwes. Dalam perjuangan membangun pondok pesantren, beliau tetap menerima tamu yang berkunjung meski mempunyai kesibukan yang banyak. Para tamu ini sering berkonsultasi terkait masalah agama. Dalam membangun pesantren, K.H. Soemarno Syafi'i tidak menggantungkan sumber dana dari wali santri bahkan orang lain sekalipun. Beliau dengan penuh sabar dan gigih membangun pesantrennya dengan dana yang ada. Hal ini adalah anjuran dan ajaran dari gurunnya K.H. Syukron Ma'mun, yang mengatakan kepadanya bahwa jika ingin melakukan sesuatu, hendaknya jangan meminta-minta kepada orang lain. Justru kalau bisa harus memberi, karena memberi itu lebih baik daripada menerima. Pesan ini beliau terapkan dalam membangun pesantren.


Pada tanggal 08 desember tahun 1992, K.H. Soemarno Syafi'i menikah dengan Hj. Sundussiah binti H. Epi Suhaepi yang tinggal di daerah Curug Tangerang. Istri beliau berasal dari ulama ahli hikmah di daerah curug yang cukup terkenal. Hj. Sundussiah senantiasa memberikan motivasi kepada suaminya dalam berdakwah mensyiarkan agama Islam, meskipun untuk itu beliau harus rela sering di tinggal oleh suami lantaran panggilan Dakwah K.H.. Sumarno yang sangat padat, dan mengurus dapur pesantren dari mulai perbelanjaan, pengajaran sampai memberikan jatah makan kepada santri pada awal masa pendirian pesantren Daarus Sa'adah. Pasangan K.H.. Soemarno Syafi'i dan Hj. Sundussiah dikaruniai dua anak laki-laki yaitu Muhammad Rifki Aziz Syafi'i dan Muhammad Rizwan Muzakki.


PERJALANAN MENUNTUT ILMU


Semasa kecil K.H. Sumarno Syafi’i bersekolah di sekolah dasar didaerah kecamatan cipondoh dan mengaji kepada para ustadz dan kyai dikampungnya. Setelah itu, orang tua beliau memasukan K.H. Sumarno syafe’i kepondok pesantren Darul Rahman Senopati-jakarta yang diasuh oleh K.H. Abdul Qodir dan K.H. Syukron Ma’mun sampai pada tingkat aliyah.


Kemudian beliau melanjutkan rihlah tholabul ilmi ke saudi arabia dikota madinah sebagai seorang santri muqim diberbagai ribath yang khusus mendalami kajian kitab klasik dibawah naungan berbagai masyayikh dan haba’ib pada masa itu, diantaranya adalah Al-Mukarom Habib Zein Bin Smith. Setelah kurang lebiha empat tahun lamanya mengaji, beliau mendapatkan kabar duka dari indonesia atas dipanggilnya ayah beliau oleh Allah SWT namun sayangnya karena faktor keterbatasan ekonomi pada masa itu beliau tidak mampu langsung pulang kerumah sehingga perlu beberapa bulan untuk dapat pulang ke negeri asalnya, indonesia.


PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


Setelah beliau pulang dan menetap kekampung halamannya ketapang-cipondoh, beliau mambantu ibunda (Hj.Rina) mengurus keluarga besar selayaknya anak laki-laki dikeluarga. Namun hal tersebut tidak menutup ghirah dan kecintaannya terhadap ilmu agama, ditengah-tengah sempitnya waktu, beliau selalu menyempatkan diri untuk menghadiri pengajian kitab salafiyah yang dibacakan oleh  guru beliau dan para Kyai didaerah sekitar.


K.H. Sumarno Syafe’i pada masa itu mulai menyentuh masyarakat baik dikampung halaman dan berbagai daerah dengan mengisi berbagai majlis ta’lim, tausyiah diberbagai tempat terlebih didaerah Tanah Abang-Jakarta, beliau juga aktif sebagai simpatisan dibanyak organisasi keislaman yang berlandaskan ahli sunnah wal jama’ah dan bukan hanya dalam sisi keagamaan saja, beliau juga membantu  ibunya untuk berdagang diberbagai tempat. Berkat rahmat Allah SWT, usaha keras beliau dimasa mudanya mampu membantu ibunya untuk menuntaskan pendidikan adik-adik beliau. Pada masa ini pula, K.H Sumarno Syafe’i bertemu dengan sahabat karib yang sampai saat ini menemani beliau yaitu Ust. Rohadi Kembangan, yang menemani dan membantu perjuangan beliau dari nol sampai saat ini.


PENDIRIAN PONDOK PESANTREN


Berdasarakan dari saran sang ibu (hj. Rina) yang mendorong K.H.. Sumarno syafe’i untuk membangun pondok pesantren maka pada tahun 1992 beliau mendirikan lembaga pendidikan islam pondok pesantren Daarus Sa’adah. Nama daarus sa’adah sendiri bermakna rumah kebahagiaan atau kampung kebahagiaan beliau menamainya dengan harapan tempat tersebut dapat menjadi wadah yang menyejukan hati bagi para penuntut ilmu dan menjadi asal mula kesuksesan para santrinya kelak. Kata “daru” yang ada pada nama pondok pesantren Daarus Sa’adah tersebut juga megutip dari pesantren tempat beliau menimba ilmu dahulu yaitu Darul Rahman, karena disinilah beliau banyak mendapatkan penanaman dasar ajaran agama islam serta pengembangan kemampuan sebagai mubaligh dibawah naungan dan kempimpinan K.H. Syukron Ma’mun dan K.H.. Abdul Qodir. Pada tahun-tahun pertama pendirian pondok pesantren Daarus Sa’aadah K.H. Sumarno syafe’i mengurus pondok pesantren daarus sa’adah seorang diri dibantu ooleh ibunda beliau dan keluarganya kemudian setelah berdirinya pondok pesantren Daarus Sa’aadah barulah selang beberapa tahun beliau menikah dengan Hj. Sundussiah binti H. Epi Suhaepi yang tinggal di daerah Curug Tangerang. Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya pondok pesantren Daarus Sa’adah, pada tahun 2019-2020 K.H. Sumarno Syafe’i mendirikan Daarus Sa’adah 2 di Ciseeng-Bogor sebagai kembang dan bentuk kemajuan pendidikan L.P.I Daarus Sa’aadah.


GURU & MURID


K.H. Sumarno Syafi’i mengaji dan menimba ilmu diberbagai tempat dan guru, diantaranya adalah sebagai berikut :

  • K.H. Syukron Ma’mun
  • K.H. Abdul Qodir
  • Habib Zein bin Smith
  • Ulama Kampung Ketapang dan Gondrong pada masa itu

Beliau juga memiliki banyak murid yang sampai saat ini sudah terjun kemasyarakat umum, diantaranya adalah sebagai berikut :

  • Ust. Haris Saputra (santri pertama sekaligus sekertaris acara)
  • KH. Ahmad Syahroni (santri generasi pertama)
  • KH. Suhendra
  • KH. Ahmad Hermanto
  • KH. Ahmad Shobirin. Lc
  • Ust. Ahmad Suryadi S.Pd.i
  • Ust. Bani Najjar S.Pd.i
  • Ust. Ramin Hidayat (mantan ketua Alumni periode pertama)
  • Ust. Masruhin (mantan ketua Alumni periode kedua)
  • Ust. Fajar (mantan ketua Alumni periode ketiga)
  • Ust. Yusuf Bachtiar (mantan ketua alumni periode keempat)
  • M. Fathurrahman (ketua alumni periode saat ini)
  • Alumni Pondok Pesantren Daarus Sa'adah


Tentunya, masih banyak lagi guru-guru dan murid K.H. Sumarno Syafe’i yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu khususnya guru dipondok pesantren Daarul Rahman Senopati-Jakarta dimasa beliau mengaji disana dan para santri serta alumni pondok pesantren Daarus Sa’adah dari generasi pertama sampai seterusnya. 


Waullohu Muwafiqh Ila Aqwami Thoriq

 

 

Sumber :

  • Hasil wawancara ke K.H. Sumarno Syafe’i
  • Hasil wawancara ke H. Rina (ibunda K.H. Syafe’i)
  • Hasil wawancara ke Ust. Rohadi (sahabat karib K.H. Sumarno Syafe’i)
  • Hasil wawancara ke H. Qosim (sesepuh dan mantan RW ketapang)
  • Hasil wawancara ke Kong Mudalih (sesepuh kampung ketapang)
  • Artikel website terdahulu yaitu daarusaadah.sch.id dan ip3d.blogspot.com

 




M. Rifqy Aziz Syafe’i